Rumah Sakit Jiwa di Papua Butuh Dokter Spesialis Mata dan Syaraf

Konten Media Partner
18 Juli 2019 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Plt Direktur Rumah Sakit Jiwa Abepura, Anthonius Mote. (Foto Pratiwi)
zoom-in-whitePerbesar
Plt Direktur Rumah Sakit Jiwa Abepura, Anthonius Mote. (Foto Pratiwi)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM - Pelaksana tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Abepura, Papua, Anthonius Mote menyampaikan, walau ketersediaan obat dan tenaga medis seperti sudah memiliki 4 dokter spesialis penyakit jiwa dan dokter umum, tapi kini pihaknya sedang membutuhkan dokter spesialis penyakit dalam, mata, dan syaraf.
ADVERTISEMENT
Menurut Anthonius, kebutuhan akan dokter spesialis ini karena banyak pasiennya yang juga memiliki penyakit lain. “Kami sering dirujuk keluar dan rata-rata di rumah sakit yang dirujuk ini mereka sedikit kuatir dalam penangananya. Sehingga menggnggu pasien-pasien lain,” katanya, di Kota Jayapura, Kamis (18/7).
Anthonius juga mengatakan, saat ini pasien RSJ Abepura yang menjalani pemulihan dan rehabilitasi cukup banyak, baik pasien yang baru maupun yang kronis. Tapi ada beberapa yang sudah dipulangkan ke daerah masing-masing. “Hanya saja kendala kami, saat memulangkan pasien, keluarga sedang bermasalah. Sehingga kami kadang kesulitan untuk memulangkan,” ujarnya.
Sehingga dengan adanya kendala itu, kata Anthonius, pihaknya akan melakukan pendekatan terlebih dulu dengan pihak keluarga pasien dan pihak Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) Provinsi Papua, serta stakeholder yang berkaitan, seperti dinas sosial guna pemulangan maupun penjaringan pasien RSJ Abepura.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah pernah melakukan nota kesepahaman, yakni melalui pejabat Direktur RSJ Abepura sebelumnya. Rencana kami akan preview ulang nota kesepahaman itu dan tindakannya seperti apa,” jelas Anthonius.
Selain itu, kata Anthonius, saat ini juga ada masalah seperti ada banyak orang sakit jiwa yang kini berkeliaran di jalan-jalan, sementara daya tampung RSJ Abepura terbatas. “Lalu bagaimana tindak lanjut mereka, sebab tak hanya terapi, pasti ada kelanjutannya dan juga bagaiman keluarganya. Jadi memang masalah sosial cukup berat," ungkapnya.
Menurut Anthonius, jika pemerintah daerah memiliki program menampungan dan memberikan pendampingan, jelas itu bagus sekali. “Sebab kami ini sifatnya hanya mengobati. Sebelum pulang dari RSJ, ada proses rehabilitasi yang juga kita bekali keterampilan. Setelah keluar harus ada intervensi, terutama keluarga yang memperhatikan. Sebab kalau tidak, akan kembali lagi sakit jiwa,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Anthonius juga mengaku pihaknya akan bergerak cepat menyelesaikan persoalan akreditas RSJ Abepura yang hingga kini tak kunjung terselesaikan. “Dalam sepekan usai ditunjuk sebagai pelaksana tugas, saya bersama tim langsung melakukan evaluasi dokumen,” jelasnya.
Untuk itu, kata Anthonius, pihaknya berharap tahun 2019 ini, RSJ Abepura bisa terakreditasi, sehingga memenuhi standar kementerian. “Sebab sampai saat ini layanan BPJS pun sudah putus kontrak. Sehingga kami berharap akreditasi segera selesai dan tak ganggu layanan BPJS. Namun untuk Kartu Papua Sehat hingga kini masih berjalan," terangnya. (Pratiwi)