Konten dari Pengguna

Adaptasi Kurikulum Merdeka dan Implementasi P5 di SMPN 4 Purwakarta

Reisa Aulia
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Purwakarta Program Studi Pendidikan Sistem dan Teknologi Informasi (PSTI)
19 Oktober 2022 13:45 WIB
clock
Diperbarui 29 Oktober 2022 11:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reisa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan, kurikulum senantiasa diperbaharui sebagai upaya penyempurnaan kurikulum sebelumnya. Pada 11 Februari 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) secara daring meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai bentuk penyempurnaan dari Kurikulum 2013 dan upaya pemulihan pembelajaran pasca pandemi COVID-19. Saat ini, Kurikulum Merdeka masih menjadi opsi bagi satuan pendidikan dan baru dijadikan kurikulum nasional pada tahun 2024 mendatang.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari www.kemdikbud.go.id, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang berfokus pada konten-konten yang esensial, dikemas dengan lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka, serta lebih relevan dan interaktif. Kurikulum Merdeka diharapkan dapat memberi ruang seluas-luasnya bagi peserta didik dalam berkreasi dan mengembangkan diri. Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim menghimbau para guru dan kepala sekolah untuk mempelajari informasi lebih mendalam tentang Kurikulum Merdeka, mengikuti pelatihan dan webinar, mengerjakan modul-modul, dan menggunakan fitur bermanfaat lainnya di Platform Merdeka Mengajar.
Dikutip dari www.kompas.com, terhitung lebih dari 140 ribu satuan pendidikan resmi di Indonesia sudah menerapkan kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2022/2023. Adapun salah satu sekolah di kabupaten Purwakarta, yakni SMPN 4 Purwakarta merupakan salah satu sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka di tahun ajaran 2022/2023 pada jenjang kelas 7.
Wawancara yang dilakukan penulis bersama narasumber (Bu Wening Hidayah, S.Pd. dan Bu Leli Nurlaeli, S.Pd.). Foto: Dok. Penulis
Wakil kepala sekolah bagian kurikulum SMPN 4 Purwakarta, Wening Hidayah, S.Pd. mengatakan bahwa dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, dengan adanya controlling dari pusat, guru diwajibkan untuk mengerjakan modul dan mengikuti pelatihan pada platform Kurikulum Merdeka, “Aplikasi ini terkoneksi oleh pusat, jadi bisa terlihat modul apa saja yang sudah kita kerjakan, pelatihan apa yang sudah kita ikuti, karena kita juga menggunakan akun belajar.id. Jadi tidak hanya siswa yang dituntut mandiri, tetapi guru juga dituntut mandiri.”, ucapnya. Guru Wali Kelas sekaligus Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 4 Purwakarta, Leli Nurlaeli, S.Pd. menambahkan, “Walaupun namanya Kurikulum ‘Merdeka’, dalam pelaksanaannya, kita tetap masih ada acuan dan aturan.”
ADVERTISEMENT

Pelatihan Mandiri Kurikulum Merdeka VS Pelatihan Intensif Kurikulum 2013, mana yang lebih efektif?

Di dalam aplikasi Merdeka Mengajar, terdapat berbagai modul, dan pelatihan yang bisa diikuti secara fleksibel, kapanpun, dan dimanapun. Fleksibilitas penggunaan aplikasi Merdeka Belajar membuat guru dituntut untuk mandiri dalam mengikuti pelatihan melalui aplikasi Merdeka Mengajar. Sehingga pemahaman setiap guru terhadap pelaksanaan Kurikulum Merdeka pun berbeda-beda, bergantung pada kemandirian dan kesadaran guru akan pentingnya mengikuti pelatihan dan mencari tahu informasi mengenai penerapan Kurikulum Merdeka.
Adapun poin penting yang dapat kita highlight dari konsep Kurikulum Merdeka ini adalah begitu pentingnya penanaman sikap mandiri yang tidak hanya berlaku bagi siswa, begitu pula dengan guru yang harus mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi para siswanya. Ini patut menjadi perhatian bagi kita khususnya guru atau calon guru, agar sudah sepatutnya kita memiliki jiwa pembelajar yang senantiasa haus akan ilmu yang bermanfaat.
ADVERTISEMENT
“Kalau guru rajin buka aplikasinya dan mengikuti pelatihannya, pasti mampu mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan optimal. Namun bagi guru yang memiliki jadwal yang padat, guru lanjut usia yang gagap teknologi, atau bahkan guru yang bersikap acuh, wawasan penguasaan dan manfaat dari aplikasi Merdeka Mengajar tidak tersampaikan dengan baik. Terlebih tidak ada punishment yang diberikan jika guru tidak mengerjakan modul dan tidak mengikuti pelatihan di aplikasi Kurikulum Merdeka.”, ujar Bu Wening.
“Tidak seperti saat awal diterapkannya Kurikulum 2013, yang mana pada saat itu. setiap guru diberikan pelatihan intensif selama ± 1 minggu mengenai perencanaan sampai pelaksanaan kurikulum sehingga guru paham akan arah dan implementasi Kurikulum 2013.”, sambung Bu Leli.
Terdapat perbedaan yang cukup kontras pada teknis pelatihan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Pelatihan mandiri melalui platform Kurikulum Merdeka adalah sebuah terobosan yang baik untuk menumbuhkan sikap kemandirian guru, namun disisi lain pelatihan intensif memudahkan guru dalam memahami arah dan implementasi kurikulum karena guru sudah memiliki wawasan yang mumpuni mengenai kurikulum yang akan diterapkan setelah mengikuti pelatihan. Kedua teknis pelaksanaan pelatihan tersebut memiliki keunggulan masing-masing, maka diharapkan Kemendikbud Ristek dapat melakukan evaluasi dan kajian lebih lanjut mengenai hal ini.
ADVERTISEMENT
Agar guru lebih siap untuk mengimplementasikan kurikulum baru, saran dari penulis adalah alangkah lebih baik jika Kemendikbud Ristek mengadakan pelatihan intensif dalam kurun waktu tertentu, seperti pada awal pelaksanaan Kurikulum 2013. Dengan pertimbangan kualitas SDM guru dan tingkat melek teknologi di Indonesia, penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan dilaksanakannya pelatihan intensif, wawasan penguasaaan kurikulum bagi guru akan lebih merata dibandingkan pelatihan mandiri melalui platform Aplikasi Merdeka Mengajar.

Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SMPN 4 Purwakarta

Penerapan Kurikulum Merdeka berimplikasi pada aktivitas di sekolah dengan diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi serta memegang prinsip holistik, kontekstual, berpusat pada peserta didik, dan eksploratif. Yang mana siswa diharapkan mampu terjun langsung untuk mengalami sendiri setiap pembelajaran yang bersifat kontekstual untuk mencapai tujuan pembelajaran diiringi ketercapaian karakter Profil Pelajar Pancasila melalui penilaian yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pada penerapan kurikulum merdeka terdapat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau yang biasa disebut dengan P5.
ADVERTISEMENT
“Untuk implementasinya ini searah dengan instruksi Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta terkait program TdBA atau Tatanen Di Bale Atikan pada tahun 2020, oleh karena itu seluruh SD dan SMP di Purwakarta menjadikan program TdBA sebagai ide dalam penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Kalau kabupaten lain mungkin masih bingung memikirkan ide Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, kalau kita sudah tinggal melanjutkan saja program TdBA yang pernah diinstruksikan.”, sambungnya.
Di awal tahun ajaran baru, guru-guru melakukan musyawarah mengenai perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila selama satu semester ke depan, dengan membentuk tim, menentukan penanggung jawab, dan menentukan koordinator, sebelum mengarahkannya pada siswa.
“Melakukan kolaborasi dengan setiap guru merupakan suatu tantangan bagi kami dalam menyatukan persepsi untuk menghasilkan keputusan.”, ucap Bu Leli.
ADVERTISEMENT
Agar Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila berjalan dengan lancar, sangat dibutuhkan kolaborasi dari setiap civitas akademik di sekolah. Maka sebaiknya chemistry dari seluruh elemen sekolah dapat terikat dengan baik melalui kegiatan konsolidasi, menumbuhkan sikap saling menghargai pendapat, tidak memaksakan kehendak, mengamalkan sikap hormat pada yang lebih tua, dan menghargai yang lebih muda.
Pemaparan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila oleh guru (Bu Leli Nurlaeli, S.Pd.). Foto: Dok. Narasumber
Kelas 7A - 7E memiliki tema projek gaya hidup berkelanjutan dengan implementasinya yaitu menanam cengek dan sayuran kangkung di lahan yang sudah disediakan oleh sekolah lalu mendistribusikannya kepada masyarakat bersama beras kaheman, yang mana pada setiap hari Kamis, para siswa diinstruksikan untuk membawa beras yang akan dikumpulkan dalam satu karung.
“Nah, dari kegiatan ini upaya penanaman karakter siswa pun terlaksanakan. Kita dapat menanamkan sikap kasih sayang dan peduli sesama.”, ucap Bu Wening.
Proses penanaman yang dilakukan oleh siswa. Foto: Dok. Narasumber
Adapun contoh lain yakni dari kelas yang memiliki tema projek kewirausahaan dengan implementasinya yaitu menanam sayuran bayam brazil, lalu diolah menjadi keripik, donat, dan brownies, sebelum didistribusikan kepada masyarakat dan pelaku usaha.
Produk hasil Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Donat dan brownies bayam brazil. Foto: Dok. Narasumber

Sosialisasi perihal penyusunan penilaian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila perlu segera dilaksanakan

ADVERTISEMENT
Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SMPN 4 Purwakarta patut diacungi jempol. Baik dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, maupun pendistribusian sudah berjalan dengan sangat baik. Namun sayangnya sampai saat ini Kemendikbud Ristek belum mengadakan sosialisasi mengenai detail penyusunan penilaian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk dituangkan dalam rapor siswa.
“Mungkin akan diadakan mendekati akhir semester.”, ujar Bu Wening.
Diharapkan sebelum akhir semester datang Kemendikbud Ristek segera mengadakan sosialisasi mengenai detail penyusunan penilaian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila agar proses penilaian oleh guru dapat terlaksana dengan baik dan tidak dalam keadaan mendadak.
Tim penulis:
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Purwakarta Program Studi Pendidikan Sistem dan Teknologi Informasi (PSTI)
ADVERTISEMENT