4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York

Konten dari Pengguna
7 Oktober 2018 22:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chiara Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Halo! Selamat datang di #CeritaChiara. Kali pertama ini saya mau cerita sedikit tentang pengalaman tinggal di New York selama 3 tahun dan kenapa susah sekali move on dari kota itu (lebih tepat dibilang gagal move on). Saya pernah bilang ke temen-temen kalo meninggalkan New York itu ibarat meninggalkan pacar yang udah cocoooook banget tapi tak disetujuin oleh orang tua. Berat euy. Tapi mau gak mau ya harus berpisah. Sakit. Hahahaha.
ADVERTISEMENT
Sedikit latar belakang, saya adalah pegawai negeri sipil Kementerian Luar Negeri RI yang ditugaskan sebagai Konsul Ekonomi Konsulat Jenderal RI di New York periode Agustus 2014 - Juli 2017. Sejujurnya tidak pernah terbayang bisa ditugaskan di kota cahaya ini. GAK PERNAH. Jadi ketika dapat penugasan ini rasanya seperti mimpi dan deg-degan... selain masalah tugas, yang bikin gak bisa tidur itu adalah saya paling takut tinggal sendirian. Kenapa? Karena hidup sendirian itu mengerikan...kalo saya kenapa-kenapa nanti gak ada yang tau. Kalo saya sakit gak ada yang ngurusin. Terlalu banyak 'kalo-kalo' lainnya.
Tapi ternyata pengalaman hidup sendiri itu menyenangkan lho. Semuanya suka-suka diri sendiri aja. Bangun tidur terserah jam berapa. Mau mandi mau enggak ya saya yang nentuin. Mau makan atau enggak ya saya juga yang nentuin. It was liberating! Tentunya ada masa-masa sedih juga. Kesepian gak ada yang bisa diajak ngobrol atau jalan atau makan karena teman-teman lagi pada sibuk.
ADVERTISEMENT
Seringkali kalo akhir pekan tidak mengunjungi suami yang bertugas di Washington DC, hobi saya adalah jalan kaki keliling New York, makan, duduk di taman sambil lihat-lihat orang berlalu lalang. Begitu aja dah terhibur banget. Yang pasti selama selama tinggal di sana saya gak kangen sama yang namanya mall. Karena sesungguhnya mall di New York itu cupu dan gak gak ada apa-apanya dibandingin sama mall di Indonesia.
Wedew, jadi ngalor ngidul nih. Okeh... langsung aja ya berikut 4 alasan kenapa saya susah move on dari kota yang setiap tahunnya dikunjungi lebih dari 61 juta wisatawan ini:
1. Makanan
Saya gak bisa bohong. New York memiliki kekayaan gastronomi yang luar biasa. Mau cari makanan apa aja ada. Dari yang harga $1an di restoran Mei Li Wah di Chinatown sampai restoran Jepang gaya omakase 'Masa' di Upper West Side yang ngebandrol harga menu prix-fixe* per orang $595 di luar minum. Glek. Harus siap dengan kantong tebel kalo kesana. Saya belum pernah. Kalo pun punya duit berlebih pun gak akan ke sana. Muahaaal.
ADVERTISEMENT
Oiya, tentunya sudah kenal dengan sejarah kota New York dong yang merupakan tempat tujuan para imigran dari berbagai belahan dunia sejak abad ke-16. Para imigran tersebut datang ke New York dengan kekayaan budayanya dan tak terkecuali makanannya. Alhasil hampir setiap negara ada restorannya di New York. Beberapa restoran unik yang pernah saya kunjungi adalah Miss Lily's (restoran Jamaika di West Village), Pio-Pio (restoran Peru yang terkenal akan ayam panggang saos hijau dan dimakan dengan maduros yaitu pisang goreng manis yang uenaaaaak), Cafe Mingala (restoran Myanmar yang makanan terasa segar dan sehat), dan the Russian Tea Room (restoran Russia yang virgin mojitonya enaaaak banget dan makanannya yang saya gak nyangka ternyata enak).
ADVERTISEMENT
https://www.instagram.com/p/BJBSdUPBAXG/?utm_source=ig_web_button_share_sheet
Untuk pecinta lidah Indonesia jangan takut, ada beberapa restoran di Queens yang bisa mengobati kerinduan kamu atas kuliner Indonesia ketika kamu di New York antara lain Awang Kitchen, Sky Cafe, Upi Jaya, dan Asian Taste. Di Manhattan juga ada restoran baru namanya Bali Kitchen. Pemilik dan chef-nya adalah Jazz Passay. Sounds familiar? Mas Jazz adalah salah satu perancang busana Indonesia yang terkenal yang kini tengah menggeluti bisnis kuliner dan memperkenalkan kekayaan gastronomi Indonesia melalui Bali Kitchen di Lower East Side sejak Agustus tahun 2017.
4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York (1)
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Shinta W. Puri
Temans, kalo mau coba restoran mahal dengan predikat Michelin starred macam Jean-Georges, Le Cirque, Cafe Boulud, tapi dengan harga miring ada yang namanya New York City Restaurant Week yang biasanya diadakan selama 2 minggu di bulan Juli/Agustus dan bulan Februari/Maret. Pada saat NYC Restaurant Week kalian bisa menikmati menu prix-fixe untuk makan siang seharga $29 atau makan malam seharga $40. Masih mahal yah, tapi untuk pengalaman sekali seumur hidup nda papalaaah. Yang penting dah merasakan hehe. Setelah itu makan mie instan lagi selama sebulan hehe.
ADVERTISEMENT
2. Taman
Yes. Saya kangen banget sama yang namanya taman. Di New York itu setiap beberapa blok pasti adalah taman yang bisa buat duduk-duduk, tempat bermain anak-anak, dan tempat relaksasi. Taman yang paling tersohor tentu saja adalah Central Park yang merupakan taman pelipur lara warga New York. Tanpanya, warga New York pasti stres dan mungkin banyak yang gila karena tekanan pekerjaan yang berat.
4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York (2)
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Shinta W. Puri
Kalian bisa cek di internet ada hiburan menarik apa saja di Central Park. Kenangan termanis adalah saat musim semi bersama suami baca buku sampai tertidur dan bawa bekal dari rumah biar hemat. Matahari masih ada memberikan kehangatan namun anginnya dingin jadi gak keringetan. Oiya, pengalaman yang tidak bisa dilupakan adalah ke Central Park pagi hari sehari setelah badai Jonas tahun 2016. Bayangkan ya...seluruh pelosok taman itu ditutupi salju putih layaknya karpet bulu kelinci. Benar-benar seperti winter wonderland! Kali itu banyak sekali keluarga yang memanfaatkan tumpukan salju yang tebal untuk berselancar salju bersama anak-anaknya. Mereka mendaki bukit yang cukup tinggi kemudian swooosh, berselancar kencang ke bawah bukit sambil tertawa. Saya mau banget tapi...gak punya papan selancarnya. Kasian deh. Kenangan mendengar suara anak-anak, remaja, orang dewasa yang bahagia dan riuh renyah atas badai salju itu terpatri di memori saya. Suasana yang malamnya mencekam paginya berubah menjadi kebahagiaan.
4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York (3)
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Shinta W. Puri
ADVERTISEMENT
Taman lain yang saya rekomendasikan adalah Bryant Park (yang nongkrong disini cakep-cakep semua, saya gak ngerti pada dari mana hehe), Washington Square Park (dekat New York University), Rockefeller Park (taman paling ramah keluarga karena banyak mainan gratis untuk anak-anak dan ada kolam kecil untuk balita), dan Gantry Plaza State Park (lokasi di Long Island City seberang Manhattan, jadi bisa lihat skyline si Gotham City dan sangat instagrammable karena ada papan iklan Pepsi Cola segede gaban yang jadi langganan background foto turis dan warga New York).
4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York (4)
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Shinta W. Puri
3. Museum
Dulu waktu masih SD-SMP paling males kalo kunjungan sekolah ke museum karena museumnya gelap, jadul, panas dan gak asik. Tapi sejak tinggal di New York, saya belajar untuk mencintai museum dan akhirnya benar-benar jatuh cinta. Kota ini gudangnya museum seperti Museum of Modern Art (buat kamu yang suka seni kontemporer), Solomon R Guggenheim (tersohor karena bentuk gedungnya), Whitney Museum of American Art (seni kontemporer), the Frick Collection (horang kaya yang hobi koleksi seni trus rumahnya dijadiin museum cuuuy. Yes horang kaya mah bebassss), NY Natural History Museum (lokasi syuting film the Night at the Museum), the Cloisters (lokasi macam benteng di atas bukit), Museum of Ice Cream (musiman saja bukanya) dan masih banyak lagi.
4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York (5)
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Shinta W. Puri
ADVERTISEMENT
Museum yang pertama kali buat jatuh cinta adalah The Met...alias The Metropolitan Museum of Art di 1000 Fifth Avenue. Hadeuh...koleksinya men...lengkap... peradaban Romawi, Yunani, Mesir, Persia, Asia, Afrika, bahkan Indonesia pun ada. Pernah nonton Maid in Manhattan yang dibintangi JLo? Ada scene pesta yang tengah-tengahnya ada kuil Mesir dikelilingi air, yup itu adanya di the Met. Kuil itu diboyong dari Mesir. Turis manca negara datang ke the Met untuk lihat warisan budayanya di museum itu. Sebenarnya agak sedih ya, harta budaya kita ada di negeri orang. Tapi kalo melihat cara mereka menjaga dan merawat artefak-artefak itu saya jadi memaklumi dan ikhlas.
Nah saya mau cerita juga museum yang paling unik yang pernah saya kunjungi yaitu Tenement Museum. Kenapa unik? Karena museum ini adalah gedung asli tempat para imigran tinggal dan bekerja dari abad ke-19 hingga ke-21. Pengunjung dibagi per group yang berisi 20 orang dan dipandu oleh seorang pemandu yang mengajak berkeliling di gedung tersebut. Setiap group akan dibawa ke ruang-ruang yang berbeda. Setiap ruang memiliki cerita asal-usul penghuninya, berapa jumlah orang yang tinggal di ruangan tersebut, jenis pekerjaannya, bahkan hingga keadaan keturunan imigran tersebut yang masih hidup. Menarik banget dan yang pasti berbeda dari museum lainnya.
ADVERTISEMENT
4. Warga New York
Menurut saya kekuatan dan harta karun terbesar New York adalah warganya. Kalo punya kesempatan ke sana perhatiin deh. Setiap kali masuk subway saya suka merhatiin orang-orang yang ada di dalam kereta. Begitu juga kalo lagi kongkow kongkow di taman atau pinggir jalan. Maha Besar Yang Maha Kuasa ya... 9 juta orang gak ada yang sama. Segala bentuk manusia, usia, ras, etnis, gaya pakaian, gaya rambut beda semua. Gak ada yang sama.
Pernah saya dan teman-teman mau ke Festival of Lights di Brooklyn. Subway penuh banget dengan orang Manhattan yang ke acara tersebut. Begitu keluar subway, masih di tangga ada polisi yang bertugas dan dia spontan melihat orang-orang yang keluar "Oh My God, why are you all so beautiful. Look at you, look at you (sambil ngomong ke orang-orang yang mau keluar) sooo georgeous. Where do you all come from?". Hahaha...saya jadi ikutan ngeliatin sekeliling...memang benar...cakep-cakep banget nih orang-orang. Pantesan artis-artis Hollywood suka nyaru kalo jalan di New York, saking cakep-cakepnya warga New York gak bisa ngebedain mana yang artis mana yang bukan.
ADVERTISEMENT
Kalo di film-film stereotipe warga New York itu pasti jalannya cepet, pemarah, gak senyum dan grasak grusuk. Memang bener, tapiiii...mereka juga ramah-ramah kok. Kalo beli makanan atau belanja bulanan di toko langganan pasti suka di ajak ngobrol sama kasirnya atau satpamnya. Apa aja bisa jadi bahan obrolan, cuaca, kereta bawah tanah yang telat, macet dan lainnya. Awal-awal kagok juga. Kan gak biasa ya di Indonesia di ajak ngobrol sama petugas kasir. tapi lama-lama menyenangkan.
Oiya, selain warga New York, yang bikin saya gagal move on dari kota ini adalah rekan-rekan kerja saya. Kerjaan banyak tapi terasa ringan karena dibawa asik aja dan saling bantu. Bahkan ketika sebagian besar dari kami kembali ke Jakarta karena telah habis masa penugasan, kami masih sering kumpul dan kalo kumpul bahasnya Kota New York lagi Kota New York lagi. Hahaha...masa-masa itu...bikin kangen...saya tulis cerita ini sambil lihat foto-foto di New York... bikin baper dan pengen balik lagi hahaha.
ADVERTISEMENT
https://www.instagram.com/p/BTM2hlIlkPD/?utm_source=ig_web_button_share_sheet
https://www.instagram.com/p/BKy2E-mB2Cv/?utm_source=ig_web_button_share_sheet
Jadi keinget...setiap sudut kota New York itu cantik dan bisa jadi bahan foto yang menarik. Toko kue dekat kantor. Tempat parkit sepeda, trotoar dekat rumah...semuanya bagus dan cantik di foto. Bikin betah aja hehe.
4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York (6)
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Shinta W. Puri
Semoga terhibur ya baca tulisan saya. Kalo ada yang kurang berkenan atau salah informasinya saya minta maaf dan mohon dapat berikan masukan dengan santun di kolom komen.
Sekali lagi thanks for reading #CeritaChiara untuk #DiklatKemlu. Nantikan cerita kami berikutnya ya.
4 Alasan Gagal Move On dari Kota New York (7)
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Shinta W. Puri
*menu prix-fixe adalah menu yang telah disediakan oleh restoran berisikan 3 menu makanan yang telah disusun terlebih dahulu yang terdiri dari appetizer (sup/salad), main course (ikan/ayam/daging), dan dessert. Minuman bisa termasuk dalam menu tersebut atau tidak. Saya biasanya minta New York water alias air ledeng karena gratis.
ADVERTISEMENT