Kata Mereka tentang Puisi Sapardi Djoko Damono

23 Maret 2017 17:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sapardi Djoko Damono mendatangani buku. (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sapardi Djoko Damono mendatangani buku. (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Sapardi Djoko Damono baru saja berulang tahun ke-77 tanggal 20 Maret kemarin. Untuk merayakan hari spesial itu, ia meluncurkan enam buku puisi dan satu novel lanjutan dari 'Hujan Bulan Juni'.
ADVERTISEMENT
Hadir dalam acara yang digelar di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, adalah penggemar dan juga sahabat-sahabat dari Sapardi. Para sahabat ini pun turut menyuarakan puisi-puisi Sapardi yang menjadi favorit mereka.
kumparan (kumparan.com) mendapatkan kesempatan untuk bertanya kepada para sahabat Sapardi mengenai puisi yang menjadi favorit masing-masing. Mereka adalah penyair Joko Pinurbo, aktor senior Slamet Rahardjo, dan mantan pembawa acara Tina Talisa.
Joko Pinurbo
Joko Pinurbo di peluncuran buku SDD. (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Pinurbo di peluncuran buku SDD. (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Salah satu sahabat terdekat Sapardi Djoko Damono adalah sesama penyair tanah air, Joko Pinurbo. Usai mengisi acara peluncuran tujuh buku Sapardi, Joko membeberkan puisi favorit sahabatnya itu.
'Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari' adalah puisi favoritnya. Puisi itu diakui sebagai salah satu karya Sapardi yang paling ngetop di semua kalangan. Juga, Joko memuji kepekaan Sapardi mengenai hubungan antara matahari, manusia, dan bayangan yang tidak pernah disadari oleh semua orang.
ADVERTISEMENT
"Itu permainan logika yang luar biasa, sederhana, tapi itu cerita tentang keberadaan manusia," ujar Joko saat ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (22/3).
Sapardi dan Joko telah bersahabat selama berpuluh-puluh tahun, hingga Joko tidak ingat kapan dan di mana mereka bertemu. Tapi satu hal yang ia ingat mengapa ia sangat terkesan saat mulai berteman dengan pria 77 tahun tersebut.
"Saya jadi kenal dekat sama beliau karena beliau orangnya rilek dan suka bercanda. Selera humornya bagus," kenang Joko.
Slamet Rahardjo
Slamet Rahardjo Djarot (Foto: indonesianfilmcenter.com)
zoom-in-whitePerbesar
Slamet Rahardjo Djarot (Foto: indonesianfilmcenter.com)
Tak berbeda dari Joko, Slamet juga menjagokan puisi 'Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari'. Ia menyukai puisi itu karena makna yang terpendam di dalamnya. Menurut Slamet, makna dari puisi itu sederhana, yaitu alam itu adil dan tidak pernah bertengkar, alam pun terus memberi, tidak pernah meminta balas budi.
ADVERTISEMENT
"Kita diberi terus (oleh alam) tapi nggak bisa memberi ke alam, malah mengotori alam," ucap Slamet.
Slamet pun memuji sahabatnya itu yang telah merekam fenomena yang terjadi setiap hari itu hingga terekam dengan baik.
Slamet telah mengenal Sapardi sejak dirinya masih sibuk mengganggu anak-anak perempuan, tak begitu jelas di umur berapa atau tahun berapa. Salah satu dosennya yang bernama Tuti pun yang memperkenalkan sosok Sapardi kepada Slamet.
Kala itu, Slamet dan Tuti sedang berada di dalam mobil dan saat itulah Sapardi lewat di depan mereka. "Itu loh penyair hebat itu bernama Djoko Dam," ucap Slamet meniru perkataan Tuti. Ya, dulu Sapardi memang disapa dengan nama Djoko Dam oleh sahabat-sahabat lamanya. 
ADVERTISEMENT
Beruntung bagi salah satu sahabat Sapardi, ia pernah dibuatkan sebuah buku esai khusus untuk Slamet berjudul 'Slamet Rahardjo Djarot'. Kakak dari Eros Djarot ini pun mengakui bahwa Sapardi yang baru berulang tahun tanggal 20 Maret itu sebagai orang yang hebat dan tidak sombong.
"Seperti puisinya saja, sederhana tapi mantap," ujar Slamet seraya tersenyum hangat.
Tina Talisa
Presenter Berita Tina Talisa (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presenter Berita Tina Talisa (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Mantan pembawa acara televisi ini memiliki pilihan yang beda dari dua lelaki di atas. Tina memilih puisi yang agak mainstream, yaitu 'Aku Ingin', dan novelnya yang terkenal, "Hujan Bulan Juni'.
Untuk novel HBJ itu Tina sampai tidak mengira bahwa novel itu ditulis oleh seorang penyair uang sudah memasuki usia kepala 7. Perempuan yang tengah mengandung anak ketiga ini mengungkapkan bahwa hasil karya tangan sapardi itu sangat ringan walaupun menabrak kaidah karya sastra.
ADVERTISEMENT
"Tapi semua diramu jadi enak banget dan mengalirnya," ucap Tina.
Tina pun memuji bagaimana semua karya Sapardi bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat. Bahkan, tidak sedikit karya Sapardi dalam bentuk novel sangat diminati oleh anak-anak yang masih duduk di bangku SMA.
Bagaimana dengan kamu? Apa karya Sapardi Djoko Damono yang kamu favoritkan?