Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten Media Partner
Prinses van Kasiruta, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia (Bagian 2)
17 Juli 2021 18:27 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Biasanya, matahari terasa 'sangar' di wilayah kepulauan ini. Namun kali ini tidak, sinarnya mulai ramah--terasa lebih teduh, ketika saya menuju di perbukitan kecil sisi utara Labuha, yang menjadi ibukota Kabupaten Halmahera Selatan , Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Di sana, terlihat sebuah makam sederhana, tampak bersih dengan tutupan pasir putih. Pandan kering juga menandakan sang makam tetap diperhatikan dengan baik. Tempat inilah yang menjadi ruang peristirahatan abadi Prinses van Kasiruta .
Perjalanan Prinses van Kasiruta yang dikenal sebagai Boki Fatimah bagi masyarakat Maluku Utara sebagai jurnalis tidak banyak diketahui, bahkan hampir tidak ada yang tahu. Pada umumnya, masyarakat hanya tahu bahwa sang puteri sebagai istri dari Bapak Pers Nasional Tirto Adhi Soerjo atau TAS. Itu pun setelah Pramoedya Ananta Toer menuliskannya secara samar dalam “Tetralogi Buru”.
ADVERTISEMENT
Ketidak tahuan akan kiprah Prinses dapat dimaklumi. Pemerintah pada November 2019 lalu, mendapuk Roehana Koeddoes sebagai Pahlawan Nasional karena menjadi wartawan perempuan pertama Indonesia. Roehana mendirikan koran melayu bernama “Soenting Melaju” di Sumatera Barat pada 1912, empat tahun setelah Poetri Hindia. Tidak ada literasi yang menyebut Prinses van Kasiruta sebagai jurnalis atau wartawan, kecuali Pamoedya, sang maestro sastra Indonesia.
Fakta peran pentingnya Boki Fatimah dapat dilihat dalam kolom Pimpinan Redaksi Poetri Hindia, koran perempuan pertama Indonesia. Dalam kolom Pimpinan Redaksi, tersebut beberapa nama perempuan, yakni Raden Adjoe Tjokro Adi Koesoemo, Raden Adjeng Soehito Tirtokoesoemo, Raden Adjeng Fatimah, Raden Ajoe Siti Habiba, dan Raden Ajoe Mangkoedimedjo. Perempuan-perempuan inilah yang menjadi punggawa Poetri Hindia. Mereka adalah jurnalis perempuan pertama Indonesia berdasarkan kolom redaksi.
ADVERTISEMENT
Raden Adjeng Fatimah dan Raden Ajoe Siti Habiba merupakan para istri dari TAS, sang pemilik media. Nama Fatimah juga muncul di kolom redaksi sebagai koresponden wilayah Batjan dengan nama Princes Fatimah. Bukti ini, semakin menguatkan peran Boki dalam perkembangan pers tanah air.
Saat ini, raganya terbaring agung di Pulau Bacan. Guna berziarah ke makam Prinses tidaklah mudah. Tidak ada petunjuk selain dipandu oleh yang sudah pernah berkunjung.
Makam sang puteri saat ini cukup terawat. Nisan sudah mulai terpasang pada 2019. Dan anak-anak muda yang terhimpun dalam Gema Suba, rutin membersihkan makam. Namun makam tersebut, masih tersembunyi di dalam semak-semak, tanpa jalan setapak dan penunjuk arah.
“Bagi yang mau berziarah untuk pertama kali memang agak sulit. Padahal hanya 5 Km dari Bandara Oesman Sadik, sangat dekat. Jika ada yang ingin berziarah, kami bersedia mendampingi. Sekretariat kami di halaman kantor Dinas Pendidikan Halsel. Bisa juga menuju makam dengan mengacu pada aplikasi peta digital daring. Cari saja lokasi makam Prinses van Kasiruta,” jelas Husni.
ADVERTISEMENT
Peran Boki, yang kemudian dilanjutkan oleh Roehana di Sumatera Barat tidaklah boleh dilupakan, khususnya peran mereka terhadap perempuan Indonesia. Pemerintah sudah selayaknya menghargai kiprah Boki secara lebih baik. Prinses van Kasiruta bukan hanya sekadar simbol perempuan dan wartawan, ia juga membuktikan, Timur Indonesia memiliki kualitas dan berkontribusi terhadap Nusantara, jauh sebelum Indonesia Merdeka. (Tamat..)
---
Penulis: Handi Andrian