Vaksinasi dan Harapan untuk Keluar dari Resesi

Nur Azizah Muyassaroh
ASN di BPS Kabupaten Ciamis Jawa Barat
Konten dari Pengguna
6 Mei 2021 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Azizah Muyassaroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peserta vaksinasi massal sedang menunggu proses pembuatan kartu vaksinasi. Foto: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Peserta vaksinasi massal sedang menunggu proses pembuatan kartu vaksinasi. Foto: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun ini mengalami kontraksi kembali. Sudah genap setahun perekonomian kita tumbuh negatif. Artinya saat ini kita belum terlepas dari jerat resesi.
ADVERTISEMENT
Tetapi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, terlihat bahwa perekonomian Indonesia mengalami sedikit perbaikan. Secara Year on Year atau perbandingan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan pada triwulan ke empat tahun 2020 terkontraksi sebesar 2,19 persen. Pada triwulan pertama tahun 2021 ini kontraksinya menjadi 0,74 persen. Hal ini menandakan bahwa ada harapan bahwa kita dapat keluar dari jurang resesi.
Harapan bangkitnya ekonomi dari resesi tidak terlepas dari pelaksanaan vaksinasi. Saat ini vaksinasi terus dikebut. Dengan harapan 70 persen rakyat Indonesia telah selesai divaksinasi tahun ini. Diharapkan herd immunity tercapai dan kita tidak perlu cemas lagi menghadapi pandemi.
Kondisi ini membuat sejumlah usaha mulai menggeliat. Sektor perdagangan sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian menunjukkan pertumbuhan yang positif dibandingkan triwulan sebelumnya. Demikian juga dengan sektor industri pengolahan. Bahkan sektor pertanian juga menunjukkan ketangguhannya dengan mencapai pertumbuhan 9,81 persen dibanding triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sektor pertanian tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan negatif secara triwulanan atau quarter to quarter (q-to-q) tampak pada sektor kesehatan. Namun kita perlu menyambut baik hal ini karena berarti kebutuhan masyarakat akan fasilitas kesehatan sudah berkurang. Pada triwulan-triwulan sebelumnya, jasa kesehatan selalu mengalami pertumbuhan yang tinggi. Hal tersebut disebabkan meningkatnya penggunaan jasa kesehatan akibat pandemi. Melandainya kasus harian COVID-19 ditengarai menjadi penyebab minusnya pertumbuhan di sektor ini.
Geliat ekonomi ini mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Tingkat Pengangguran (TPT) pada Bulan Februari lalu lebih rendah daripada kondisi pada Bulan Agustus 2020. Hal ini tentu menjadi secercah harapan bangkitnya perekonomian yang sempat terpuruk.
Meskipun peranan sektor pertanian tergeser oleh industri pengolahan dan perdagangan, namun sektor ini menyerap tenaga kerja terbanyak dibandingkan dengan sektor lainnya. 25,59 persen pekerja bekerja pada sektor ini. Sektor lain yang menyerap tenaga kerja cukup besar adalah perdagangan, di mana sektor ini menyerap 19,20 persen tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
Sekalipun geliat ekonomi terlihat, namun masyarakat tampaknya masih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Terlihat bahwa konsumsi rumah tangga belum mengalami peningkatan yang berarti. Meskipun secara nominal pengeluaran konsumsi rumah tangga ini naik, namun secara riil mengalami penurunan 0,58 persen dibanding triwulan sebelumnya.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan baru akan naik menjelang Hari Raya Idul Fitri atau pada triwulan ke dua tahun ini. Pemberian stimulus berupa Tunjangan Hari Raya (THR) kepada Aparatur Sipil Negara maupun pekerja swasta diperkirakan mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga ini memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Setengah dari perputaran roda perekonomian ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Selain THR, stimulus yang akan menggerakkan konsumsi rumah tangga adalah BLT, baik kepada rumah tangga maupun UMKM. Banyak pihak berharap BLT dari pemerintah dapat dicairkan sebelum Hari Raya Idul Fitri. Dengan demikian perekonomian nasional dapat lebih meningkat lagi.
ADVERTISEMENT
Selain dari konsumsi rumah tangga, harapan bangkitnya ekonomi bersumber dari pengeluaran konsumsi pemerintah. Seperti biasanya, di awal tahun pemerintah belum melakukan belanja yang berarti. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang negatif dibandingkan triwulan sebelumnya. Diharapkan pemerintah mulai membelanjakan dananya guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemberian vaksinasi dan perayaan Hari Raya Idul Fitri memang membuat masyarakat yang sudah jenuh dengan berbagai pembatasan di masa pandemi ini mulai bergerak lagi. Pasar yang tadinya sepi kini mulai ramai kembali. Tempat ibadah dan sekolah pun mulai dibuka. Secara ekonomi hal ini akan menjadi pemacu bangkitnya kembali perekonomian dari keterpurukan.
Namun semangat ini dapat menjadi bumerang jika masyarakat mengabaikan protokol kesehatan. Para pakar mengingatkan bahwa vaksinasi bukanlah jaminan bebas dari virus asal Wuhan ini. Vaksin bukanlah pengganti masker dan juga buka obat antivirus untuk COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ancaman terjadinya peningkatan kasus positif COVID-19 pun membayangi. Itulah sebabnya perlu pengendalian agar tidak terjadi kerumunan. Masyarakat terus diimbau untuk menjaga jarak. Pemakaian masker pun perlu terus digalakkan.
Jika masyarakat abai, dikhawatirkan geliat ekonomi yang mulai bangkit ini hanya bersifat sementara. Kita tentu tidak ingin berhadapan kembali dengan krisis, baik ekonomi maupun kesehatan seperti yang terjadi sebelumnya. Kabar tentang munculnya varian baru COVID-19 di India juga perlu diantisipasi secara serius.
Perlindungan terhadap pintu masuk ke Indonesia perlu dilakukan agar ancaman ledakan kasus COVID-19 tidak terjadi lagi. Saat ini pemerintah telah menetapkan larangan bagi Warga Negara India untuk masuk ke Indonesia. Selain itu, WNA yang memiliki riwayat bepergian dari India selama 14 hari terakhir juga dilarang masuk ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pemerintah memang perlu mengambil langkah strategis guna memulihkan ekonomi nasional sekaligus membebaskan diri dari pandemi. Kita tidak dapat memilih antara kesehatan dan ekonomi. Keduanya tetap harus diprioritaskan.
Sejauh ini, Indonesia dapat mempertahankan perekonomian agar tidak terpuruk terlalu dalam. Kekhawatiran akan terjadinya krisis multidimensi dapat dicegah. Aksi panic buying seperti di awal pandemi tidak terjadi lagi. Stok kebutuhan pokok pun tercukupi.
Dalam memulihkan diri dari krisis, perlu peran serta masyarakat untuk lebih disiplin menjaga protokol kesehatan. Dengan demikian, krisis kesehatan dan ekonomi dapat dilewati dengan meminimalkan korban akibat pandemi.