Konten dari Pengguna

Makna dan Simbolisme pada Sosok Semar dalam Pewayangan Jawa

Celvin Pebrian
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
7 Desember 2024 20:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Celvin Pebrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Semar adalah tokoh Panakawan dalam pewayangan Jawa yang mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan dan moral kepada manusia. Semar digambarkan sebagai sosok yang bijaksana dan rendah hati, namun memiliki sifat yang humoris juga. Meskipun tampak sederhana, Semar sebenarnya adalah dewa yang turun ke bumi untuk menjaga keseimbangan, melindungi, dan memberi nasihat.
ADVERTISEMENT
Tokoh semar mengajarkan tentang bagaimana menjadi manusia atau pemimpin yang baik. Berbagai sifat dan ajaran tersebut antara lain: pemimpin tidak akan mengagungkan keturunan dan asal usulnya, pemimpin harus (temuwo) berfikir dan berpandangan luas dan dalam. Pemimpin tidak boleh anti kritik, pemimpin harus mudah terharu terhadap penderitaan rakyat, pemimpin harus selalu siap melayani dalam kondisi apapun serta pemimpin harus bisa mikul dhuwur mendehem jero (menghargai hasil pemimpin sebelumnya dan menutupi segala keburukan yang ada).
Jika melihat tampilan fisiknya, Semar wujudnya membulat, maksudnya tinggi dan lebar badan hampir sama. Memiliki kebiasaan muka tengadah dengan tangan nuding ke atas. Ia adalah tokoh dengan usia uzur, hal ini nampak pada rambutnya memutih. Dedegnya tidak berdiri dan tidak jongkok sehingga tampak aneh. Mulut cablek atau nyablek, yakni bibir yang sangat tipis dengan dagu golen bersusun dan tampak satu garis dari bawah. Posisinya agak terbuka dengan dagu menjorok ke depan atau nyadhuk. Matanya penuh rembesan, menggambarkan mata yang belum dibersihkan karena baru saja bangun tidur.
ADVERTISEMENT
Semar memiliki 8 Daya Kuncung, yaitu: tidak pernah lapar, tidak pernah mengantuk, tidak pernah jatuh cinta, tidak pernah bersedih, tidak pernah merasa capek, tidak pernah menderita sakit, tidak pernah kepanasan, dan tidak pernah pula kedinginan.
Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip Semar dapat diterapkan dengan memiliki sifat “ojo dumeh” atau rendah hati, serta rasa eling kepada Tuhan untuk membedakan yang baik dan buruk. Kewaspadaan dan perhatian dalam hidup juga diutamakan, sebagaimana prinsip Semar yang mengajarkan untuk selalu waspada agar tidak menyesal. Semar juga merupakan simbol dari karakteristik orang Jawa yang selalu mengajarkan segala sesuatu secara simbolis.
Adapun kajian simbol lain dari karakter tokoh Semar yang berupa; hitam adalah simbol bumi, dan semar menggambarkan manusia yang telah mencapai maqom “bumi”. Bumi bersifat diam, tidak marah meski dirusak manusia. Semua kekuatannya seperti air, api, angin adanya di bumi, tapi ia menyembunyikannya, tidak menunjukkan kesombongan. Semua tumbuhan tumbuh di bumi, dan hasilnya dimanfaatkan oleh hewan dan manusia. Manusia yang berilmu bisa memberi manfaat bagi alam dengan kasih dan cinta.
ADVERTISEMENT
Pertunjukkan wayang kulit bagi masyarakat Jawa memiliki nilai ritual yang dalam dan menggunakan simbol-simbol komunikasi. Cerita wayang di Indonesia memiliki perbedaan dengan cerita Mahabarata dan Ramayana asli India, dimana tokoh Panakawan seperti Semar tidak terdapat dalam cerita aslinya. Semar dan Panakawan adalah kreasi khas Indonesia yang memiliki peran sebagai pengasuh para kesatria dan penasehat yang bijaksana.
Bentuk wayang kulit diyakini sebagai penggambaran aspek lahiriah dan sekaligus gambaran sebuah konsep yang non material. Bentuk hidung, mulut, mata, tangan, jelas menggambarkan kharakter tertentu. Di samping itu juga terdapat simbol dari konsep yang berupa kedudukan dan status tertentu. Simbolisme dari wujud dan karakter Semar ini menunjukkan bahwa ia mewakili keseimbangan dan keadilan serta menjadi penjaga kebenaran.
ADVERTISEMENT
Budaya semu dalam masyarakat Jawa menunjukkan simbolisme dalam penampilan dan perilaku yang halus dan tersirat. Hal ini dilakukan agar menjaga keharmonisan sosial dan kehalusan budi. Segala sikap dan perilaku yang terbungkus dengan semu diharapkan dapat mengenakkan sesama manusia dalam kehidupannya. Memahami simbolisme dalam budaya Jawa dan wayang kulit dapat membantu memahami makna simbolik dari keberadaan tokoh Panakawan Semar dan menyelami kebesaran dan kebijaksanaan leluhur.