Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Saya Tidak Tertarik pada Kenyataan, maka Saya Menulis!
3 Februari 2024 17:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Christiaan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Sekarang keluargaku sudah pada mencar, aku tidak suka kehidupan lagi. Aku pengin punya kehidupan imajiner saja, seperti yang aku punya sebelumnya. Aku tidak suka kenyataan lagi. Kenyataan itu payah. Itulah kenapa aku pengin bikin film saja.." ujar Fabietto kepada Capuano dalam film besutan sutradara Italia, Paolo Sorrentino. "The Hand of God" judul film itu.
ADVERTISEMENT
Saya adalah seorang penulis. Dialog di atas membangkitkan kembali kepusingan saya atas pertanyaan seorang kawan: "Kenapa kau menulis?" Saya cuma bisa kasih jawaban-jawaban klise, seperti: saya butuh bercerita, saya butuh didengarkan, saya pengin tetap hidup setelah jadi abu, saya pengin berkontribusi pada masyarakat, dan seterusnya.
Saya sendiri tidak puas dengan sederet jawaban itu. Dan saya masih terus memikirkan pertanyaan itu: kenapa saya menulis? Lalu pernyataan Fabietto sekonyong-konyong mendorong saya memeriksa kembali jawaban-jawaban saya itu. Saya menyadari satu hal setelahnya. Boleh jadi saya punya motif serupa Fabietto. Saya tak tertarik pada kenyataan, maka saya menulis! Buat mencipta kehidupan yang saya pengin. Sekehendak hati saya.
Saya sebut ini sebagai sebentuk kesadaran yang tiba-tiba muncul. Sebab rasa-rasanya saya juga memikirkan motif berkarya ini seperti Fabietto memikirkannya. Tapi saya malah ragu pada motif itu. Saya pikir, motif semacam itu terkesan angkuh sekaligus mengada-ada. Karena tak mungkin seseorang berkarya tanpa ketertarikan pada kenyataan-kenyataan yang dia alami sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Saya, misalnya, akan terdorong menulis cerita setelah melihat tukang becak meringkuk dengan sebatang Dji Sam Soe di tengah hujan lebat, atau setelah menyaksikan politikus menipu rakyat, atau setelah melihat seorang pemuda jadi rohaniawan karena putus cinta, atau setelah mendengar cerita tentang silsilah keluarga seorang teman yang mengaku punya pertalian dengan Senopati.
Kenyataan sehari-hari ini membuat saya tertarik untuk menulis. Dengan demikian, pada dasarnya, saya tertarik pada kenyataan-kenyataan itu. Nah, inilah yang saya maksud angkuh dan mengada-ada, yaitu kalau saya katakan saya tak tertarik pada kenyataan, tapi kemudian menulis cerita tentang—atau yang terinspirasi dari kenyataan itu sendiri.
Tapi, belakangan saya ketemu penjelasan lain untuk ini. Oscar Wilde, dalam "The Picture of Dorian Gray", berbicara banyak tentang dunia kekaryaan. Setidaknya begitu saya menangkapnya. Basil Hallward, seorang pelukis dalam novel itu bilang, bahwa lukisan adalah penyingkapan diri seorang pelukis, alih-alih penyingkapan diri model (sitter) yang dilukisnya.
ADVERTISEMENT
Hal serupa saya pikir terjadi pula pada penggarapan bentuk-bentuk karya yang lain. Juga dalam hal menulis. Saya, sebagaimana saya contohkan sebelumnya, barangkali tertarik pada kenyataan-kenyataan di sekitar saya. Namun kenyataan itu hanya sebagai pemicu saja. Yang saya lakukan ketika menulis pada akhirnya adalah penyingkapan diri saya sendiri sebagai seorang penulis, alih-alih penyingkapan kenyataan-kenyataan yang saya tulis.
Walau tak menutup kemungkinan, dalam proses penyingkapan diri itu, saya, secara insidental, juga menyingkapkan kenyataan-kenyataan yang saya tulis itu. Dalam lain perkataan, penyingkapan itu terjadi tanpa niat.
ADVERTISEMENT
Hal sebaliknya juga dapat terjadi. Ketika seorang penulis secara menggebu menulis dengan niat hendak menyingkapkan kenyataan, kemudian, secara insidental, menyingkapkan dirinya sendiri. Atau, ada juga penulis yang hendak menyingkapkan keduanya, tapi malah tidak menyingkapkan apa-apa.
Begitulah. Kini saya jadi lebih percaya diri untuk mengatakan bahwa sebagai seorang penulis yang pada dasarnya akan selalu melakukan kerja-kerja observasi, saya tidak tertarik pada banyak hal. Kebanyakan kenyataan tidak menarik bagi saya. Maka saya menulis, dan menciptakan kenyataan-kenyataan saya sendiri.