Konten dari Pengguna

Krisis Komunikasi di Media Sosial Semakin Meluas

Cely Julianti
Pranata Humas Anggota Iprahumas Indonesia
22 September 2024 11:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cely Julianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : freekpik.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto : freekpik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta – Krisis komunikasi yang terjadi melalui platform media sosial kian menjadi sorotan. Banyak pengguna media sosial mulai merasakan dampak buruk dari penyalahgunaan informasi hingga meningkatnya polarisasi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai kasus yang melibatkan penyebaran hoaks, ujaran kebencian, hingga misinformasi semakin marak di platform seperti Instagram, Twitter, hingga TikTok. Situasi ini memicu keresahan di kalangan masyarakat, terutama karena kurangnya regulasi yang ketat terhadap konten yang disebarkan secara masif di dunia maya.
Salah satu masalah utama adalah banyaknya informasi yang diterima tanpa melalui proses verifikasi yang baik, Pengguna media sosial cenderung percaya begitu saja pada berita yang viral, tanpa memeriksa keakuratan informasi tersebut.
Selain itu, media sosial juga menjadi ladang subur bagi polarisasi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari semakin terpecahnya opini publik terkait berbagai isu, seperti politik, kesehatan, dan budaya. Algoritma media sosial yang sering kali menampilkan konten sesuai preferensi pengguna diduga menjadi salah satu penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Media sosial kini lebih banyak berperan dalam memperkuat sudut pandang yang kita miliki, sehingga sulit untuk melihat perspektif lain. Akibatnya, ruang diskusi sehat semakin sempit.
Krisis komunikasi ini juga diperparah dengan kehadiran influencer atau tokoh publik yang memiliki jutaan pengikut, tetapi tidak memiliki tanggung jawab etis dalam menyebarkan informasi. Sering kali, mereka menyebarkan konten kontroversial demi menarik perhatian tanpa memedulikan dampak negatif yang ditimbulkan.
Berbagai pihak mendesak pemerintah untuk lebih tegas dalam menindak penyebaran informasi yang tidak benar di media sosial. Saat ini, regulasi terkait konten digital dianggap belum cukup memadai untuk mengatasi masalah ini. Kita butuh peraturan yang lebih kuat dan edukasi yang lebih masif kepada masyarakat mengenai pentingnya literasi digital,
ADVERTISEMENT
Meski demikian, platform media sosial seperti Facebook dan Twitter mengklaim telah berupaya menangani masalah ini dengan melakukan penyaringan konten dan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk memerangi misinformasi. Namun, banyak yang menilai langkah tersebut belum cukup efektif.
Masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi. Pemerintah, akademisi, dan pelaku industri diharapkan dapat berkolaborasi dalam menemukan solusi terbaik untuk meredam krisis komunikasi yang semakin mengkhawatirkan ini.
Tindakan Humas Saat Krisis Komunikasi di Media Sosial
Saat krisis komunikasi terjadi di media sosial, humas (hubungan masyarakat) bergerak cepat untuk memulihkan citra dan reputasi perusahaan atau organisasi. Langkah pertama yang dilakukan humas adalah memantau situasi secara intensif untuk mengidentifikasi masalah inti. Tim humas juga berusaha memahami sentimen publik melalui analisis komentar dan percakapan yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui sumber krisis, humas segera merespons dengan pernyataan resmi yang menenangkan, transparan, dan jelas. Kecepatan dan ketepatan dalam merespons sangat penting untuk menghindari spekulasi negatif yang bisa menyebar dengan cepat. Humas seringkali menggunakan media sosial untuk menyampaikan klarifikasi langsung, serta memanfaatkan influencer atau pihak ketiga yang dipercaya untuk membantu memperkuat pesan.
Selanjutnya, humas berusaha memulihkan kepercayaan publik dengan memberikan solusi konkret atas masalah yang terjadi. Mereka juga memastikan komunikasi dua arah tetap berjalan dengan membuka jalur diskusi melalui komentar atau pesan pribadi. Dengan pendekatan yang terbuka dan proaktif, humas berupaya menjaga reputasi perusahaan tetap positif di mata masyarakat.
Dalam situasi krisis, humas juga bekerja sama dengan tim internal lainnya, seperti tim hukum dan manajemen, untuk memastikan semua tindakan sesuai dengan regulasi yang berlaku dan menjaga integritas perusahaan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya transparansi dan respons cepat saat terjadi krisis. Dalam situasi seperti ini, perusahaan atau organisasi harus segera memberikan klarifikasi atau pernyataan resmi melalui media sosial. Ini untuk mencegah rumor atau informasi yang salah menyebar lebih luas,
Selain itu, media sosial juga memungkinkan komunikasi dua arah antara organisasi dan publik. Komentar atau pesan dari masyarakat dapat langsung ditanggapi untuk meredam situasi. Hal ini membuat media sosial menjadi alat yang sangat fleksibel dan dinamis dalam manajemen krisis.
Selain respons cepat, konten yang disampaikan harus tetap jelas, tidak bertele-tele, dan mencerminkan sikap tanggung jawab dari pihak yang terkait. Dengan pendekatan yang tepat, krisis komunikasi bisa ditangani dengan efektif, bahkan dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan atau lembaga yang bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, media sosial tidak hanya menjadi platform hiburan, tetapi juga alat penting dalam menghadapi krisis komunikasi di era modern.