Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Asap Dan Ketimpangan: Diskriminasi Gender Terhadap Perokok Di Indonesia
2 Maret 2025 10:58 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Christo Wahyudi Karatu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Saat ini, rokok atau budaya merokok di Indonesia adalah sesuatu yang biasa. Hal ini bisa di lihat dari sekeliling kita, yang di mana dengan mudah kita menemukan perokok, bahkan di setiap toko-toko sembako tentu saja kita akan menemukan berbagai macam jenis rokok. Pada (2/12/2024), Badan pusat statistik merilis data persentase penduduk yang merokok di atas 15 tahun, mencapai angka 28,99% (badan pusat statistik, 2024). Tingginya jumlah perokok aktif di Indonesia adalah masalah yang cukup serius, karena hal ini akan berdampak bagi kesehatan si perokok, dan juga bagi orang-orang yang terpapar asap rokok (perokok pasif).
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri jika Di lihat dari jenis kelamin, tercatat bahwa ada 7,04% laki-laki perokok dan 0,20% perempuan perokok (badan pusat statistik, 2024). Dari persentase Di atas bisa kita lihat bahwa hanya ada sedikit perempuan yang merokok, hal ini Di dasari oleh stigma negatif dari masyrakat Indonesia, Di mana perempuan yang merokok dalam lingkungan sosial budaya Indonesia, sering kali dianggap sebagai penyimpangan dari norma perempuan yang seharusnya. Karena dalam budaya Indonesia perempuan sendiri di anggap sebagai sosok yang lemah-lembut, penuh kesopanan, dan penurut. Di mana tugas perempuan, hanyalah sekedar mengurus urusan dapur, melayani suami dan mendidik anak. Apabila perempuan merokok, tentu saja mendapat stigma negatif di beberapa kalangan masyarakat.
Hal ini tentu saja menimbulkan ketimpangan gender, karena laki-laki yang merokok biasanya di toleransi oleh masyarakat, sedangkan perempuan sendiri tidak mendapatkan toleransi tersebut. Stigma negatif terhadap perempuan yang merokok di Indonesia ini yang menyebabkan diskriminasi terhadap perempuan di negara ini terus berkepanjangan, hal ini membuat beberapa kaum perempuan yang merokok di Indonesia menahan diri untuk tidak merokok di ruang publik, berbeda dengan kaum laki-laki, yang merokok di ruang publik merupakan hal yang biasa saja. Jika di analisis menggunakan konsep feminisme. Perempuan, memiliki hak kebebasan individu atas tubuhnya sendiri. Berdasarkan prinsip dasar feminisme yang menegaskan untuk penghapusan diskriminasi berbasis gender, perempuan berhak menentukan apa yang akan di terima oleh tubuhnya atau berhak atas apa yang akan dilakukannya, hal ini termasuk atas keputusannya untuk merokok. Stigma negatif masyrakat terhadap perempuan yang merokok, merupakan satu kontrol sosial yang membentuk diskriminasi terhadap perempuan, atau memberikan batasan ruang kebebasan untuk perempuan. Hal ini tentu saja membuat kesetaraan gender di Indonesia mengalami penghambatan.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun konsep feminisme memperjuangkan hak perempuan untuk memilih kebebasannya. Tetapi, konsep feminisme juga peduli akan kesehatan, dalam kasus ini feminisme tidak secara langsung mendukung aktivitas merokok. Akan tetapi feminisme lebih menekankan kepada penolakan terhadap kontrol sosial yang hanya menyalahkan perempuan. Solusi yang lebih adil akan permasalahan ini, bukanlah memberikan stigma negatif terhadap perempuan yang merokok akan tetapi kepada semua perokok yang ada, tanpa memandang gender, dengan memberikan edukasi bagaimana dampak rokok tersebut bagi kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Dengan begitu, perempuan akan terbebas dari kontrol sosial dan kesetaraan gender akan tercapai di negara ini, hingga adanya kesetaraan yang adil dan tidak membebani perempuan.