KKB Papua Ditetapkan Teroris, Yan Mandenas: Pemda Papua Jangan Diam, Cari Solusi

Konten Media Partner
29 April 2021 15:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yan Mandenas (tengah pakai helm) saat mengunjungi warga di Kampung Banti, Timika belum lama ini. (Dok: Yan Mandenas)
zoom-in-whitePerbesar
Yan Mandenas (tengah pakai helm) saat mengunjungi warga di Kampung Banti, Timika belum lama ini. (Dok: Yan Mandenas)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Pemerintah menetapkan KKB sebagai teroris. Penetapan ini disampaikan oleh Menkopolhukam Mahfud MD.
ADVERTISEMENT
Hal itu ditegaskan Mahfud usai sejumlah tindak kekerasan hingga penembakan yang berujung tewasnya sejumlah aparat hingga rakyat sipil di Papua yang melibatkan KKB.
Menanggapi hal itu, Yan Mandenas, anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai Gerindra menyebutkan sudah saatnya Gubernur dan Wakil Gubernur Papua harus bergerak untuk mewadahi seluruh aspirasi masyarakat di Papua, agar tidak sekedar menjadikan Papua sebagai daerah dan sarang teroris.
“Hanya karena ulah satu dua orang, mengakibatkan rakyat Papua jadi korban. Saya mohon kepada kepala daerah jangan hanya diam,” kata Yan dihubungi lewat gawainya, Kamis (29/4).
Yan minta kepala daerah di Papua harus mencari solusi yang terbaik untuk rakyat Papua.
“Kami sudah cukup teriak keras. Kepala daerah harus menjadi fasilitator penyelesaian masalah rakyat Papua, jangan biarkan mereka berjalan sendiri,” katanya.
ADVERTISEMENT

Kekuatan KKB Papua

Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono menyebutkan kekuatan senjata yang dimiliki KSB merupakan snejata rampasan dari TNI Polri dan juga didapat dari hasil penyelundupan.
Catatan Kodam Cenderawasih, tahun 2019 KSB merampas 15 pucuk senjata TNI Polri. Sedangkan di tahun 2020, hasil rampasan 6 pucuk.
“Ini belum ditambah dengan senjata yang diselundupkan dari luar dan rakitan. Kami mencatat KSB memiliki 270 senjata api,” jelasnya belum lama ini.
KSB atau KKB, pada dasarnya kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan diri dari NKRI.
“Kelompok ini tak terorganisasi dengan baik, Masing-masing kelompok punya pimpinan sendiri. Misalnya KSB di Nduga, belum tentu terkoneksi dengan KSB di Intan Jaya. Begitupun seterusnya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pangdam menyebutkan Tindakan yang dilakukan KSB di Papua adalah criminal, dengan membunuh masyarakat pendatang, membunuh orang asli Papua (OAP), merampas logistic milik warga, minta uang ke pemerintah, merampas uang masyarakat, merampas ternak dan harta benda.

KKB berkumpul di Puncak Papua

Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius Fakhiri menyebutkan saat ini ada 5-6 kelompok besar berada di wilayah Puncak. Rencananya kelompok ini berusaha masuk areal Freeport Indonesia di Tembagapura.
Fakhiri menyebutkan awalnya pada 2018, KKB berkumpul di Beoga, Puncak. Kelompok besar berkumpul, berdiskusi untuk menyerang Freeport.
“Kami telah melakukan pengamanan di Freeport, sehingga kelompok ini tak bisa masuk ke areal itu. Sehingga kelompok ini menyasar ke Intan Jaya. Pada 2019-2020, kekerasan banyak terjadi di Intan Jaya,” jelas Fakhiri.
ADVERTISEMENT
Langkah cepat juga dilakukan untuk menyekat Intan Jaya agar kelompok ini tak kembali masuk lagi ke Sugapa, Intan Jaya ataupun daerah sekitar.
“Sehingga 5-6 kelompok KKB ini kembali lagi ke Ilaga , merundingkan strategi lainnya yang akan dilakukan,” katanya.
Fakhiri meminta aparat TNI Polri di Ilaga, Puncak dan sekitarnya lebih berhati-hati, sebab KKB tetap mengincar personel di lapangan.
Untuk diketahui 5-6 kelompok besar yang bergabung di Kabupaten Puncak adalah KKB pimpinan Lekagak Telenggen, Egianus Kogoya, Sabinus Waker, Puron Wenda, Militer Murib dan Joni Botak.