Doru Gam di Takome, Cara Sultan Ternate Perkuat Hubungan dengan Rakyat

Konten Media Partner
29 Mei 2022 20:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sultan Ternate, Hidayatullah Sjah, memberikan sambutan di hadapan masyarakat adat Soa Takome, Kecamatan Ternate Barat. Foto: Asrul Abdurrahim/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Sultan Ternate, Hidayatullah Sjah, memberikan sambutan di hadapan masyarakat adat Soa Takome, Kecamatan Ternate Barat. Foto: Asrul Abdurrahim/cermat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sultan Ternate, Hidayatullah Sjah, kembali menggelar doru gam di Kelurahan Takome, Kecamatan Ternate Barat, Minggu (29/5).
ADVERTISEMENT
Doru gam adalah mengunjungi atau menyapa bala kusu se kano-kano, sebutan untuk masyarakat adat Kesultanan Ternate.
Dalam kesempatan itu, Sultan Hidayatullah mencoba menjelaskan secara singkat tentang hubungan antara sultan dan rakyat dalam perspektif adat di Ternate.
Dimulai dari kalimat toma ua hang moju. Toma sendiri dalam bahasa Ternate secara implisit mengandung arti keterarahan.
Sedangkan Ua berarti tidak, Hang berarti belum, dan Moju adalah sesuatu yang mengarah pada materi.
Sultan Ternate, Hidayatullah Sjah dan permaisuri mengikuti ritual joko kaha atau injak tanah saat Doru Gam di Soa Takome. Foto: Asrul Abdurrahim/cermat
Di sini, secara kosmologis melahirkan sebuah pertanyaan, bahwa pada suatu tempat yang berada di luar ruang dan waktu objektif, apa yang terlebih dahulu eksis?
"Maka terciptalah Nur yang dalam bahasa filsafat dikatakan, setara dan menyatu tapi tidak bersingungan, berpisah tapi tak berjarak," ujar penulis buku Suba Jou ini.
ADVERTISEMENT
Seiring waktu, budaya mengalami proses materialisasi sehingga terbentuklah struktur-struktur di lingungan masyarakat, yang diatur oleh institusi bernama negara.
"Maka toma ua hang moju, toma limau gapi ma tubu sudah bermakna sultan atau pemerintah, dengan bala kusu se kano-kano sebagai rakyatnya," jelasnya.
Hidayatullah mengaku saat ini fokus menata struktur adat di sejumlah wilayah, yang menjadi basis Kesultanan Ternate.
"Kemarin, kami baru saja mengukuhkan perangkat adat dari Pulau Taliabu. Karena wilayah Kesultanan Ternate sampai di sana," jelasnya.
Ia bilang, itu pengukuhan kedua. "Pengukuhan pertama itu sudah sekitar 9 orang. Berikutnya mungkin 100 orang lagi," ujarnya.
Sejumlah perangkat adat dari Pulau Taliabu saat mengikuti Sultan Ternate, Hidayatullah Sjah, melakukan Doru Gam di Soa Takome. Foto: Asrul Abdurrahim/cermat
Alasan Hidayatullah fokus membentuk perangkat adat di wilayah luar, karena selain memperkuat eksistensi, aset-aset kesultanan berada di luar Ternate.
ADVERTISEMENT
"Mulai dari Halmahera Utara, Pulau Taliabu, Obi, Makian, Kayoa, hingga daratan Gane di Halmahera Selatan. Kalau Halmahera Barat sudah ada," ujarnya.
Bagi Hidayatullah, untuk di Ternate tidak ada masalah. "Di Ternate saya anggap tidak ada masalah. Ternate masalah kecil," katanya.
Sementara itu, Fanyira Takome, Idhar Anwar, mengatakan doru gam ini merupakan inisiatif dari masyarakat adat Takome.
"Tentu, kami selaku bala ingin bersilaturahmi dengan pemimpin kami, Jou Kolano Sultan Ternate," jelasnya.
Awalnya, kata Idhar, pihaknya jauh hari sudah menjadwalkan doru gam sebelum ramadhan.
"Tapi kegiatan di kesultanan cukup padat, akhirnya baru bisa terlaksana hari ini," ujarnya.
Menyikapi polemik penobatan Sultan Ternate beberapa waktu lalu, Idhar menegaskan, persoalan itu bukan ranah bala.
ADVERTISEMENT
"Prinsip kami, siapa yang menduduki jabatan sebagai sultan, itu pemimpin kami," tandasnya.