Festival Kampung Nelayan Tomalou 2020, Event Kampung 'Rasa' Internasional

Konten Media Partner
2 Maret 2020 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto bersama usai pembukaan festival. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama usai pembukaan festival. Foto: Rajif Duchlun/cermat
ADVERTISEMENT
Festival Kampung Nelayan Tomalou (FKNT) 2020 baru saja resmi dibuka pada Minggu (1/3). Tampak ribuan orang sejak pagi memadati area kegiatan di kawasan Masjid Nurul Bahar.
ADVERTISEMENT
Sultan Tidore Husain Sjah, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Antam Novambar, Gubernur Maluku Utara KH Abdul Gani Kasuba, Wali Kota Ternate Haji Burhan Abdurrahman, Kapolda Brigjen Pol Rikwanto, perwakilan Kedutaan Besar Spanyol, dan Konsulat Jenderal Australia di Makassar tiba di Dermaga Saoli Maito Tomalou sekitar pukul 09.30 WIT.
Rombongan saat tiba di Dermaga Saoli Maito. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Rombongan kemudian diantar disertai tetabuhan ke panggung utama festival. Pihak penyelenggara mempersilakan mereka ke anjungan yang menganjur ke arah laut, sembari menyaksikan Foladomo di pesisir Akedoe, ritual nelayan Tomalou saat menurunkan perahu dari galangan.
Usai itu, rombongan kembali ke panggung utama, melanjutkan sesi pembukaan. Sultan Tidore, Husain Sjah, dalam kesempatan itu, memberikan apresiasi kepada warga Tomalou yang dengan segala daya serta upaya berhasil menyelenggarakan kegiatan ini.
Rombongan saat berdiri di anjungan yang dibuat khusus untuk gelaran FKNT 2020. Foto: Rajif Duchlun/cermat
“Sekali pun ini dibikin di kampung, di Tomalou, kampung yang kecil, tapi event ini rasanya rasa internasional, bukan nasional saja. Karena orang-orang dari duta besar negara-negara sahabat datang menyaksikan dorang (mereka) punya nenek moyang pernah datang di sini,” ujar Sultan.
ADVERTISEMENT
Menurut sultan, dengan adanya kegiatan ini, orang Tomalou sukses merajut kebersamaan dengan orang-orang dari Eropa, yang pada masa lalu pernah datang di tanah Tidore.
“Alhamdulillah bisa terajut kembali. Dan event ini adalah titik awal kebangkitan pariwisata dan nelayan yang ada di Tidore, khususnya Tomalou,” kata dia.
Tarian kolosal ratusan anak nelayan Tomalou di atas laut. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Ia menceritakan, dulu medio 1980-an hingga 1990-an, kekuatan perekonomian, khususnya di bidang perikanan, itu ada di Tomalou. Nelayan-nelayan Tomalou telah hidup dan menetap di berbagai daerah karena tradisi melaut.
Sementara itu, Konsulat Jenderal Australia di Makassar, Richard Matthews, di depan awak media, mengaku bahwa ini festival nelayan pertama yang dihadirinya selama mengelilingi Indonesia bagian timur. Namun, ia merasa sangat bangga bisa berada di sini.
ADVERTISEMENT
“Ini sangat mengaggumkan. Semangat anak-anak nelayan tadi, yang berdansa dan menari menceritakan cerita leluhur, luar bisa. Tariannya luar biasa, bisa dibawa ke pentas internasional, ceritanya sangat menarik,” ungkap Richard.
Menurut dia, ada hal lain yang sangat penting dari gelaran ini, yakni pariwisata yang berangkat dari masyarakat. “Pariwisata harus berdasarkan masyarakat, dan ini (FKNT) berdasarkan masyarakat, bekerja sama dengan pemerintah Maluku Utara, hasilnya sangat nyata karena keterlibatan masyarakat,” jelasnya.
Ia berharap, festival ini dapat terus berlangsung. “Tempat ini masih otentik, belum ada bangunan-bangunan. Jaga aset yang sudah ada, airnya bersih, nelayan masih menjaga budaya, itu yang penting,” kata Richard.