Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
21 Kasus Bunuh Diri di Maluku Utara: Halmahera Utara Paling Terbanyak
12 Maret 2021 21:46 WIB

ADVERTISEMENT
Polda Maluku Utara mencatat sepanjang tahun 2020, kasus bunuh diri di Maluku Utara mencapai 21 kasus.
ADVERTISEMENT
Data yang diterima cermat, dari 21 kasus yang ditangani, untuk wilayah hukum Polres Halmahera Utara, masing-masing dengan inisial F (45), JW (22), FC (25), FD (34), AL (17), NM (30), ZM (35), MD (38), DT (17), RM (57), MS (30), dan LK (51).
Sementara itu, untuk Polres Ternate inisial Z (29), AMN (28), dan MZH (24). Sedangkan Polres Halmahera Barat inisial HB (52), dan BL (21). Polres Halmahera Timur inisial S dan AK. Polres Pulau Morotai SR (49) dan WD (79).
Kabid Humas Polda Maluku Utara, Kombes Pol Adip Rajikan, kepada cermat mengatakan berdasarkan data dari Ditreskrimum Polda Maluku Utara, kasus bunuh diri ini paling banyak terjadi di wilayah hukum Polres Halmahera Utara.
ADVERTISEMENT
"Kasus bunuh diri yang paling mendominasi yaitu di wilayah hukum Polres Halmahera Utara sebanyak 12 kasus, kemudian diikuti Polres Ternate 3 kasus, Polres Halmahera Barat 2 kasus, Polres Halmahera Timur 2 kasus, dan Polres Pulau Morotai 2 kasus,” jelas Adip, Rabu (10/3) lalu.
Adip bilang, untuk wilayah Polres yang nihil atau tidak ada kasus bunuh diri, yaitu Polres Tidore Kepulauan, Polres Halmahera Tengah, Polres Halmahera Selatan, dan Polres Kepulauan Sula.
Ia menjelaskan, mereka bunuh diri karena ada beberapa faktor penyebabnya, di antaranya karena depresi, masalah keluarga, hingga asmara.
“Ada beberapa faktor, ada juga yang putus asa karena penyakit menahun yang tidak kunjung sembuh,” ucapnya.
Ia lantas mengimbau, kepada seluruh masyarakat di Maluku Utara untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
“Bunuh diri merupakan hal yang dilarang dalam setiap agama apapun, untuk itu mari kita bijak dalam menyikapi sesuatu karena setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya asalkan kita tidak putus asa dalam menghadapinya, serta selalu dekatkan diri kepada Tuhan guna ditenangkan hati dan pikiran,” pungkasnya.
Butuh Dukungan Banyak Pihak
Sementara itu, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Maluku Utara, Syaiful Bahri, mengungkapkan bahwa bunuh diri adalah tindakan yang dapat dicegah.
“Namun dalam mencegah bunuh diri, memerlukan kesediaan berpartisipasi dari semua anggota masyarakat. Sangat dibutuhkan kerja sama yang erat antara individu dan keluarga, masyarakat, profesi terkait serta dukungan pemerintah,” ungkap Syaiful.
Ia bilang, sesungguhnya bunuh diri tidak mengenal usia, jenis kelamin, pendidikan dan strata sosial, ras, warna kulit, ataupun wilayah.
ADVERTISEMENT
“Saya khawatir berkembangnya teknologi informasi seperti di media sosial, YouTube, facebook, dan lain sebagainya menjadi media belajar dan imitasi (peniruan) untuk melakukan bunuh diri pada individu yang sedang mengalami depresi,” jelasnya.
“Pernyataan saya ini didukung sebuah penelitian Hawtoon dan Heringen (2006) yang menyatakan bahwa ketika adanya kasus bunuh diri, selanjutnya direkam, kemudian di-upload di media sosial ataupun diinformasikan oleh media massa secara mencolok, maka esoknya akan ada orang yang melakukan perilaku bunuh diri,” sambungnya.
Ia menjelaskan, untuk mencegah perilaku bunuh diri, perlu adanya dukungan pemerintah bersama organisasi profesi seperti HIMPSI Wilayah Maluku Utara untuk memberikan psikoedukasi tentang kesehatan mental dan pencegahan.
“Kemudian teman-teman asosiasi jurnalis dapat memberikan sosialisasi kepada teman-teman jurnalis, agar tidak terlalu vulgar mengekspos berita bunuh diri karena dapat ditiru oleh orang-orang yang sedang mengalami depresi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyarankan, agar instansi yang berwenang bisa memblokir situs-situs kasus bunuh diri dan lain sebagainya.
“Sejauh ini HIMPSI Maluku Utara selalu memberikan psikoedukasi kesehatan mental di sekolah-sekolah, karena beberapa tahun yang lalu kasus bunuh diri pernah terjadi pada oknum siswa SMK,” ungkapnya.
“Untuk itu, HIMPSI juga berencana melakukan riset tentang perilaku bunuh diri di Maluku Utara, tetapi membutuhkan dukungan pemerintah. Dari hasil penelitian tersebut, mungkin dapat dilakukan langkah-langkah pencegahannya,” pungkasnya. (Samsul/Rajif)
_______
Catatan: Bunuh diri bukan solusi dari semua permasalahan hidup. Bila Anda, saudara, keluarga, atau teman yang Anda kenal sedang mengalami depresi atau krisis kejiwaan karena berbagai hal, dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, disarankan untuk menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan terdekat, seperti puskesmas, klinik atau rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Untuk pencegahan tindakan bunuh diri, masyarakat yang mengetahui upaya tindakan bunuh diri, dapat menghubungi aparat yang ada di desa atau kelurahan setempat.