Konten dari Pengguna

Edukasi Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan kepada Siswa SMP

Bunga Maha Dewi
Mahasiswa akhir Ilmu Pemerintahan FISIP Undip. Memiliki ketertarikan pada isu sosial, politik, dan pemerintahan.
17 Oktober 2023 17:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bunga Maha Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jembatan kayu di wisata Hutan Mangrove Mentawir, dalam rangkaian press tour Forwaparekraf Selasa (3/10). Foto: Giovanni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan kayu di wisata Hutan Mangrove Mentawir, dalam rangkaian press tour Forwaparekraf Selasa (3/10). Foto: Giovanni/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki sebaran ekosistem mangrove terluas di dunia. Tercatat dari 16,53 juta hektare mangrove di dunia, lebih dari 20% atau 3,49 juta hektare hutan mangrove tumbuh di sepanjang 95.000 km pesisir Indonesia. Dari luasan tersebut, sejumlah 1,67 juta ha dalam kondisi baik dan 1,82 juta ha dalam kondisi rusak.
ADVERTISEMENT
Mangrove memiliki nilai penting bagi lingkungan. Selain sebagai pencegahan dampak kerusakan lingkungan dan bencana, mangrove memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi sebagai tempat hidup biota laut. Potensi stok karbon yang dimiliki hutan mangrove dapat menurunkan emisi gas rumah kaca 3 sampai 5 kali lebih besar dari hutan biasa. Selain itu, adanya mangrove juga bisa menjadi nilai ekonomi bagi masyarakat pesisir dalam membuka kawasan ekowisata mangrove.
Ekowisata Mangrove Istambul (Istana Tambakbulusan, Demak). Sumber: dokumentasi pribadi
Ekosistem mangrove yang berkembang di Desa Tambakbulusan, Kabupaten Demak tumbuh dan terkelola dengan baik hingga saat ini. Bahkan semenjak adanya pelestarian mangrove, potensi abrasi pun dapat diminimalisasi. Guna mendukung pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan yang mengacu pada pembangunan berkelanjutan, pemerintah telah menerbitkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengelolaan mangrove berkelanjutan harus dipahami dan didukung oleh semua pihak, khususnya masyarakat pesisir.
ADVERTISEMENT
Anak-anak pesisir merupakan generasi penerus yang nantinya akan meneruskan untuk mengelola dan melestarikan ekosistem mangrove yang ada di sekitar mereka. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi atau pemberian edukasi kepada anak-anak agar mengetahui dan memahami bahwa pengelolaan mangrove secara berkelanjutan merupakan hal yang penting dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh Mahasiswa KKN-Tematik SDG’s Undip 2023 dengan mengadakan edukasi kepada siswa SMP Al-Islam Karangtengah tentang Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan.
Dalam kegiatan edukasi tersebut, diberikan materi mengenai pentingnya ekosistem mangrove dan strategi mengelola mangrove dengan baik agar dampaknya dapat dirasakan secara berkelanjutan. Mahasiswa juga menjelaskan bahwa terdapat 3 pilar konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu pilar ekonomi, pilar sosial, dan pilar ekologis.
Pilar ekonomi tercermin dari adanya aktivitas pencaharian hutan mangrove yang digunakan masyarakat untuk keperluan ekonomi, misalnya tambak garam dan udang, penghasil kayu, dan rekreasi/ekowisata. Pilar sosial dilakukan melalui pelestarian mangrove dari keterikatan hubungan sosial dengan masyarakat, seperti komunitas nelayan atau petani mangrove. Sedangkan pilar ekologis sebagai pelindung lingkungan dari bencana, seperti mencegah abrasi.
Foto bersama. (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Dengan dilakukannya edukasi ini diharapkan mereka mengerti dan memahami bahwa dalam pelestarian mangrove diperlukan sebuah tata kelola/pengelolaan yang baik agar manfaatnya dapat dirasakan secara terus-menerus. Selain itu, edukasi ini juga sebagai bekal mereka ke depannya agar menjadi masyarakat pesisir yang peduli lingkungan demi keberlangsungan kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT