Melihat Keseruan 'Makurebe Oti' di Teluk Jailolo, Maluku Utara

Konten Media Partner
26 Juni 2019 17:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para peserta usai lomba sedang menunggu pengumuman juara. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Para peserta usai lomba sedang menunggu pengumuman juara. Foto: Rajif Duchlun/cermat
ADVERTISEMENT
Suasana meriah terlihat di bibir pantai Gufasa, Jailolo, Halmahera Barat pada Rabu pagi (26/6). Belasan nelayan tampak menambatkan perahu yang sudah dihiasi sejumlah atribut.
ADVERTISEMENT
Lomba dayung perahu atau dalam bahasa lokal menyebutnya Makurebe Oti ini memang cukup menarik perhatian. Sejumlah warga pun berjubel, ikut menonton keseruan lomba tersebut.
Beberapa peserta yang sudah berhasil masuk ke garis finis. Juga tampak gunung Jailolo berdiri gagah, terlihat jelas dari bibir pantai Gufasa. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Kegiatan ini adalah salah satu rangkaian dari event Festival Teluk Jailolo (FTJ) ke-11. Ada sekitar 11 tim yang turut mengikuti lomba ini. Dalam satu tim terdapat dua orang pendayung.
Perahu-perahu yang digunakan pun sangat tradisional, yakni perahu cadik atau warga di sini menyebutnya perahu sema-sema. Perahu ini dipasang bambu atau kayu di sisi kiri-kanan menyerupai sayap sebagai pengatur keseimbangan.
Mereka tampak saling mengejar, berebut melewati lawan lomba. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Ada juga yang menggunakan perahu kecil tanpa cadik di sisi perahu. Warga menyebutnya perahu lepa-lepa. Umumnya, kedua jenis perahu ini juga dapat dijumpai di daerah lain di bagian timur Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saat panitia memberikan tanda dimulainya lomba, perahu-perahu itu melaju ke tengah Teluk Jailolo. Tangan-tangan para peserta terlihat lincah merengkuh dayung.
Warga yang ikut menyaksikan turut memberikan semangat serta dukungan. Beberapa perahu pun saling bersinggungan. Kendati demikian, mereka tampak sigap mengayuh perahu.
Para pendayung terlihat kehabisan tenaga usai lomba. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Jarak dayung sekiranya 100 meter dari bibir pantai. Terlihat beberapa perahu mulai melaju memimpin. Satu per satu saling mengejar untuk berebut masuk garis finis lebih dulu.
Tim dayung asal Porniti keluar sebagai pemenang pertama dan kedua. Sementara pemenang ketiga diisi oleh pendayung asal Tuada.
Penyerahan hadiah untuk pemenang pertama. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Pemenang pertama atas nama Tiu Manombiri dan Hibur Manombiri. Pemenang kedua, yaitu Tahumil Moloriga dan Yehuda Makalikis, dan pemenang ketiga atas nama Suratman dan Ade Ama.
ADVERTISEMENT
Meski sebagian peserta tidak berhasil menjadi pemenang, pihak penyelenggara juga memberikan hadiah berupa uang tunai.
Penanggungjawab lomba, Soni Balatjai, mengatakan gelaran acara lomba ini diadakan untuk menjaga keberadaan perahu tradisional.
Sedang bersiap, sebelum panitia memberikan tanda dimulainya lomba. Foto: Rajif Duchlun/cermat
"Kita harus mampu mewarisi perahu tradisional. Sehingga ke depan perahu tradisional ini masih tetap terjaga. Karena banyak yang sudah tidak menggunakan perahu ini lagi," ujar Soni, saat berbincang dengan Cermat, Rabu (26/6).
Soni berharap dengan adanya lomba ini anak muda di Halmahera Barat dapat mengetahui perahu tradisional yang biasa dipakai nelayan. Ia juga meminta agar anak muda menjaga perahu-perahu tradisional.
Penanggungjawab lomba, Soni Balatjai, saat diwawancarai salah satu wartawan. Foto: Rajif Duchlun/cermat
"Generasi kita harus tahu, alat tangkap transportasi tradisional harus dijaga. Karena memiliki nilai tradisional bagi kita di sini," pungkasnya.
---
ADVERTISEMENT
Rajif Duchlun