Konten Media Partner

Pemakaman Kristen Abepura Jadi Tempat Peristirahatan Terakhir Suster Gabriela

22 September 2021 13:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jenazah Suster Gabriela Meilani, korban kekejaman KKB Lamek Taplo di Kiwirok Pegunungan Bintang Papua. (BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
Jenazah Suster Gabriela Meilani, korban kekejaman KKB Lamek Taplo di Kiwirok Pegunungan Bintang Papua. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Jenazah Suster Gabriela Meilani (22), tenaga kesehatan yang dibunuh oleh KKB Lamek Taplo akan dimakamkan di Pemakaman Kristen Tanah Hitam, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua.
ADVERTISEMENT
Suster Gabriela merupakan tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang. Suster Gabriela menjadi korban kekejaman KKB Lamek Taplo yang terjadi pada Senin (13/9).
Jenazah Suster Gabriela baru ditemukan 3 hari setelah kejadian. Jasadnya ditemukan di kedalaman jurang 300 meter dengan kecuraman 90 derajat.
Personel TNI Polri baru bisa mengambil jenazah Suster Gabriela pada Jumat (15/9) karena terkendala cuaca dan keamanan di daerah itu yang masih terjadi penembakan yang dilakukan oleh KKB Lamek Taplo.
Setelah diambil dari kedalaman jurang tersebut, jenazah Suster Gabriela yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara ini baru bisa dibawa ke Jayapura pada Selasa (21/9) karena terkendala cuaca dan keamanan.
Ketua Ikatan Keluarga Toraja Kota Jayapura, Nobertus Banga menyebutkan jenazah akan dimakamkan di Pemakaman Kristen Abepura.
ADVERTISEMENT
IKT mengapresiasi kerja keras TNI Polri dalam mengevakuasi jenazah Suster Gabriela dari Kiwirok, meskipun dibarengi dengan kontak tembak yang membuat gugur satu personel TNI saat proses evakuasi tersebut.
“Kami sangat prihatin atas kejadian ini dan berulang kali kami sampaikan bahwa IKT mengutuk keras tindakan para pelaku yang tak memiliki hati nurani dan tak berperikemanusiaan,” ujarnya, Rabu (22/9).
Meski begitu, ia tetap mengajak semua orang di Papua untuk hidup berdampingan dalam damai.
Mengenai urusan politik, baik itu berkaitan dengan Papua merdeka ataupun tidak, tak pernah ada kaitannya dengan tenaga medis. “Mereka (tenaga medis) tidak tahu menahu. Mereka hanya ingin merawat masyarakat saja, kawan ataupun lawan," katanya.