Konten Media Partner

Kuliner Nusantara: Olahan Papeda Bungkus dari Papua

4 Juni 2022 16:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Papeda, sajian kuliner khas Papua. (Foto Hari Suroto)
zoom-in-whitePerbesar
Papeda, sajian kuliner khas Papua. (Foto Hari Suroto)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jayapura, BUMIPAPUA.COM - Papeda merupakan kuliner khas Papua. Papeda berbahan pati sagu. Terdapat dua jenis papeda yaitu papeda panas dan papeda bungkus.
ADVERTISEMENT
Papeda panas sepintas mirip bubur, pembuatannya yaitu pati sagu diberi perasan air jeruk nipis kemudian disiram dengan air mendidih.
Papeda panas dinikmati dengan lauk ikan kuah kuning dan sayur tumisan daun pepaya.
Olahan sagu lainnya yaitu papeda bungkus. Papeda ini dibungkus menggunakan daun fotofe atau forofe (sejenis daun pisang-pisangan).
Pembuatan papeda bungkus yaitu papeda panas diambil secukupnya kemudian dibungkus dalam daun fotofe. Selanjutnya didiamkan beberapa saat hingga papeda menjadi dingin, kemudian baru dapat dinikmati.
Papeda, sajian kuliner khas Papua. (Foto Hari Suroto)
Papeda bungkus dinikmati dengan lauk ikan mujair atau ikan louhan goreng atau jenis olahan lainnya yang dimasak dengan kuah ataupun ikan goreng ataupun ikan asap dengan sayur tumisan daun pepaya atau bunga pepaya.
Peneliti Arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hari Suroto menyebutkan daun fotofe berbentuk seperti daun pisang berukuran kecil, secara tradisional secara turun temurun, oleh orang Papua dijadikan sebagai pembungkus makanan. Secara tradisional, tanaman fotofe ditanam di kebun, di sela-sela tanaman umbi-umbian lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada 2010, Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura melakukan penanaman pohon jati di Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura. Bibit tanaman jati ini didatangkan dari Jawa.
Saat ini pohon jati sudah berukuran besar, oleh masyarakat Abar daun jati berjatuhan dibiarkan begitu saja.
Melihat potensi daun jati yang banyak ini, Beatriks Felle, warga setempat terinspirasi daun jati sebagai pembungkus nasi atau tempe di Jawa, maka ia mencoba untuk membungkus papeda.
Pada awalnya sempat ragu, khawatir papeda berubah warna menjadi merah atau rasanya berubah. "Setelah dicoba, warna tidak berubah dan rasa papeda tetap sama. Papeda dibungkus dengan daun jati, tak merusak rasa dan warna, sehingga masih digunakan sampai saat ini," katanya.