Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hari Ibu : Momentum Merekatkan Hubungan dengan Ibu
22 Desember 2022 13:31 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Shafira Adlina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Acha, Mas Sakha yuk telepon Omah.” Ajakku pada anak-anak pagi itu.
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi rutinitas saya dengan anak-anak sebisa mungkin setiap hari bisa menelepon orang tua saya dan orang tua suami. Meski terlihat mudah, hal ini dulu berat saya lakukan.
Kenapa Saya Gak Dekat dengan Orang Tua?
Mengapa berat? Dahulu saat saya mulai kerja pertama kali dan belajar tinggal di kostan, saya merasa ga dekat dengan orang tua.
Begitu melihat teman di sekeliling, betapa mereka mudah bercerita apapun dengan orang tua sendiri. Diri ini iri dengan mereka yang mudahnya saling menelepon, saling bercerita. Ada perasaan iri dengan mereka yang sering dipeluk dan dicium orang tua mereka.
Setelah menikah dan belajar parenting, saya sadar ada jarak antara diri dan orang tua. Perjalanan merajut hubungan dengan orang tua saya tidaklah mudah. Kedua orang tua saya yang bercerai di masa saya sekolah, kemudian mereka kini memiliki pasangannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa pengalaman masa kecil yang masih membekas pada pengasuhan orang tua dulu yang membuat hubungan kita hari ini kurang harmonis sama orang tua. Ada rasa segan atau sulit menceritakan ini dan itu. Akhirnya hanya terjebak dalam hubungan penuh rasa sungkan.
Mungkin dulu di antara pembaca di sini ada yang pernah mengalami main fisik oleh orang tua sendiri? atau kata-katanya yang menyakitkan, negative labeling dengan totalitasnya dalam mendidik kita? Semua ingatan kisah itu masih ada, apalagi rasanya tertinggal dalam hati. Semakin hari kesalahan mereka semakin kita ukir bak prasasti.
Saya merasa ada yang tidak beres dengan diri. Hal ini terindikasi ketika saya memiliki anak, saya berjanji tidak akan mengulangi perlakukan orang tua, kita janji pasti bisa lebih baik dari yang kita alami. Namun karena ingatan itu tidak diproses dengan sempurna. Malah menjadi gerak reflex tanpa sadar kita ulang lagi kepada anak kita. Contohnya memarahi anak dengan respon yang tidak memberdayakan.
ADVERTISEMENT
Hari Ibu : Momentum Merekatkan Hubungan
Apa yang harus dilakukan untuk merajut hubungan yang merenggang dengan orang tua ini? Tulisan ini teinspirasi ketika aku scrolling media sosial dan menemukan postingan dari Pak Erik Thohir.
“Hari ini, sempatkanlah pulang dan temui Ibu. Atau segera hampiri istrimu saat sampai rumah. Ucapkan selamat Hari Ibu dan Perempuan. Mohon restu mereka agar besok dan seterusnnya kerjamu menjadi berkah. Mintalah doa agar akhlak tetap terjaga”
Kalimat ini mengingatkanku bahwa Ibuku kini lebih dari satu. Ada ibu kandung biologisku, ada Ibu mertua dan ibu tiriku juga.
Menerima ketiga sosok Ibu tidaklah mudah. Zona mental korban dulu menghantui, rasanya diri ini paling menderita dan tidak bahagia. Padahal bukanlah mereka atau orang lain yang bertanggung jawab atas bahagiaku.
ADVERTISEMENT
Hari Ibu bisa menjadi momentum kita untuk merekatkan kembali hubungan dengan ibu maupun mertua kita. Jika kalian pernah di posisi saya, cobalah merasa mencari celah hikmah dari ribuan luka.
Memang tidak instan perjalanan dalam menerima takdir ini. Butuh banyak bantuan dari pihak. Terutama pasangan dan professional. Tidak sedikit buku, pelatihan hingga workshop tentang parenting, luka pengasuhan hingga terapi memaafkan. Namun, jika kalian ingin merekatkan hubungan dengan orang tua tidaklah pernah ada kata terlambat apalagi selagi mereka masih hidup.
Seperti caption dari Pak Erick Thorir: ”Dari banyaknya rezeki dan berkah dalam hidup, rezeki terindah adalah ditakdirkan menjadi anak dari Ibu hebat sepertimu … Peluk, cium dan kabari ibumu selagi masih bisa.”
ADVERTISEMENT
Setelah membaca itu yang jelas mata dan hati pasti terharu biru.
Menerima Awal Memperbaiki
Menerima bahwa kita tidak baik-baik saja memang tidaklah mudah, tapi itulah gerbang berdamai dengan segala kenyataan yang telah Allah takdirkan. Hal yang harus dilakukan menerima diri bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk orang tua kita sendiri.
Bedakan perilaku dan pelaku, sebisa mungkin kita tidak menyalahkan orang tua jika memang mereka tak sesempurna seharusnya orang tua pada umumnya. Dengan pemahaman kita sekarang. Yakinlah bahwa orang tua kita telah mengupayakan yang terbaik versi mereka pada saat itu.
Minta Doa dan Restu
Tetaplah mengupayakan untuk selalu meminta doa dan restu mereka. Contoh nyata yang diajarkan mertua kepada ibunya yang tahun lalu masih hidup. Ketika pulang kampung selalu menyempatkan untuk meminta restu dan memberikan hadiah. Hal ini mengingatkanku juga pada Pak Erick yang memberikan hadiah kepada Ibunya.
ADVERTISEMENT
Sebagai pribadi yang mengerti dan diberi kesempatan mengerti parenting lebih baik, mari kita belajar parenting untuk bisa membuat koneksi lebih baik dengan anak sejak mereka kecil. Bukan semata-mata untuk menghakimi orang tua kita di masa lalu.
Bayangkan dulu tidak begitu mudah akses parenting seperti sekarang, belum banyak laundry yang bisa membantu pekerjaan cucian kita atau banyaknya warung lauk yang menjadi andalan kita ketika lelah memasak. Semua pekerjaan dari pagi hingga malam hari dipikul sendirian.
Mari perbesar rasa sayang kita atas segala pengorbanan dan kesabarannya dalam merawat mendidik kita. Perbesar rasa maklum dan maaf kita kepadanya.
Jika kalian memiliki luka yang serupa mari sembuhkan luka itu agar tidak membuat luka yang baru. Mari berdamai dengan diri dengan tekad yang kuat. Dengan izin Allah kita bisa melewati itu semua.
ADVERTISEMENT
Meskipun saat ini saya terpisah ratusan kilometer dengan ibu kandung saya, rasanya ingin sekali berlari dan memeluknya. Setelah inipun saya dan anak-anak melanjutkan videocall bersama omahnya. Terima kasih atas unggahan yang menginspirasi Pak Erick.
Semoga hari ibu ini menjadi momentum kita merekatkan hubungan kita dengan Ibu dan usaha kita untuk birrul walidain ya. Aamiiin. Yuk, peluk, cium dan minta restu untuk ibu kita selagi bisa.