Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Kecelakaan motor yang dialami pesinetron Gunawan Sudrajat (43) pada tahun 2014 berbuntut panjang. Efek dari kecelakaan tersebut membuat kaki Gunawan patah tulang dan infeksi. Meski hampir 2 tahun berlalu, namun proses penyembuhan masih harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah lagi masa recovery. Insya Allah bulan Maret saya akan kembali (ke Singapura) untuk check up. Mudah-mudahan nggak pakai kruk lagi. Berdoa, Bismillah cepat nyambung tulangnya," ungkap Gunawan saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Kamis (2/1).
"Soal kaki akan diamputasi itu juga nggak benar," lanjutnya.
Selama proses penyembuhan, Gunawan menjalani beragam perawatan dan fisioterapi, serta rutin konsumsi vitamin yang mengandung kalsium. "Selain itu saya harus jaga jangan sampai terbentur. Makanya saya harus berhati-hati dalam aktivitas. Olahraga pun harus hati-hati, nggak bisa semaksimal dulu," kata Gunawan yang dulunya mengaku rutin lari hingga 7 kilometer.
Selain menjalani pengobatan rutin untuk kesembuhan kaki, rupanya efek dari kecelakaan motor juga berpengaruh pada kondisi psikis pemain sinetron 'Air Mata Ibu' ini. Ia mengaku trauma.
ADVERTISEMENT
"Saya dengar suara motor kencang saja sekarang suka takut. Terus lihat pengendara motor nggak disiplin aja, suka marah sendiri. Traumanya sampai begitu. he he he," akunya.
Rasa trauma itu juga membuatnya untuk memilih pensiun menggunakan motor gede alias moge.
"Selesailah (nggak pakai moge lagi). Motor dijual, helm dan aksesori juga dijual. Kalau helm diambil orang. Tiga motor dijual semua," ungkapnya yang langsung dibenarkan sang istri, "Nggak bakal dikasih lagi. SIM juga udah diambil," kata Sybilla Ernova Hartoto Hardikusumo alias Lala.
Kecelakaan yang dialami Gunawan bermula saat ia sedang touring bersama teman-temannya. Gunawan yang saat itu memakai motor jenis Ducati Hyperstrada ini terpaksa menghindar dari temannya yang tiba-tiba rem mendadak.
ADVERTISEMENT
"Saat itu kecepatannya 120-125 km/jam. Saya menghindari teman saya yang ngerem mendadak di depan. Kalau saya nabrak teman saya, mungkin lebih parah lagi jadi lebih baik saya yang menghindar," kenangnya.
"Motornya niban kaki saya dan yang saya ingat teman saya angkat motor saya dari kaki saya. Pertama kali buka helm yang saya cek dulu kaki kanan bergerak atau nggak. Pas kaki kiri dicoba nggak bisa dan dilihat ada tulang putih nongol ke atas," tutupnya.
Live Update