Thrifting : Sudut Pandang Pembeli dan Penjual, Is It Worth?

Chesilya Putri Wana Ranty
Mahasiswa jurusan ekonomi pembangunan di Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
23 September 2023 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chesilya Putri Wana Ranty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fenomena membeli dan menjual barang-barang bekas (kebanyakan import) ramai digandrungi oleh kalangan anak muda bahkan merambah ke semua tingkatan usia. Walaupun pada faktanya thrifting dikategorikan sebagai kegiatan illegal di Indonesia tapi industri ini sama sekali tidak kehilangan peminatnya.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dari tabel di atas bisa menjadi bukti bahwa Indonesia memang memiliki banyak ruang untuk perkembangan Industri ini. Pada tahun 2019, impor pakaian bekas melambung tinggi dan menjadikan thrifting sebagai budaya baru. Lalu, sebenarnya apa alasan masyarakat memilih untuk membeli dan menjual barang-barang bekas?
ADVERTISEMENT
Perspektif Pembeli
1. Media Komunikasi
Walaupun thrifting masih banyak dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang tidak menjadi penggemarnya, namun ternyata ada pandangan lain tentang kegiatan ini. Membeli barang-barang bekas ternyata bisa menjadi media komunikasi banyak orang. Bagaimana mereka mengekspresikan diri mereka melalui baju-baju atau aksesoris anti-mainstream yang didapat dari hasil thrift.
2. Murah
Fakta yang satu ini sudah bukan rahasia umum lagi karena memang barang-barang original dengan merk terkenal bisa dibeli dengan harga yang sangat murah. Contohnya seperti pakaian merk Levi’s yang memiliki harga asli sampai jutaan tapi di thrift store barang dengan merk tersebut hanya dibandrol dengan harga 150-500 ribu tergantung dengan kondisi barangnya.
3. Barang Anti-Mainstream
Sumber : milik pribadi
Banyak sekali barang-barang unik yang biasanya sudah berhenti diproduksi oleh brand empunya tapi masih bisa didapatkan di thrift store. Dan konsep “satu barang satu” agaknya juga sukses membuat para konsumen semakin tertarik karena tidak akan ada yang memakai barang yang sama dengannya.
ADVERTISEMENT
4. Mengurangi Limbah
Selain untuk fashion semata, banyak sekali para pecinta lingkungan yang turut menyemarakkan budaya thrifting untuk mengurangi limbah pakaian. Memang benar adanya bahwa fast fashion menyita banyak tempat di bumi ini untuk menampung limbahnya, dan thrifting bisa menjadi salah satu jawaban dari permasalahan ini.
Perspektif Penjual
1. Profitable
Sistem jual beli bal yang beredar dikalangan penjual barang thrift sangat menguntungkan mereka. Pasalnya, dalam satu bal yang dibandrol dengan harga 1-30jt keuntungan yang didapatkan oleh penjual bisa mencapai dua atau tiga kali lipat dari modal. Selain itu, variasi harga dari barang-barang tersebut menambah keuntungan yang didapatkan.
2. Minim Resiko
Karena sistem penjualannya tidak berpatok harga, jadi walaupun banyak barang yang kurang laku maka bisa tetap dijual dengan sistem obral. Barang-barang bekas hasil dari buka bal pasti akan melalui proses sortir. Barang bagus akan dijual dengan harga yang sesuai, tapi barang yang kurang bagus akan dijual dengan harga obral. Keuntungan biasanya sudah tertutup dari hasil penjualan barang yang masih bagus, dan barang yang kurang bagus hanya sebagai laba tambahan.
ADVERTISEMENT
3. Pemasaran yang Mudah
Karena fenomena thrift ini sudah berlangsung bertahun-tahun, maka pasar barang ini pun sudah terbentuk. Pasti sudah ada para konsumen tersendiri yang akan selalu meramaikan penjualan barang thrift. Selain itu, juga ada system PFP (Promote for Promote) jika penjual melakukan penjualan secara online via aplikasi Instagram.
4. Pasti Laku!
Seiring berkembangnya zaman, budaya thrifting ini semakin digemari. Bila beberapa tahun silam penggemar thrift shop hanya sebatas kalangan tertentu saja, kini budaya tersebut telah bergeser dan peminat thrift shop semakin banyak, lho. Oleh sebab itu, bila kamu ingin memulai bisnis ini kamu tidak perlu khawatir karena usaha ini tidak akan pernah sepi peminat.
Closure
Sumber : milik pribadi
Worth it atau tidaknya membeli barang setengah pakai tergantung dari bagaimana pembeli melihat kegiatan ini. Walaupun pada faktanya banyak sekali sampah dari hasil import barang bekas, tapi nyatanya thrifting tidak pernah sepi peminat. Bahkan kini ada banyak sekali konten kreator yang membuat branding kontennya dengan memanfaatkan kegiatan thrifting. Jadi, kamu tim beli baru atau beli setengah pakai, nih?
ADVERTISEMENT