'Ziarah', Film untuk Berdamai dengan Masa Lalu

25 Februari 2017 7:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemeran utama Ponco Sutiyem (Foto: Instagram @filmziarah)
'Ziarah' adalah sebuah film yang ditulis dan disutradarai oleh sutradara asal Yogyakarta bernama BW Purbanegara. Film ini berkisah mengenai Mbah Sri yang melancong untuk mencari makam suaminya yang diduga tewas saat Agresi Militer Belanda II tahun 1948.
ADVERTISEMENT
Pemeran utama film ini pun diperankan oleh sepuh bernama Ponco Sutiyem yang sudah menginjak usia 95 tahun. Sosok Ponco Sutiyem sendiri bukanlah seorang aktris yang sering terlihat wara-wiri di layar kaca. Ia hanyalah seorang petani, namun mampu membuat penonton terenyuh dengan aktingnya di film 'Ziarah'.
Dalam filmnya, Ponco, yang diberi nama Mbah Sri, harus melanglang buana menaiki bukit dan gunung, menyusuri waduk, hingga pelosok desa hanya untuk mencari makam suaminya yang merupakan seorang tentara bernama Prawiro Sahid.
Film karya BW Purbanegara (Foto: Instagram @filmziarah)
Mbah Sri tak sendiri. Dalam perjalanannya mencari makam sang suami, ada orang lain juga yang ikut mencari keberadaan si Mbah. Adalah Prapto, cucu Mbah Sri yang diperankan oleh aktor Rukman Rosadi.
ADVERTISEMENT
Prapto diceritakan ikut mencari keberadaan Mbahnya yang berpetualang sendirian. Ia mencari hanya dengan berbekal informasi sepotong-potong dari orang yang ia temui.
Sebenarnya, usia Mbah Sri yang tak lagi muda membuat BW pun tak tega melihatnya berjalan jauh, hanya untuk mencari batu nisan suaminya itu. Tapi demi profesionalitas dan alur cerita yang utuh, BW mau tak mau harus mengikuti skenario yang sudah ia tulis.
"Saya juga nggak tega bikin cerita kayak gini, tapi nggak pengin juga mengakhiri dengan sekedar kecewa," ungkap BW.
Pada akhir cerita, Mbah Sri pasrah terhadap hasil yang ia temukan. BW juga berujar bagaimana epilog film itu menandai bahwa Mbah Sri sudah besar hati. "Penting untuk tidak mengakhiri cerita yang tidak sedih," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Lewat film ini, pesan moral yang ingin disampaikan adalah agar manusia bisa berdamai dengan masa lalunya.
"Kalau sekedar tenggelam dalam masa lalu, nggak ada gunanya. Melupakannya juga tidak bijak," ujar BW.
Pesan itulah yang merupakan ide dasar dari pembuatan film yang diperankan oleh Ponco Sutiyem dan Rukman Rosadi itu. BW bercerita bagaimana tsunami di Aceh tahun 2004 silam sangat membekas pada dirinya. Kala itu, ia menjadi relawan untuk membantu para korban.
"Saat tsunami Aceh saya ketemu banyak orang yang bisa berdamai dengan itu (tragedi Aceh). Saya juga sering ketemu orang tua yang bercerita tentang masa lalu dengan lancarnya," ucapnya saat jumpa pers di Plaza Indonesia, Thamrin, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari ingatan tersebut, maka dibuatlah film 'Ziarah' yang ditulis oleh BW sendiri sekitar dua tahun lamanya.
Film yang masuk dalam nominasi FFI 2016 untuk kategori Penulis Skenario Terbaik ini juga sempat menjadi salah satu film yang tayang di Plaza Indonesia Film Festival pada tanggal 22-24 Februari lalu.