Kisah Ibu Guru Purba Lolos dari Kejaran KKB Lamek Taplo di Kiwirok

Konten Media Partner
23 September 2021 12:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu guru Purba bersama 2 perempuan lainnya berhasil dievakuasi dari Kiwirok Pegunungan Tengah Papua. (Dok Penrem 172/PWY)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu guru Purba bersama 2 perempuan lainnya berhasil dievakuasi dari Kiwirok Pegunungan Tengah Papua. (Dok Penrem 172/PWY)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Ibu guru Rospiani Purba (55) masih ketakutan. Tangan dan bibirnya gemetar saat berbicara.
ADVERTISEMENT
“Tolong kita berdoa dulu. Sebelum berdoa, saya ingin menyanyikan satu lagu rohani. Allah kuasa," kata Rospiani yang ditemui di rumahnya di Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura.
Rospiani langsung menyanyikan lagu rohani Allah Kuasa. Sambil menutup matanya, ia berdoa khusyuk, berterima kasih atas pertolongan Tuhan hingga tiba di Jayapura.
Rospiani dievakuasi dari Kiwirok bersama 2 orang perempuan lainnya dengan menggunakan helikopter TNI jenis Bell. Evakuasi dilakukan usai aksi kekerasan KKB Lamek Taplo yang menewaskan seorang tenaga medis, Suster Gabriela Meilani (22).
"Saya tak pernah berpikir akan terjadi kekerasan di Kiwirok. Sejak tahun 1999, saya sudah di Kiwirok dan semua aman. Tak pernah ada masalah. Apalagi sampai ada kekejaman antar individu," jelas Ibu Ros yang menjadi guru SMP sejak 1999 di Kiwirok.
ADVERTISEMENT
Kejadian Senin (13/9) saat KKB Lamek Taplo menyerang para tenaga kesehatan dan membakar sejumlah fasilitas umum membuat Rospiani ketakutan. Ia pun trauma.
"Nyawa orang seperti tidak berharga, dipukuli lalu ditendang ke jurang yang dalamnya sampai 500 meter. Rumah-rumah dibakar. Sampai kemarin masih ada pembakaran terhadap sekolah SMA. Saat kami naik heli, suara tembakan antara satu dan yang lain masih menyalak," jelasnya.
Rospiana dievakuasi bersama Mama Yosepa Taplo (50). Sebagai warga asli Kiwirok, Mama Yosepa tak pernah menyangka akan terjadi kekerasan seperti yang dilakukan KKB.
“ Saya ini orang asli sana. Sa (saya) lihat kelakukan OPM itu kejam, bakar rumah-rumah dan pukuli orang-orang. Apa salah mereka?” katanya dengan terbata-bata.
ADVERTISEMENT

Lolos dari Maut

Mama Yosepa Taplo (50), warga asli Kiwirok yang dievakusi ke Jayapura. (Dok Penrem 172/PWY)
Mama Yosepa menceritakan sebelum kejadian, ia sedang menemani ibu guru Rospiani kerja di rumahnya, karena ibu Rospiani memiliki kios di dalam komplek SMP Kiwirok. Keseharian Mama Yosepha juga senang membantu TNI membersihkan Pos Satgas Pampas Kiwirok.
"Begitu sekolah mulai dibakar KKB, kami bertiga lari meninggalkan rumah yang berada di kompleks sekolah menuju Pos Pamtas TNI untuk menyelamatkan diri. Kami bertiga, termasuk keponakan ibu guru (Rospiani) yang baru 3 bulan ditempatkan sebagai guru di Kiwirok. Semua habis dibakar KKB," jelas Mama Yosepa.
Mama Yosepa juga menceritakan penjarahan terjadi dimana-mana, khususnya kios dan rumah warga pendatang.
"Si penjarah tak hanya orang laki-laki dewasa, tetapi ibu-ibu dan anak-anak ikut menjarah kemudian rumahnya dibakar. Kami menyelamatkan diri hanya dengan pakaian di badan. Tak berpikir apapun, hanya pikir selamat," jelasnya.
ADVERTISEMENT

Diselamatkan TNI

Tak hanya ibu guru Rospiani dan Mama Yosepa yang menyelamatkan diri ke pos TNI. Kebanyakan warga pendatang yang ketakutan mencari perlindungan di pos TNI.
"Masih ada 17-an orang yang mengungsi di pos TNI dan belum dievakuasi ke Jayapura, termasuk keponakan saya. Semoga mereka bisa cepat dievakuasi ke Jayapura," jelas ibu guru.
Sehari sebelumnya, helikopter Bell Type 412 EP TNI-AD Noreg HA – 5155 mengevakuasi 2 guru dan seorang warga sipil. Kedua guru yakni Magdalena Esawaek (39), guru SMP asal Biak Numfor, Rospiani Purba (55) guru SMP asal Medan dan Mama Yosepa Taplo (50) ibu rumah tangga.