Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Teknologi PLTS Terapung Bikin Indonesia Lebih Cepat Transisi Energi
26 April 2022 15:25 WIB
Tulisan dari Utomo SolaRUV tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia perlu mempercepat laju percepatan transisi energi sejalan dengan komitmen presiden Jokowi untuk melaksanakan hal-hal yang disetujui di Paris Agreement untuk menjaga suhu bumi tidak lebih dari 1,5 derajat celcius. Pada Peta Jalan Transisi Energi 2021-2030, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya sebesar 3,6 GW. Sementara, untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2050, pemerintah menargetkan 279,2 GW PLTS terpasang, termasuk teknologi PLTS Terapung.
ADVERTISEMENT
Menurut kajian Institute of Essential Services Reform (IESR), Indonesia perlu berupaya lebih keras untuk mewujudkan puncak emisi di sektor kelistrikan sebelum tahun 2030. Karenanya, perlu peningkatan 14 kali lipat dari jumlah kapasitas energi terbarukan di tahun 2020, dimana sekitar 117 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Salah satu teknologi PLTS yang bisa dimaksimalkan demi mencapai target tersebut adalah Floating PV atau mudahnya disebut PLTS terapung. Di negeri Tiongkok nun jauh disana, tepatnya di provinsi Anhui, dibangun PLTS terapung terbesar di dunia berkapasitas 40 MW dan telah membantu 15 ribu rumah mendapatkan akses tenaga bersih. Sedangkan di Indonesia, proyek PLTS terapung pertama berkapasitas 145 megawatt, yakni PLTS terapung Cirata, diinisiasi oleh Kementerian ESDM sekaligus merupakan peningkatan nilai guna infrastruktur Sumber Daya Air yang berada dibawah koordinasi Kemenko Marves.
ADVERTISEMENT
Kelebihan PLTS Terapung
Sebagai negara kepulauan dan tropis, Indonesia mendapatkan segala kemungkinan untuk memanen energi matahari sebanyak-banyaknya melalui teknologi PLTS Terapung. Di Indonesia sendiri yang mempunyai 192 bendungan dan waduk dengan luas tangkapan 86.247 hektar, potensi pemanfa’atan PLTS terapung ditargetkan bisa lebih dari 4.300 MW (dengan catatan pemanfa’atan 5% daerah tangkapan air).
Secara biaya, investasi yang dikeluarkan memang lebih besar karena butuh sistem yang bisa menahan korosi garam dan kelembaban air. Namun, dengan memanfaatkan permukaan air yang tidak terpakai, floating PV ini bisa mengurangi penguapan air dan menjaga keberadaaan air di danau atau waduk lebih lama. Demikian, secara efisiensi, dinilai lebih baik karena air bisa mendinginkan solar panel saat proses menghasilkan listrik.
ADVERTISEMENT
PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia–lebih dikenal dengan merk Utomo SolaRUV– menjalin kerjasama dengan PT Wijaya Karya (Persero), Tbk, untuk mengembangkan PLTS terapung di seluruh Indonesia. Sebagai authorized distributor dan pusat servis dari produsen inverter global merk Sungrow, Utomo SolaRUV didukung oleh teknologi Floating PV dari Sungrow yang telah diaplikasikan di proyek PLTS terapung tendensius di Provinsi Anhui, Tiongkok.