Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Suku Marin di Empat Penjuru Mata Angin Menampilkan Lima Tifa Raksasa
25 Juli 2018 8:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Suku Marin yang mendiami empat penjuru mata angin menampilkan Tifa atau kandara raksasa. (BumiPapua.com/Abdel)
ADVERTISEMENT
Merauke, BUMIPAPUA.COM – Lima kandara atau Tifa raksasa milik Suku Marin dari empat penjuru mata angin ditampilkan dalam Festival Tifa Suku Marin di Merauke. Pagelaran budaya yang baru pertama kali dilakukan, untuk mengangkat kembali nilai-nilai leluhur warga setempat.
Empat kandara raksasa ditampilkan dari Suku Marin Kanume, Kima-kima, Makleo, Dahukhe, Rausi, Yei, dan Rahuk.
Dalam pegelarannya, masyarakat adat turun ke jalan dengan memikul lima kandara raksasa dari Bundaran Brawijaya hingga Taman Mandala yang terletak di tengah Kota Merauke.
Pemuda hingga orangtua bergotong royong menggotong tifa atau kandara raksasa milik Suku Marin Merauke. (BumiPapua.com/Abdel)
Ketua panitia penyelenggara, Isaiyas Ndiken menuturkan Festival Tifa sengaja dilakukan untuk penggalian kembali nilai budaya dan pengelolaan aset daerah. Harapannya, festival budaya ini terdaftar sebagai festival budaya nusantara.
ADVERTISEMENT
“Festival Tifa juga untuk pengembangan wisata daerah. Ini masih taraf uji publik, makanya kami mengundang sejumlah pakar budaya dari Yogjakarta. Pakar budaya ini akan menilai, apakah layak atau Festival Tifa digelar di Merauke," katanya, Selasa (24/7).
Festival Tifa perdana yang dilakukan di Suku Marin Merauke (BumiPapua.com/Abdel)
Festival dengan tema Lima Raja Tifa melambangkan perwakilan dari lima wilayah zona geografis yang memiliki ciri khas berbeda. Penentuan lima zona wilayah adat berdasarkan letak geografis melalui penelitian selama 30 tahun.
Kabupaten Merauke tersiri dari sub suku yang hidup di sejumlah wilayah adat, berdasarkan zona geografis. Pendekatan geografis inilah yang melahirkan berbagai ciri khas dari berbagai atribut adat.
“Misalnya saja zona rawa, zona pesisir, zona tanah tinggi, zona lapang (safana). Masing-masing wilayah adat memiliki ciri khas berbeda,” Isaiyas Ndiken menambahkan.
ADVERTISEMENT
(Abdel)