Konten Media Partner

Jalan-jalan dan Edukasi ala 1000 Guru Maluku Utara

27 Juni 2021 21:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu kegiatan 1000 Guru Maluku Utara 'Traveling dan Teaching' di Lelei, Halmahera Selatan, tahun 2018. Sumber foto: Instagram @1000_guru_malut
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu kegiatan 1000 Guru Maluku Utara 'Traveling dan Teaching' di Lelei, Halmahera Selatan, tahun 2018. Sumber foto: Instagram @1000_guru_malut
ADVERTISEMENT
Jalan-jalan sambil mengajar. Begitulah yang dilakukan 1000 Guru Maluku Utara, sebuah komunitas yang mengandalkan semangat sukarelawan.
ADVERTISEMENT
"Jalan-jalan tak sekadar bepergian, terlebih daripada itu harus memiliki nilai faedah kepada orang lain," ucap Ketua Regional 1000 Guru Maluku Utara, Sartika Mudrik, Minggu (27/6).
Sartika bercerita, pertama kali perkumpulan ini terbentuk di Maluku Utara pada tahun 2017.
Berbeda dengan jalan-jalan biasa. Dengan konsep 'Traveling dan Teaching' serta 'Teaching dan Giving', mereka mengajak orang muda untuk ambil bagian memberikan edukasi hingga ke pelosok-pelosok desa di Halmahera.
Kendati begitu, Sartika mengaku, sebagian relawan tidak semua berasal dari Maluku Utara.
Ia bilang, sejak perkumpulan ini terbentuk di Maluku Utara, sudah tercatat ratusan orang yang mengambil bagian menjadi relawan.
"Dan rata-rata relawan kita itu berasal dari luar Maluku Utara, yang begitu antusias mengikuti kegiatan ini," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, sudah sebanyak empat kali konsep 'Teaching dan Giving' dibuat di Halmahera. Mereka memilih lokasi yang jauh dari akses pendidikan.
Sedangkan untuk konsep 'Traveling dan Teaching', sudah dilaksanakan sebanyak 11 kali. Kini, mereka juga sedang merencanakan sebuah program di SD yang ada di Desa Sagea, Halmahera Tengah.
"Kerena perjalanan ini disertai berwisata. Maka tempat yang diadakan ini memiliki objek wisata Gua Bokimaruru, Halmahera Tengah," katanya.
Namun, sebelum mereka ke lokasi, akan ada tim yang lebih dulu melakukan survei.
"Misalnya sekolah tersebut kekurangan seragam, alat tulis dan buku pelajaran, tas sekolah, gambar pahlawan, sampai pada alat peraga sekolah, maka itu yang nantinya jadi donasi," jelasnya.
Ia mengaku, sumber donasi itu sendiri tak hanya datang dari para relawan, melainkan datang dari berbagai pihak di luar komunitas.
ADVERTISEMENT

Mengenalkan Masa Depan

Mengenai apa yang mereka ajarkan ke para pelajar, tidak semua berasal dari kurikulum pendidikan yang ada saat ini.
Tika, sapaan akrab Sartika, mengungkapkan para relawan berasal dari latar profesi pekerjaan yang beragam. Hal itu yang membuat materi yang dibawa juga ikut beragam.
Anak-anak diakuinya akan disampaikan soal pilihan masa depan yang luas.
"Sehingga relawan direkrut berdasarkan profesinya. Ini bertujuan memperkenalkan anak-anak soal pilihan masa depan yang tidak hanya mereka kenal sebatas pada umumnya," jelasnya.
___
Julfikar Sangaji