Mimpi Anak Nelayan yang Kandas di Film 'Cahaya Cinta Pesantren'

10 Januari 2017 11:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aktris cantik, Yuki Kato. (Foto: Munady/kumparan)
Mimpi Shilla, anak seorang nelayan di Danau Toba yang ingin melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri favorit di daerahnya, harus pupus. Kehidupan perekonomian keluarga pun tak mampu membuat Shilla sekolah di SMA swasta. Akhirnya atas bujukan kedua orang tuanya Shilla menjadi santri di Pesantren Al-Amanah.
ADVERTISEMENT
Kehidupan pesantren yang begitu disiplin membuat Shilla, yang diperankan oleh Yuki Kato, harus beradaptasi. Gadis puber ini juga harus menjalani kehidupan di pesantren dengan bermacam konflik, mulai dari konflik persahabatan sampai konflik perasaan. Lalu mampukah Shilla bertahan sebagai santri di pesantren?
Ini merupakan sepotong cuplikan kisah dari film terbaru berjudul 'Cahaya Cinta Pesatren' yang diangkat dari novel berjudul sama karya Ira Mada. Film garapan sutradara Raymond Handaya ini mengangkat sebuah kisah dengan tema religi namun dikemas secara modern.
"Film ini gimana caranya angkat soal religi tapi dengan cara populer dan settingnya pun tetap dengan budaya Indonesia. Jujur, memang sulit menemukan peran yang bisa berlogat dan harus tampil seotentik mungkin," ungkap Raymod saat ditemui dalam jumpa pers film Cahaya Cinta Pesantren di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1) sore.
ADVERTISEMENT
Konferensi Pers Cahaya Cinta Pesantren (Foto: Yurika Kencana/kumpara)
Hingga akhirnya hal pertama yang dilakukan sang sutradara adalah mencari sosok pemeran utama yang sesuai dengan penggambarannya. "Pertama saya cari Yuki. Karena dia lagi jauh, jadi dia bikin rekaman sendiri, dan pakai hijab sendiri. Akhirnya saya puas sendiri karena buat saya effort-nya yang bikin puas," lanjut Raymond.
Yuki Kato (21) yang didapuk sebagai pemeran utama di film ini juga mengaku awalnya cukup berat saat harus mendalami karakter sebagai sosok anak santri.
"Jujur saja sih sulit. Tantantangan untuk berakting mengenakan hijab gimana caranya supaya saya bisa kelihatan saja tanpa merasa terganggu dan bagaimana logat Batak harus meyakinkan. Jadi PR-nya banyak banget yang harus saya kerjakan," ungkap Yuki.
ADVERTISEMENT
Meski akhirnya Yuki merasa nyaman dengan sosoknya yang memakai hijab di film, nyatanya ia belum siap bila harus mengenakan hijab dalam kehidupan sehari-hari. Gadis berdarah Jepang ini mengatakan memakai hijab membutuhkan proses yang panjang, dan bukan hanya semata-mata karena perannya di film.
"Saya masih setengah-setengah gitu karena nggak yakin. Bukan nggak yakin karena hijabnya tapi nggak yakin sama diri sendiri. Banyak sih yang bilang, kalau nggak sekarang, mau kapan?"
Namun paling tidak kata Yuki, perannya di 'Cahaya Cinta Pesantren' membawanya ke arah yang lebih baik dalam beribadah. "Jadi kebiasaan bangun pagi sih buat salat subuh dan tahajud juga. Kebawa karena rutinitas ya dan jadi lebih mendalami agama lagi," tandasnya.
Sivia ikut main film Cahaya Cinta Pesantren. (Foto: Munady/kumparan)
ADVERTISEMENT
Selain Yuki Kato, film produksi Fullframe Pictures ini juga menghadirkan sederet bintang muda lainnya seperti Febby Blink, Vebby Palwinta, Sivia Blink, dan Rizky Febian. Senada dengan Yuki, Sivia 'Blink' Azizah (19) yang berperan menjadi Aisyah juga merasakan tantangan tersendiri saat menjalani kehidupan di pesantren.
"Kebetulan saya sekolah di sekolah khusus muslim dan terkadang berdialog dengan bahasa Arab. Jadi potongan ayat lumayan familiar. Cuma yang bikin berat adalah gimana cara membacanya agar tidak salah. Itu yang selalu saya tanya ke Mama biar saya ingat. Selain itu yang berat handphone juga disita (saat syuting). Padahal aku nggak pernah handphone disita Mama, sinyal juga susah sih, jadi harus ikhlas. Untungnya kami berempat gampang berbaur," katanya seraya tersenyum.
ADVERTISEMENT
Rencananya, film yang juga diperankan oleh Elma Theana, Tabah Penemuan, Zeezee Shahab, Fachri Muhammad serta Wirda Mansur, ini akan tayang pada 12 Januari. Tak hanya mengangkat sisi religi, tapi film ini juga menyajikan keindahan Danau Toba dan keindahan budaya dari tanah Sumatera.
"Semoga film ini bisa menambah kekayaan film Indonesia dan membanggakan," kata sang produser, Haryanto.