Konten dari Pengguna

"Healing" ala Orang Swiss

Christian Andrea
Diplomat yang ASN - ASN yang Diplomat - Mengabadikan memori dan keindahan melalui foto
4 November 2022 16:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christian Andrea tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Danau Derborence, Swiss (foto dok pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Danau Derborence, Swiss (foto dok pribadi)
ADVERTISEMENT
"Bro, besok hiking kemana kita nih?", "Guys, besok kita ke gunung ini aja gimana?", atau "Eh, kita coba cari spot baru yang pemandangannya indah yuk!" Kira-kira ini percakapan bersama keluarga atau teman yang hampir selalu mengisi hari Jumat menjelang akhir minggu di Swiss.
ADVERTISEMENT
Tidak dipungkiri, hamparan alam di Swiss merupakan daya tarik bagi setiap wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Tapi sebenarnya, percakapan di atas adalah cara kami, WNI yang tinggal di Swiss, untuk beradaptasi dengan kebiasaan orang Swiss yang tidak pernah lelah menghargai dan menikmati apa yang disuguhkan oleh alam.
Kebiasaan ini adalah cara orang Swiss untuk benar-benar menikmati waktu luang di akhir pekan ataupun saat musim liburan. Bukan mal ataupun tempat hiburan di gedung tertutup yang mereka tuju, tapi area terbuka yang memberikan udara segar dan pemandangan indah untuk dinikmati bersama keluarga dan kerabat.
Hal ini sudah ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak di Swiss. Bukan pemandangan yang aneh kalau kita melihat satu keluarga lengkap (ibu, ayah dan anak) melakukan pendakian gunung dan lintas alam atau menyusuri trek di pinggir danau di Swiss. Hal yang sangat lazim bagi anak umur 6 atau 7 tahun untuk bermain ski saat musim dingin ataupun berenang di danau saat musim panas di Swiss.
ADVERTISEMENT
Bagi mereka yang sudah lebih lanjut usianya dan tidak mampu untuk berpetualang terlalu jauh, cukup dengan jalan santai atau duduk di taman-taman kota yang dirawat dengan apik, sambil menikmati croissant dan kopi.
Ini tentu menjadi kesempatan orang Swiss untuk "healing" dari berbagai kepenatan dan kesibukan selama hari kerja.
Jalur pendakian di area Appenzell, Swiss (foto dok pribadi)
Tanpa mengabaikan berbagai faktor lainnya, kebiasaan orang Swiss ini secara nyata berkontribusi terhadap tingkat kebahagiaan dan kesehatan Swiss yang selalu berada dalam peringkat 5 besar dunia. Bahkan menurut World Population Review, Swiss merupakan negara dengan kualitas hidup paling tinggi.
Rasanya Indonesia tidak kalah dalam hal tempat wisata dengan pemandangan yang indah, bahkan tanpa menyebutkan Bali. Bagi warga di Jakarta misalnya, tempat-tempat wisata alam seperti Gunung Pangrango, Gunung Papandayan, Kepulauan Seribu, ataupun berbagai wisata curug di Bogor merupakan pilihan yang relatif dapat dijangkau.
ADVERTISEMENT
Kita belum berbicara mengenai Danau Toba, Taman Nasional Bunaken, Pulau Komodo, Taman Nasional Baluran dan masih banyak tempat lainnya yang keelokannya sudah tidak perlu diragukan lagi.
Bukit Senyum Motung di tepi Danau Toba, Sumatera Utara (foto dok pribadi)
Belajar dari Swiss, yang paling penting untuk menarik pengunjung ke tempat wisata alam sebenarnya adalah akses yang bersahabat dengan sarana prasarana yang mendukung pergerakan pengunjung dari berbagai kelompok umur. Modifikasi dilakukan sewajar mungkin dengan tetap menjaga keasrian, keaslian dan kearifan lokal.
Banyak tempat wisata di Swiss yang tidak menyediakan hotel bintang 5 ataupun restoran mewah. Umumnya, fasilitas-fasilitas ini disediakan oleh masyarakat setempat dengan tetap berpatokan pada standar pelayanan wisatawan yang baik.
Pemandangan dari Gunung Papandayan, Jawa Barat (foto dok pribadi)
Kuncinya adalah bagaimana kita mengelola dan menjaga alam kita sendiri di Indonesia dan bagaimana kita sebagai warga +62 mulai mencoba untuk menghargai dan menikmati keindahan alam di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salam sehat dan bahagia!