Konten dari Pengguna

Pelajaran dari Machiavelli tentang Pemberontakan di Rusia

Bryna Alulim
Seorang penggemar sejarah. Menempuh pendidikan di Ilmu Sejarah Unpad
28 Juni 2023 8:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bryna Alulim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Patung Machiavelli di Uffizi (sumber: www.pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Machiavelli di Uffizi (sumber: www.pexels.com)
ADVERTISEMENT
Konflik antara Russia dan Ukraina yang memanas sejak invasi yang dilakukan Rusia pada 24 Februari 2022 menciptakan konflik domestik di Rusia sendiri berujung pada pemberontakan oleh kelompok tentara bayaran bernama Wagner (Private military company Wagner).
ADVERTISEMENT
Pada 23 Juli 2023, kelompok tentara bayaran ini berencana akan menggulingkan kepemimpinan militer Rusia. Namun, konfrontasi terjadi sangat singkat, kurang dari 24 jam. Sang pemimpin Yevgeny Prigozhin mengurungkan niatnya dan menyetujui kesepakatan yang membuatnya diasingkan di Belarusia dengan jaminan dibebaskan dari tuntutan pemerintah Rusia.
Penggunaan tentara asing atau bayaran tidaklah asing dalam sejarah perpolitikan dunia. Menurut Sean McFate dalam Mercenaries and War (2019). Pekerjaan ini merupakan pekerjaan tertua di dunia. Pada masa terdahulu, bahkan pekerjaan ini merupakan pekerjaan terhormat meskipun melibatkan pertumpahan darah.
Sekitar 4000 tahun belakangan, mereka adalah komponen utama dalam berperang. Alasannya sederhana, menyewa jasa tentara bayaran lebih murah daripada memiliki tentara sendiri yang harus terus dipelihara. Meskipun, tentu saja pandangan ini sudah tidak relevan dan lumrah pada masa kini.
ADVERTISEMENT
Pandangan tentang penggunaan tentara bayaran ini pun ditentang oleh Machiavelli pada masa renaissance (abad ke-16). Ia beranggapan bahwa sang pemimpin harus mengutamakan tentara sendiri tanpa bergantung pada tentara bayaran. Tentara bayaran, bagaimanapun, selalu berada di mana pun dalam sejarah militer. Termasuk salah satunya yang peristiwa yang terjadi belakangan ini di Rusia yang merupakan bagian dalam sejarah kontemporer.

Pemberontakan oleh Pasukan Wagner

Pasukan tentara bayaran Warger (sumber: reuters.com)
Menurut investigasi dari BBC, Wagner didirikan oleh mantan tentara Dmitry Utkin pada 2014. Pemimpin mereka sekarang, Yevgeny Prigozhin merupakan pengusaha kaya dengan julukan "Koki Putin" karena menyediakan katering untuk Kremlin. Operasi pertama mereka adalah membantu Rusia dalam aneksasi Krimea di tahun yang sama. Mereka juga terlibat dalam konflik domestik negara lain seperti di Syria, Mozambique, Sudan, dan Republik Afrika Tengah.
ADVERTISEMENT
Kelompok ini mendeklarasikan diri sebagai "perusahaan militer swasta". Meskipun tentara bayaran adalah ilegal di Rusia, Wagner terdaftar sebagai perusahaan pada 2022 dan memiliki markas di St Petersburg. Sekarang diperkirakan jumlah serdadu dari kelompok ini berjumlah 50.000 personel. Mayoritas komposisi serdadu 80% diambil dari kriminal-kriminal di penjara.
Dalam penyerangan terhadap Ukraina yang dimulai pada 2022, Presiden Putin juga menggunakan kekuatan Wagner. Kelompok tersebut terlibat dalam menduduki kota di Ukraina Timur, Bakhmut.
Namun, kerja sama antara perusahaan dan negara itu retak karena terjadi konflik antara Prigozhin dan pemimpin-pemimpin militer Rusia. Pada 23 Juli 2023 Prigozhin merilis video di mana ia menolak justifikasi Putin atas invasi ke Ukraina. Berikutnya, dalam serial rekaman audio Ia juga mengatakan bahwa "kejahatan" kepemimpinan militer Rusia "harus dihentikan" dan tentara bayaran Wagner akan memimpin melawan kekuatan militer Rusia.
ADVERTISEMENT
Prigozhin juga menuduh bahwa petinggi militer Rusia mengebom pasukan Wagner di Ukraina yang melibatkan banyak korban jiwa. Sehari kemudian pasukannya merebut markas militer di kota Rostov-on-Don, Rusia bagian selatan. Kemudian mengancam untuk menggulingkan pemimpin militer Rusia di Moskow.
Vladimir Putin selaku Presiden Rusia menuduh apa yang dilakukan Wagner adalah pemberontakan dalam siaran televisi pada pagi hari 24 Juni 2023. Pemberontakan inilah yang dikhawatirkan oleh Machiavelli ketika menggunakan jasa tentara bayaran dalam risalah politiknya.

Pandangan Machiavelli tentang Tentara Bayaran

Sampul buku Il Principle terbitan tahun 1550 (sumber: internetculturale.it)
Pemberontakan kepada sang tuan oleh tentara bayaran telah menjadi bahasan hampir lima ratus tahun yang lalu oleh seorang bernama Niccolò Machiavelli dalam karyanya Il Principle. Buku ini dimaksudkan sebagai panduan atau nasihat dalam memerintah bagi para penguasa, khususnya keluarga Medici yang tengah berkuasa di Firenze.
ADVERTISEMENT
Machiavelli lahir di Firenze, Italia pada 1469. Ia bekerja kepada Republik Firenze pada 1494, ketika keluarga Medici diusir dari Firenze, sampai pemecatannya pada 1512, ketika keluarga Medici berkuasa kembali.
Tidak lama setelah dipecat, ia dijebloskan ke penjara selama setahun akibat tuduhan konspirasi melawan Medici. Setelah bebas dan namanya direhabilitasi, ia pensiun dan pindah ke San Casciano, dekat Firenze.
Pada masa inilah memulai fokusnya pada bidang literatur. Salah satu karyanya yang paling dikenal hingga sekarang adalah Il Principe (Sang Pangeran) yang terbit pada 1532. Buku tersebut ditulis juga sebagai usaha memperbaiki reputasinya di hadapan penguasa baru.
Menurut Budi Hardiman, gagasan paling terkenal dalam Il Principe adalah hubungan antara politik dan moralitas. Artinya sang penguasa tidak perlu memperhatikan pertimbangan-pertimbangan moral. Karena itu lah nama Machiavelli dan Machiavellianisme kerap diasosiasikan dengan penguasa-penguasa lalim.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang juga menjadi tema pembahasan dalam karya ini tentang angkatan bersenjata mungkin sedikit relevan dalam kondisi di Rusia masa kini. Dalam karya klasik tersebut di bagian dua belas tentang "Organisasi Militer dan Pasukan Tentara Bayaran", ia mengatakan:
ADVERTISEMENT
Machavelli yang juga merupakan seorang sejarawan melakukan komparasi dengan Kerajaan Roma dan Sparta yang bertahan lama karena memiliki angkatan perang mereka sendiri. Ia juga melihat bagaimana Kartago hampir saja ditaklukkan oleh pasukan bayaran mereka sendiri.
Di bagian selanjutnya dari karya tersebut ia mengatakan bahwa:
Tentu karya ini tidak lepas dari konteks ruang dan waktu ketika ditulis, yaitu renaissance Italia dan latar belakang individu sosial, politik, dan intelektual, sang penulis, Machiavelli sendiri.
ADVERTISEMENT