Konten Media Partner

Keluhan Warga di Balik Rekor Muri Gugu Gia Si Gololi Ternate

7 September 2019 0:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para siswa yang ikut kegiatan Gugu Gia Si Gololi Ternate terlihat duduk menunggu gelaran ini dilaksanakan. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Para siswa yang ikut kegiatan Gugu Gia Si Gololi Ternate terlihat duduk menunggu gelaran ini dilaksanakan. Foto: Rajif Duchlun/cermat
ADVERTISEMENT
Kegiatan Gugu Gia Si Gololi Ternate atau Berpegangan Tangan Mengelilingi Ternate, yang merupakan rangkaian dari event Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) baru saja digelar Jumat (6/9) sore. Kegiatan ini ditargetkan melibatkan 42 ribu warga.
ADVERTISEMENT
Amatan cermat di lapangan, warga, anak sekolah, dan para ASN dari berbagai instansi pemerintahan sudah bersiap-siap di beberapa titik jalan. Mereka menunggu, momen berpegangan tangan dan bendera Merah Putih diestafetkan mengitari jalan, keliling gunung Gamalama.
Murid-murid SD yang ikuti Gugu Gia Si Gololi Ternate terlihat duduk, menunggu gelaran dimulai. Foto: Gustam Jambu/cermat
Sayangnya, di beberapa kelurahan bahkan tak terlihat bendera merah putih diestafetkan. Padahal, warga dan anak-anak sekolah sudah antusias mulai dari pukul 14.00 WIT, berdiri di samping jalan.
Awalnya dimulai dari Kedaton Kesultanan, acara ini tampak berjalan lancar. Barisan anak-anak sekolah dan warga terlihat memenuhi sepanjang jalan, sembari menunggu bendera merah putih yang diestafetkan itu keluar dari Kadaton.
Para siswa terlihat duduk saat gelaran Gugu Gia Si Gololi Ternate. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Meski demikian, kondisi berbeda terlihat di beberapa kelurahan. Cermat memantau antusias warga di depan Gerbang Kelurahan Kalumpang saat jalannya kegiatan.
ADVERTISEMENT
Anak-anak sekolah dan warga tampak berderet sepanjang jalan sambil berpegang tangan. Kendati begitu, tidak semua jalan terisi. Sesekali mereka melepas genggaman tangan dan kembali duduk di tepi jalan.
Siswa SD saat berpegangan tangan di depan Kadaton Kesultanan Ternate saat acara Gugu Gia Si Gololi Ternate berlangsung. Foto: Rizal Syam/cermat
"Lama sekali, kami menunggu arahan dari panitia. Ini anak-anak sudah dari lepas salat Jumat di sini," ujar seorang warga yang enggan namanya dimuat.
Keluhan serupa juga datang dari salah satu warga, Sahril, yang sedang menemani adiknya mengikuti kegiatan tersebut.
Ketua Pemuda kelurahan Salero saat menerima Bendera Merah Putih dari Pemuda Kelurahan Soasio dalam acara Gugu Gia Si Gololi Ternate. Foto: Rizal Syam/cermat
Ia mengaku, informasi yang ia terima, bahwa bendera yang diestafetkan dari Kedaton akan dibawa dari kelurahan ke kelurahan. Hanya saja, hingga sore, sampai kegiatan berakhir di Benteng Oranje, bendera yang tampak di beberapa titik itu hanya dibiarkan begitu saja oleh pihak penyelenggara.
Warga terlihat mengikuti acara Gugu Gia Si Gololi Ternate di samping jalan Kadaton Kesultanan Ternate. Foto: Rizal Syam/cermat
"Torang (kami) tunggu bendera itu baku ofor (diestafetkan) tapi tara (tidak) muncul-muncul. Anak-anak akhirnya hanya berdiri habis duduk. Begitu saja," ujar Sahril.
ADVERTISEMENT
Afi, salah satu warga di Sulamadaha yang ikut dalam event tersebut mengatakan hal yang sama, mereka menunggu arahan panitia. “Di Sulamadaha, banyak warga yang antusias di jalan. Tapi kami tidak dapat info kapan dimulai,” katanya.
Suasana acara Gugu Gia Si Gololi Ternate di kelurahan Salero. Foto: Gustam Jambu/cermat
Sampai acara selesai, katanya, mereka tidak mendengar informasi dari penyelenggara.
Sementara itu, di panggung utama gelaran ICCF di Benteng Oranje, terus disampaikan informasi jalannya event tersebut melalui siaran Radio Republik Indonesia (RRI) Ternate.
Masyarakat saat menyaksikan jalannya acara Gugu Gia Si Gololi Ternate. Foto: Gustam Jambu/cermat
Zandry Aldrin, Ketua Panitia ICCF kepada beberapa media mengatakan, panitia telah berkoordinasi dengan RRI Ternate, untuk menjadi pusat dan panduan informasi terkait berjalannya event tersebut.
"Namun, di beberapa titik mungkin tidak berjalan maksimal karena kurangnya koordinasi," ungkap Zandry.
Wali Kota Ternate saat menerima Bendera Merah Putih yang diestafetkan dalam acara Gugu Gia Si Gololi Ternate. Foto: Gustam Jambu/cermat
Salah satu penyelenggara Gugu Gia Si Gololi Ternate yang enggan namanya disebutkan mengatakan, ada 12 titik jalur yang lengang. Di jalur tersebut, memang tidak menjadi titik untuk dilaksanakan acara tersebut. Selain itu, ada 16 titik macet.
Suasana di Benteng Oranje saat acara Gugu Gia Si Gololi Ternate. Foto: Gustam Jambu/cermat
“Ada yang tidak dilalui (acara ini) seperti Sosasio, Tafure, bahkan sebagian Kelurahan di Kecamatan Ternate Utara,” ungkapnya. Meskipun begitu, di tempat tersebut, tetap dipadati warga.
ADVERTISEMENT
Terkait Bendera Merah putih yang diestafetkan, katanya, satu bendera merah putih yang keluar dari kesultanan Ternate tidak terus keliling Ternate. Namun, bendera merah putih sudah harus disediakan pihak pemerintah kelurahan dan diestafetkan di kelurahan tersebut.
Wali Kota Ternate Burhan Abdurrahman Saat menerima Rekor MURI Dunia dalam acara Gugu Gia Si Gololi Ternate. Foto: Gustam Jambu/cermat
Menurutnya, ada kecolongan, sebab koordinasi melalui siaran radio RRI tidak sampai di beberapa radius. “Makanya koordinasi penyelenggara dengan pihak kelurahan terputus,” ungkapnya.
Radius yang tidak terjangkau oleh siaran RRI, katanya, di kelurahan Sulamadaha, Takome, Loto, dan Taduma.
Pada pukul 16.50 WIT, bendera merah putih yang diestafetkan masuk di Benteng Oranje. Wali Kota Ternate Burhan Abdurrahman terlihat menancapkan tiang bendera itu tepat di tengah-tengah Benteng.
Setelah itu, ia mengimbau agar semua yang ada turut menundukkan kepala sembari berdoa. Lalu naskah kejuangan dibacakan di panggung utama dan Lagu Bagimu Negeri dilantunkan.
ADVERTISEMENT
Usai prosesi itu, Manager Museum Rekor Indonesia (Muri) Triyono memberikan Piagam Muri ke Wali Kota Ternate. “Mohon maaf, Muri tidak bisa memberikan kegiatan ini sebagai rekor Muri Nasional. Karena ini, baru pertama kali dilakukan di dunia. Jadi, diberikan Rekor Muri Dunia,” kata Triyono.
---
Reporter: Rajif Duchlun
Editor: Faris Bobero