Pengalaman Seram di Lift

BriiStory
Jangan baca sendirian..
Konten dari Pengguna
25 November 2020 17:38 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BriiStory tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Lift Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lift Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
~Sekujur tubuh merinding, darah seperti berhenti mengalir, ketika sadar ada sosok lain yang menyeramkan, berdiri di dalam lift.~
ADVERTISEMENT
Simak cerita Hani dan Putra, tentang pengalaman seram yang mereka alami ketika sedang di dalam lift, sendirian?
Simak di sini, di Briistory..
***
~Hani, 25 tahun, Jakarta.~
“Lo ke sini aja ya, biar cepet, gak makan waktu. Dari sini kita langsung ke Kemang deh. Ok ok ok? Hehe.”
“Ah bilang aja lo mau dijemput, dasar kelakuan. Ya udah tunggu, habis maghrib gw jalan.”
“Ah emang lo temen gw paling baik sedunia, hahaha. Nanti langsung naik aja ke lantai 7 ya Han, takut kerjaan gw belum kelar.”
“Iya, iya, bawel.”
Itu percakapan dengan Inda, sahabatku sejak kuliah dulu. Kami berencana untuk reuni kecil-kecilan dengan beberapa teman kampus tempat kami kuliah dulu, tempatnya di Kemang.
ADVERTISEMENT
Bukan yang pertama juga sih acara kumpul-kumpul seperti ini, sebelumnya sudah beberapa kali ada. Bedanya, kali ini aku harus menyempatkan diri untuk mampir ke kantor Inda, menjemputnya lalu berangkat bareng.
Gedung di mana kantor Inda berada memang gak terlalu jauh dari kemang, hanya sekitar 15 menit jaraknya. Sedangkan aku berkantor di Jakarta Barat, kira-kira satu jam lebih perjalanan ke kantor Inda pada jam sibuk pulang kantor.
Begitulah, dan seperti perbincangan kami melalui telepon tadi, selepas maghrib aku berangkat, sekitar jam setengah tujuh.
Perhitunganku, jam setengah delapan seharusnya sudah sampai tujuan, tapi ternyata pada hari jumat itu jalanan Jakarta macetnya lebih parah dari biasanya, gak tahu apa sebabnya. Alhasil, nyaris jam setengah sembilan aku baru sampai parkiran gedung kantor Inda.
ADVERTISEMENT
Aku gak parkir di basement, karena parkiran gedung sudah sepi, penghuninya sudah pulang semua.
Sebelum turun, aku coba untuk menelepon Inda, mau bilang kalau sudah di parkiran, tapi ponselnya gak aktif, dua atau tiga kali aku coba tapi tetap gak aktif juga.
Ya sudah, akhirnya aku putuskan untuk langsung saja ke lantai 7, jemput Inda di ruangannya, karena dia tadi sempat bilang begitu.
“Malam Pak, saya mau ketemu Inda, di lantai 7.” Ucapku ke Pak Satpam ketika aku sudah sampai di lobby.
“Silakan mba, langsung aja.” Jawab Pak Satpam sambil tangannya menunjuk ke arah lift.”
Letak meja sekuriti sekitar 15-20 meter jaraknya dari pintu lift.
ADVERTISEMENT
Gedung ini sepertinya sudah benar-benar kosong, di lobby-nya hanya ada aku dan Pak Satpam, suara yang terdengar pun hanya suara langkah kakiku yang sedang bergerak menuju lift.
Ya mungkin karena ini hari jumat, jadinya orang-orang sudah buru-buru pulang untuk berakhir pekan.
Benar, gedung ini kosong, sangat sepi.
Mungkin karena sudah sepi, ketika menekan tombol lift, pintunya langsung terbuka, jadi gak perlu menunggu lama.
Ketika pintu sudah terbuka penuh, barulah terlihat kalau lift dalam keadaan kosong. Kemudian aku masuk ke dalamnya.
Menekan tombol lantai 7, lalu pintu menutup.
Lift bergerak ke atas..
Lantai dua..
Lantai tiga..
Ting! Tiba-tiba Lift berhenti di lantai 3A, kemudian perlahan pintunya terbuka.
ADVERTISEMENT
Aku hanya diam memperhatikan prosesnya, sambil bersandar pada dinding lift bagian belakang.
Gelap, lantai 3A dalam keadaan gelap, aku hanya bisa melihat meja resepsionis yang letaknya gak jauh di depan pintu lift.
Aku masih menunggu sambil bersandar, tapi gak terlihat ada orang, sama sekali gak ada orang yang masuk ke dalam lift, sepi aja.
Penasaran, aku lalu maju beberapa langkah, melongokkan kepala ke luar, untuk melihat sekitar, siapa tahu ada orang yang hendak naik.
Tapi gak ada, kosong, aku gak melihat ada orang sama sekali. Pada saat inilah perasaan mulai gak enak..
Aku yang sangat penakut ini langsung berpikir yang nggak-enggak, siapa yang memencet tombol lift sehingga berhenti di lantai 3A? Padahal lantai 3A kelihatannya sudah sama sekali kosong, sama sekali gak ada orang..
ADVERTISEMENT
Merinding, aku lalu masuk lagi ke dalam, lalu menekan tombol tutup pintu berkali-kali.
Sukurlah, lift akhirnya menutup.
Tapi, ketika sudah agak sedikit lega, aku mulai panik lagi, kenapa? Karena ternyata lift gak bergerak sama sekali. Hanya diam di tempat, di lantai 3A, gak ke lantai 7, padahal pintunya sudah tertutup rapat.
Kembali aku menekan tombol lantai 7 berkali-kali, berharap lift akan bergerak ke atas.
Harapan tinggal harapan, lift gak bergerak juga.
Aku mulai panik, lalu merogoh tas mencari ponsel, berniat untuk coba menghubungi Inda.
Tapi tiba-tiba, TING!
Pintu lift kembali terbuka,
Aku terkejut sangat, jantungku seperti berhenti.
Masih di lantai 3A, masih sangat gelap juga keadaanya, persis sama dengan ketika tadi pintu terbuka pertama kali.
ADVERTISEMENT
Meja kosong resepsionis, sendirian dalam gelap, gak ada orang sama sekali..
Kembali aku tekan tombol tutup pintu berkali-kali. Sukurlah, perlahan pintu lift kembali menutup.
Nyaris menangis, aku coba untuk menghubungi Inda lagi. Sial, gak ada sinyal!
Semakin panik, karena lagi-lagi lift gak juga mau bergerak, tetap diam di tempatnya. Pandanganku masih fokus ke layar ponsel, berusaha untuk menghubungi Inda, namun masih tanpa hasil.
Ting!
Sekali lagi suara itu muncul mengangetkanku, suara pertanda kalau pintu lift akan terbuka.
Dan benar, perlahan pintu terbuka untuk yang ketiga kali. Masih di lantai yang sama, lantai 3A. Keadaannya juga masih sama, gelap dan gak ada orang sama sekali, sepi dan kosong.
ADVERTISEMENT
Pintu terbuka lebar, bertahan seperti itu selama beberapa belas detik. Aku sudah menangis pelan sambil bersandar di dinding lift sebelah kiri, ketakutan, panik.
Sekali lagi, aku tekan tombol tutup pintu berkali-kali, memaksa pintu agar cepat tertutup.
Tapi sebentar, kali ini aku mendengar sesuatu,
Ada suara langkah kaki, langkah yang sepertinya menuju lift, tapi bukan langkah terburu-buru, hanya langkah kaki berjalan biasa.
Bukan lega karena mendengar itu, aku malah tambah panik, takut itu setan atau hantu, aku ketakutan.
Sementara langkah itu seperti terus mendekati lift..
Sampai akhirnya, ada sosok yang tiba-tiba muncul di depan pintu lift..
Aaaahh, elu Nda, gila lo ya, ngagetin aja. Aduuuuuhh..”
Ternyata yang muncul adalah Inda, suara langkah kaki tadi adalah langkah kakinya. Lalu dia masuk ke dalam lift.
ADVERTISEMENT
Ah leganya..
Kemudian pintu menutup, kali ini lift bergerak, tapi bukan ke lantai 7, tapi malah turun ke lantai dasar. Pada saat itu aku gak terlalu memperhatikan keanehan ini, hati dan pikiran terlanjur gembira karena sudah bersama Inda.
“Ngapain lo dari lantai 3A Nda? Udah sepi gitu, nakutin tau..” Ucapku, tanpa melihat ke arah Inda, fokusku masih ke layar ponsel.
“Ada teman.” Jawab Inda datar.
“Kenapa lo sakit? Lemes amat.” Tanyaku lagi, masih belum menatap Inda, karena ada sesuatu di ponsel yang lebih menarik perhatian.
Tapi Inda gak menjawab, dia diam saja sambil berdiri di bagian belakang, aku melihatnya dari sudut mata.
Ting!
Sampai juga di lantai dasar, lalu pintu lift terbuka.
ADVERTISEMENT
Ayok ah buruan, kita udah telat nih, gara-gara macet tadi.” Ucapku setelah pintu sudah terbuka, lalu melangkah keluar.
Tapi sekali lagi Inda gak menjawab. Lalu aku menoleh ke belakang, melihat ke arah lift.
Betapa kagetnya aku, ternyata lift dalam keadaan kosong, gak ada Inda di dalamnya.
Inda ke mana?
Dalam keadaan masih kebingungan, tiba-tiba ponselku berdering, muncul tulisan “Inda” pada layarnya.
“Inda? Lo di mana deh?”
“Lah, lo di mana? Gw dah di parkiran dari tadi ini, di depan mobil lo.”
Inda sudah di parkiran dari tadi? Lalu siapa tadi yang naik lift bersamaku dari lantai 3A?
Setelah sudah bertemu, lalu kami mulai bercerita.
Ternyata Inda sudah ada di selesai sejak sejak jam delapan, kemudian menungguku di minimarket depan gedung.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya dia masuk lagi ke dalam, lalu melihat mobilku sudah ada di parkiran dalam keadaan kosong.
Sungguh peristiwa di lift yang menyeramkan..
***
Putra, 35 Tahun, Bandung.
Aku bekerja di satu mal di kota kembang Bandung, mal ini salah satu yang sudah cukup lama berdiri, yaitu awal tahun 2000an.
Lokasinya pun masih di tengah kota, salah satu tempat favorit wisatawan kalau sedang datang berkunjung di kota ini. Nama jalannya sangat terkenal, zaman dulu terkenal sebagai pusat penjual jeans.
Mal ini banyak fasilitasnya, tersedia taman dan tempat makan di area terbuka, merupakan mal yang sebenarnya gak seperti mal pada umumnya karena jumlah lantainya gak banyak.
Karena jumlah lantai yang sedikit inilah jadinya lift yang ada di dalam jadi jarang ada yang menggunakan, pengunjung lebih banyak menggunakan eskalator.
ADVERTISEMENT
Aku sebagai staff maintenance, bekerja mengontrol semua fasilitas yang ada di dalam mal, termasuk eskalator dan lift. Aku dan team bekerja dengan sistem shifting, dua shift, pagi dan sore. Untuk shift sore akan pulang jam 11 malam, kalau gak ada lembur pekerjaan.
Ngomong-ngomong soal lift, seperti yang aku bilang tadi, pengunjung atau pemilik toko lebih banyak menggunakan eskalator dari pada lift, sehingga lift lebih sering sepi, apa lagi kalau bukan akhir pekan.
Sukurlah, walaupun begitu lift di mal ini nyaris gak pernah ada kerusakan, karena kami memang melakukan perawatan dan pemeriksaan dengan baik secara berkala.
Lift letaknya di sudut bangunan, agak di paling belakang, cukup jarang ada pengunjung yang berjalan sampai ke lokasi itu. Jadi, sekitaran lift lebih sering sepi dari seliweran manusia.
ADVERTISEMENT
Baik, kita akan masuk ke pambahasan yang seru.
Sama dengan mal-mal lain, di mal ini juga punya cerita ngerinya, ada beberapa kejadian aneh menjurus seram.
Ada teman sekuriti yang bilang, kalau beberapa kali eskalator berjalan bergerak dengan sendirinya di tengah malam, padahal jam operasionalnya sudah selesai dan sudah dalam keadaan mati.
Lift juga sama, sering kali di tengah malam terdengar atau bahkan terlihat kalau lift berjalan naik turun dan buka tutup pintunya, padahal gak ada siapa-siapa di dalam.
Masih tentang lift, katanya ada yang beberapa kali melihat anak kecil berlarian keluar dari dalam lift, di tengah malam.
Yang lebih seram, ada beberapa laporan dari pengunjung yang bilang kalau di dalam lift ditemani oleh kuntilanak, ada juga yang satu lift dengan pocong.
ADVERTISEMENT
Masih banyak lagi versi cerita yang beredar.
Cerita-cerita seram ini awalnya aku hanya mendengar dari obrolan teman-teman. Alhamdulillah, selama sudah nyaris 7 tahun aku bekerja di sini belum pernah melihat penampakan secara langsung, hanya sebatas perasaan gak enak atau melihat sekelebatan bayangan melintas sesekali,
Hanya sebatas itu.
Sampai akhirnya, pada tahun 2018, aku merasakannya sendiri.
Begini ceritanya..
Masih menempel di kepala detail peristiwa yang terjadi dua tahun lalu ini. Waktu itu hari kamis, aku shift sore.
Seperti biasa, kegiatan rutin adalah memeriksa semua fasilitas yang ada di mal, akan aku perbaiki sekalian apa bila ada yang rusak.
Singkatnya, hari beranjak malam.
Pengunjung semakin berkurang seiring semakin larutnya hari. Karena belum masuk akhir pekan dan gak ada acara festival atau apa pun, mal jadi gak terlalu ramai, sudah nyaris kosong pada lewat jam sembilan.
ADVERTISEMENT
Oh iya, secara berkala aku akan memeriksa lift dan eskalator, memastikan kalau semuanya masih dalam keadaan baik, pemeriksaan biasanya kami lakukan di luar jam operasional, ketika sudah gak ada pengunjung, lebih seringnya malam hari.
Hari itu aku memang sudah merencanakan untuk melakukan pemeriksaan rutin. Rencananya juga, lift akan diperiksa paling terakhir. Seharusnya tugas berdua malam itu, tapi rekanku izin gak masuk kerja, jadilah aku sendirian.
Satu persatu aku memeriksa eskalator, satu demi satu, lantai demi lantai. Karena ini hanya pengecekan rutin biasa jadinya gak perlu sampai harus ada yang dibongkar.
Aku benar-benar sendirian berkeliling di mal ini, walau sesekali melihat dari kejauhan rekan sekuriti yang tengah patroli dengan lampu senternya, tapi gak sering, hanya satu atau dua kali.
ADVERTISEMENT
Amat sangat sepi dan temaram karena sebagian besar lampu sudah dalam keadaan mati.
Sekitar jam setengah dua belas, ketika sedang berada di lantai tiga dan sudah hampir selesai memeriksa eskalator, perhatian tertarik kepada lift yang walaupun jaraknya cukup jauh tapi aku masih bisa melihatnya.
Lampu di atas pintunya menyala, itu pertanda kalau lift sedang bergerak, ada yang sedang menggunakan, makanya aku memperhatikan.
Dari kejauhan, mata terus melihat ke arah lift, penasaran siapakah gerangan yang sedang menggunakannya.
Benar, akhirnya pintu lift terbuka di lantai tiga tempat di mana aku sedang berada.
Hal itu semakin membuatku semakin penasaran dengan gak mengalihkan pandangan sedikit pun juga, aku melihatnya dari samping, jadi ketika lift terbuka aku gak bisa melihat ke dalam, hanya terlihat sinar lampu dari dalamnya saja yang menyorot ke luar.
ADVERTISEMENT
Lalu aku menunggu.
Dua detik..
Lima detik..
10 detik..
20 detik..
30 detik..
Gak ada seorang pun yang keluar, selama itu pula pintu lift terus dalam keadaan terbuka, gak juga menutup.
Ini lift kenapa? Kenapa berhenti di lantai tiga, gak ada orang keluar, dan pintunya gak tertutup lagi, ada apakah?
Penasaran, aku lalu melangkah mendekatinya.
Selama berjalan itu, suasana semakin sangat sepi, semakin terasa kosong, praktis hanya suara langkah kakiku saja yang terdengar.
Hingga akhirnya aku sampai juga di depan lift.
Benar, pintu terbuka lebar, lampunya menyala terang, di dalamnya kosong gak ada siapa-siapa.
Aku berdiri diam di depannya dengan beberapa pertanyaan dalam kepala.
ADVERTISEMENT
Pertama, tadi siapa yang menekan tombol lift lantai tiga? Sehingga jadi bergerak dari lantai dasar menuju lantai tiga.
Kedua, kenapa lift dalam keadaan kosong?
Ketiga, Kenapa pintunya terus terbuka? Seharusnya langsung menutup ketika gak ada orang yang melewati sensor di pintu.
Ada perasaan takut ketika memikirkan itu semua, tapi karena tugas dan tanggung jawab aku harus memeriksa lift ini, takut ada masalah teknis.
Ya sudah, akhirnya perlahan aku melangkah masuk ke dalam.
Ketika sudah berada di dalam, dengan posisi setengah jongkok aku lalu coba memeriksa panel yang ada di sebelah pintu, membuka tutupnya lalu memperhatikan kalau-kalau ada kerusakan.
Pada saat ini pintu lift masih terus dalam keadaan terbuka.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa saat lamanya memeriksa, aku melihat kalau semuanya normal, gak ada yang salah, gak ada yang rusak. Lalu kenapa lift gak juga mau menutup?
Hmmmmm, aku mulai bingung, sambil sesekali menekan tombol menutup pintu, tapi tetap saja gak mau tertutup.
Dalam keheningan, tiba-tiba aku dikagetkan oleh adanya hembusan angin yang bergerak masuk ke dalam lift.
Di dalam mal tertutup, dan AC pendingin yang sudah mati seluruhnya, seharusnya gak akan ada angin bergerak, tapi ini ada, hembusan pelan menerpa wajah dan tubuh.
“Angin dari mana itu?” Ucapku dalam hati sambil melihat ke luar.
Aku melongokkan kepala ke luar lift, menengok kanan dan kiri, gak ada siapa-siapa.
Tapi aku sangat yakin kalau merasakan ada hembusan angin itu.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba merinding..
Ketika sudah mulai merasa ada yang aneh, sekali lagi aku menekan tombol penutup setelah sebelumnya sudah menekan tombol lantai dasar. Aku ingin turun aja lalu pulang, kengerian sudah menyeruak isi kepala.
Sukurlah, beberapa detik kemudian tiba-tiba pintu lift bergerak menutup.
Setelah pintu sudah benar-benar tertutup, perlahan lift mulai bergerak turun.
Tapi..
Aku yang berdiri di sudut depan sebelah kanan, terdiam membeku seketika, darah seperti berhenti mengalir menelusuri urat nadi, ketika menyadari kalau ternyata aku gak sendirian di dalam lift ini!
Pintu dan dinding lift terbuat dari bahan menyerupai cermin, dari pantulannya aku dapat melihat pemandangan yang ada di belakang tempat aku berdiri, aku dapat melihat bagian belakang lift.
ADVERTISEMENT
Gak secara langsung, tapi aku melihat kalau ada sosok perempuan berdiri tepat di belakangku. Sosok perempuan ini mengenakan baju panjang berwarna gelap, rambutnya tergerai sebahu.
Dan yang lebih mengerikan, aku dapat melihat wajahnya secara utuh, wajah pucat dengan lingkar gelap di sekitar mata.
Wajahnya datar tanpa ekspresi, tapi lambat laun mulai tersenyum menatapku, masih lewat pantulan pintu lift.
Senyumnya mengerikan, sambil perlahan memiringkan wajah, matanya terus menatap dengan sayu.
Perjalanan lift dari lantai tiga yang seharusnya hanya sebentar, jadi terasa sangat lama.
Hingga akhirnya, TING! Sampai juga di lantai dasar.
Tapi, pintu gak langsung terbuka, masih tertutup beberapa belas detik lamanya.
Dalam beberapa belas detik inilah aku mendengar kalau sosok yang ada di belakangku ini tertawa pelan, pelan sekali.
ADVERTISEMENT
Heheeheheee.” Kira-kira seperti itu suaranya.
Membaca doa sebisanya dalam hati, berharap pintu cepat terbuka, aku sangat ketakutan, keringat dingin mengucur deras..
Sukurlah, tiba-tiba pintu terbuka perlahan.
Ketika sudah cukup ada ruang, aku lalu menyelinap ke luar walau pintu belum terbuka lebar. Lalu berjalan cepat menjauh dari lift.
Setelah beberapa detik, aku menoleh ke belakang, sosok seram itu masih ada, berdiri diam menatapku dari dalam lift.
Aku mulai berlari kecil, hingga akhirnya sampai di pintu kaca, pintu keluar mal, lalu membuka pintu kaca itu.
Ketika sudah di luar, sekali lagi melirik ke arah lift, ternyata sosok perempuan itu sudah gak ada, kemudian aku lihat lift kosong itu pintunya menutup kembali.
ADVERTISEMENT
***
Begitulah, cerita Hani dan Putra terkait dengan lift.
Sebenarnya masih banyak cerita seram tentang lift, tapi nanti aja gw ceritain kapan-kapan, gak malam ini.
Tetap sehat ya, supaya bisa terus merinding bareng.
Salam,
~Brii~