Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
FYP: Dibuat Untukmu, atau Kamu yang Dibuat Untuknya?
4 Desember 2024 14:21 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Brigitta Carissa Fadjaray tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kenapa waktu terasa berlalu begitu cepat saat kita menikmati sesuatu, tapi begitu lambat ketika kita merasa bosan?” Pertanyaan ini sering muncul dalam pengalaman sehari-hari, terutama ketika kita berselancar di media sosial seperti Instagram atau TikTok. Pernahkah Anda berniat membuka aplikasi hanya untuk "sekadar lima menit," tetapi tanpa sadar waktu berlalu hingga berjam-jam? Fenomena ini bukan kebetulan. Media sosial telah dirancang untuk memanfaatkan cara kerja otak kita, terutama hormon dopamin, serta memengaruhi atensi kita.
ADVERTISEMENT
Media sosial, seperti TikTok dan Instagram, memiliki fitur andalan bernama FYP (For Your Page). FYP menyajikan konten yang dipersonalisasi berdasarkan minat setiap individu. Misalnya, jika Anda menyukai video tentang hewan lucu, algoritma akan memastikan video serupa terus bermunculan di layar Anda. Dengan mekanisme ini, platform berhasil menciptakan pengalaman yang terasa seperti dibuat khusus untuk Anda. Namun, ada faktor yang lebih dalam yang bekerja di balik layar—hubungan antara media sosial, dopamin, atensi, dan persepsi waktu.
Dopamin: Hormon di Balik Kebahagiaan Anda
Dopamin adalah neurotransmitter di otak yang sering disebut sebagai "hormon kebahagiaan." Namun, perannya lebih dari itu. Dopamin berfungsi sebagai sistem penghargaan, mendorong kita untuk mengulangi aktivitas yang menyenangkan. Ketika Anda menemukan video TikTok yang menghibur atau konten yang sesuai dengan minat Anda, dopamin dilepaskan oleh otak, memberikan rasa puas dan dorongan untuk terus menonton.
ADVERTISEMENT
Proses ini terjadi di bagian otak yang disebut sistem limbik, area yang bertanggung jawab atas emosi dan motivasi. Amigdala, salah satu bagian dari sistem limbik, memproses respons emosional kita terhadap konten. Ketika Anda menemukan sesuatu yang menyenangkan, amigdala mengirim sinyal ke otak untuk melepas dopamin, menciptakan rasa senang yang intens. Itulah sebabnya Anda merasa sulit berhenti menggulir layar. Media sosial memanfaatkan respons ini dengan sangat efektif, menciptakan siklus tak berujung yang membuat kita terus terjebak.
Atensi: Faktor yang Memperkuat Siklus Media Sosial
Tidak hanya dopamin, media sosial juga memengaruhi atensi (perhatian) kita. Dalam kehidupan sehari-hari, perhatian kita terbatas dan hanya mampu fokus pada satu hal dalam waktu tertentu. Media sosial dirancang untuk memanfaatkan keterbatasan ini dengan menyajikan konten yang pendek dan langsung menarik perhatian.
ADVERTISEMENT
Algoritma FYP sangat cerdas dalam memprioritaskan konten yang sesuai dengan minat Anda, sehingga mampu mengunci atensi Anda lebih lama. Ketika dopamin dilepaskan saat Anda menonton video yang menarik, perhatian Anda menjadi lebih terfokus. Hal ini terjadi karena dopamin tidak hanya memberikan rasa senang, tetapi juga meningkatkan motivasi dan kemampuan otak untuk memusatkan perhatian. Sebaliknya, ketika Anda merasa bosan, dopamin berkurang, perhatian menjadi mudah teralihkan, dan waktu terasa berjalan lebih lambat.
Keterkaitan antara perhatian dan dopamin juga memengaruhi persepsi waktu. Ketika Anda benar-benar fokus pada sesuatu yang menyenangkan, otak Anda tidak menyadari berapa banyak waktu yang telah berlalu. Namun, ketika Anda tidak tertarik pada sesuatu, perhatian Anda terpecah, dan setiap detik terasa lebih panjang. Ini adalah salah satu alasan mengapa waktu terasa begitu cepat saat Anda menikmati FYP, tetapi begitu lambat saat menunggu hal yang membosankan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana FYP Membaca Anda?
FYP bekerja dengan algoritma cerdas yang mempelajari setiap interaksi Anda di media sosial. Setiap video yang Anda tonton, setiap like yang Anda berikan, dan setiap komentar yang Anda tinggalkan adalah data yang digunakan untuk menyusun FYP Anda. Jika Anda penggemar musik, maka video-video musik akan mendominasi halaman Anda. Jika Anda menyukai konten humor, maka video-video lucu akan terus muncul.
Meskipun minat setiap orang berbeda-beda, respons biologis terhadap konten yang disukai tetap sama: pelepasan dopamin. Dengan cara ini, FYP tidak hanya membaca apa yang Anda sukai, tetapi juga menciptakan lingkaran umpan balik yang membuat Anda semakin kecanduan. Atensi Anda terfokus pada konten yang disajikan, memperkuat dorongan untuk terus menggulir layar, dan menciptakan ilusi bahwa waktu berjalan lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Mengapa Waktu Terasa Berbeda?
Ketika kita menikmati sesuatu, waktu terasa berlalu lebih cepat. Sebaliknya, ketika kita bosan atau merasa tidak nyaman, waktu terasa berjalan lambat. Fenomena ini erat kaitannya dengan bagaimana otak kita memproses perhatian dan emosi. Saat kita terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan, dopamin meningkatkan fokus dan membuat pengalaman tersebut terasa memuaskan. Ini menjelaskan mengapa sesi singkat di TikTok atau Instagram sering kali berujung menjadi berjam-jam.
Sebaliknya, ketika mood kita buruk atau perhatian kita terpecah, otak bekerja lebih lambat dalam memproses informasi. Hal ini memperpanjang persepsi waktu dan membuat aktivitas terasa lebih lama dari yang sebenarnya.
Bahaya Terjebak di Siklus Media Sosial
Kendati media sosial memberikan hiburan, ada bahaya nyata ketika kita terlalu lama terjebak di dalamnya. Pelepasan dopamin yang terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan mental, kehilangan produktivitas, dan bahkan kecanduan. Otak kita terbiasa dengan "hadiah instan" dari konten yang menyenangkan, sehingga kita cenderung menghindari aktivitas lain yang membutuhkan usaha lebih besar tetapi memberikan manfaat jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perhatian yang terus-menerus terpusat pada media sosial dapat mengurangi kemampuan kita untuk fokus pada hal-hal penting di dunia nyata. Algoritma media sosial tidak hanya memanfaatkan kesenangan kita, tetapi juga mampu memanipulasi emosi negatif, seperti kemarahan atau rasa takut, untuk menjaga perhatian kita tetap terperangkap.
Bagaimana Mengatasinya?
Meskipun sulit untuk sepenuhnya melepaskan diri dari media sosial, ada beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi dampaknya. Pertama, tetapkan batas waktu untuk penggunaan aplikasi. Sebagian besar ponsel pintar memiliki fitur yang memungkinkan Anda memantau waktu layar dan mengatur pengingat saat batas waktu tercapai. Kedua, pilih konten dengan bijak. Jangan hanya mengikuti algoritma; cari konten yang mendukung pembelajaran, inspirasi, atau relaksasi.
Selain itu, penting untuk memberikan waktu bagi otak untuk beristirahat. Luangkan waktu untuk aktivitas di luar layar, seperti membaca buku, berolahraga, atau berbicara langsung dengan teman dan keluarga. Aktivitas semacam ini tidak hanya membantu mengurangi paparan dopamin instan tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
FYP di media sosial bukan sekadar fitur biasa; ia adalah hasil dari algoritma cerdas yang memahami cara kerja otak manusia. Dengan memanfaatkan pelepasan dopamin, FYP menciptakan pengalaman yang menyenangkan tetapi berisiko membuat kita kecanduan. Dampaknya tidak hanya pada persepsi waktu, tetapi juga pada kemampuan atensi kita yang terfokus pada layar.
Pada akhirnya, pilihan ada di tangan kita. Apakah kita ingin tetap menjadi "konsumen pasif" yang terjebak dalam siklus media sosial, ataukah kita ingin mengambil kendali dan menggunakan teknologi dengan lebih bijak? Semoga artikel ini membuka wawasan kita tentang bagaimana media sosial memengaruhi otak, perhatian, dan kehidupan sehari-hari kita.
Referensi:
Droit-Volet, S. & Blaise Pascal University, CNRS, Clermont-Ferrand, France. (2013). Time perception, emotions and mood disorders. In Journal of Physiology - Paris (Vol. 107, pp. 255–264). http://dx.doi.org/10.1016/j.jphysparis.2013.03.005
ADVERTISEMENT
Fayzhia, N. S. I., & Setiawati, N. Y. (2024). The interplay of ADHD, social media usage, and dopamine receptors in adolescents: A literature review. World Journal of Advanced Research and Reviews, 23(2), 2698–2703. https://doi.org/10.30574/wjarr.2024.23.2.2625
Hüttermann, S., & Memmert, D. (2014). The influence of motivational and mood states on visual attention: A quantification of systematic differences and casual changes in subjects’ focus of attention. Cognition & Emotion, 29(3), 471–483. https://doi.org/10.1080/02699931.2014.920767
Liu, C., & Kaeser, P. S. (2019). Mechanisms and regulation of dopamine release. Current Opinion in Neurobiology, 46–53. https://doi.org/10.1016/j.conb.2019.01.001
Maci̇T, H. B., Maci̇T, G., & Güngör, O. (2018). A RESEARCH ON SOCIAL MEDIA ADDICTION AND DOPAMINE DRIVEN FEEDBACK. Mehmet Akif Ersoy Üniversitesi İktisadi Ve İdari Bilimler Fakültesi Dergisi, 5(3), 882–897. https://doi.org/10.30798/makuiibf.435845
ADVERTISEMENT
Martin, E. A., & Kerns, J. G. (2010). The influence of positive mood on different aspects of cognitive control. Cognition & Emotion, 25(2), 265–279. https://doi.org/10.1080/02699931.2010.491652
Nadeem, A., & Ahmed, S. (2022). UNDERSTANDING THE TIK TOK ADDICTION AMONG YOUNG ADULTS. In New Horizons (Vol. 16, Issue 2, pp. 25–50). https://doi.org/10.29270/NH.16.2(22).02
Pareek, N., Sharma, I., & Gehlot, S. (2023). Instagram Addiction: the Current Trends. In International Journal Dental and Medical Sciences Research, International Journal Dental and Medical Sciences Research (Vols. 2–2, pp. 879–882). https://doi.org/10.35629/5252-0502879882
Sackett, A. M., Meyvis, T., Nelson, L. D., Converse, B. A., & Sackett, A. L. (2009). You’re Having Fun When Time Flies. Psychological Science, 21(1), 111–117. https://doi.org/10.1177/0956797609354832
Tamir, M., & Robinson, M. D. (2007). The Happy Spotlight: Positive Mood and Selective Attention to Rewarding Information. Personality and Social Psychology Bulletin, 33(8), 1124–1136. https://doi.org/10.1177/0146167207301030
ADVERTISEMENT
Wise, R. A., 1,2, & Jordan, C. J. (2021). Dopamine, behavior, and addiction. Journal of Biomedical Science, 28:83. https://doi.org/10.1186/s12929-021-00779-7