Gagalnya Konferensi Perubahan Iklim pada KTT COP26

CINTA MAHARANI
Parahyangan Catholic University International Relations Student
Konten dari Pengguna
5 Januari 2022 15:38 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari CINTA MAHARANI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KTT Ke-26 Perubahan Iklim (KTT COP26) digelar di Glasgow, Inggris, Senin (1/11). Foto: Twitter/@COP26
zoom-in-whitePerbesar
KTT Ke-26 Perubahan Iklim (KTT COP26) digelar di Glasgow, Inggris, Senin (1/11). Foto: Twitter/@COP26
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini perubahan iklim secara ekstrim terjadi tidak hanya di Indonesia yang perlahan dimulai dari rentetan gelombang panas sampai banjir. Perubahan ini berdampak bagi banyak sekali negara yang terkena perubahan iklim maka selama masa pandemi COVID-19 ini negara-negara melakukan berbagai macam hal untuk memerangi perubahan iklim yang terjadi secara ekstrim. Beberapa konferensi yang ditujukan untuk memerangi perubahan iklim ini sudah dilaksanakan, yakni Konferensi COP26.
ADVERTISEMENT
Conference of the Parties 26 atau yang bisa disingkat sebagai COP26 adalah sebuah konferensi yang dibuat oleh Persatuan Bangsa-Bangsa dan dinamakan COP26 dikarenakan konferensi ini adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahun ke-26 di Glasgow dengan Inggris yang menjadi tuan rumah akan keberlangsungan KTT tersebut. Konferensi ini dihadiri oleh berbagai negara yang menandatangani Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim pada tahun 1994 dan berfokus pada diskusi yang dapat mengatasi masalah perubahan iklim, di mana mereka ingin mengamankan nol bersih pada pertengahan abad dan mempertahankan 5 derajat yang telah terjadi. Selain itu, konferensi ini juga memobilisasi keuangan untuk memenuhi dua tujuan utama yaitu pada negara-negara maju yang harus memenuhi janji untuk memobilisasi setidaknya $100 miliar dalam mendanai iklim per tahunnya pada tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Alasan utama terbentuknya COP26 adalah karena bumi sedang mengalami Perubahan Iklim dan Cuaca serta Pemanasan Global, yang merupakan dua konsep yang berbeda namun saling berkaitan. Dalam pernyataan terbaru National Aeronautics and Space Administration (NASA), perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola iklim rata-rata yang telah menentukan iklim lokal serta Bumi dan perubahan ini memiliki efek yang berkisar dari skala global hingga lokal. NASA juga mengatakan bahwa manusia menyebabkan Bumi menghangat, yang dimulai sekitar pertengahan 1800-an hingga 1900-an. Jika emisi gas rumah kaca dibiarkan, kemungkinan besar akan menimbulkan banyak kerugian bagi makhluk hidup yang hidup di bumi. Oleh karena itu, isu iklim yang telah lama menjadi prioritas menjadi capaian yang ingin dicapai COP26 dalam rangka mengurangi dan memerangi perubahan iklim dan pemanasan global di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Salah satu pembahasan yang dibicarakan pada saat berlangsungnya rapat adalah bagaimana dunia bisa mengurangi tingkat gas rumah kaca agar pemanasan global bisa berkurang. Pengaruh terbesar saat ini dari peningkatan kadar gas rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, salah satunya adalah batu bara dan batu bara itu sendiri adalah subjek dari COP26 ini. Batu bara tidak hanya dapat mengakibatkan pemanasan global namun bisa berimbas juga pada polusi air dan udara karena saat batu bara dibakar, ia melepaskan sejumlah racun dan polutan di udara serta akan menyisakan abu. Maka dari itu, untuk mengurangi permasalahan iklim, cuaca, dan pemanasan global COP26 memiliki peran yang sangat penting. COP26 ini sangat mendesak untuk mengambil tindakan akan perubahan iklim serta menyatukan pemimpin-pemimpin di dunia untuk bersama-sama bertindak mengatasi dan membatasi perubahan iklim serta kenaikan suhu.
ADVERTISEMENT
Para anggota konferensi bertemu setiap tahun terkecuali pada tahun 2020 dikarenakan Pandemi COVID-19 dan pertemuannya pada November 2021 di Glasgow disebut sebagai pertemuan ke-26, maka dari itu konferensi ini dinamakan COP26. United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan para pemimpin negara membuat kesepakatan untuk bertindak atas perubahan iklim.Konferensi ini berakhir pada Sabtu, 13 November 2021 dengan pencapaian-pencapaian yang luar biasanya yakni pengumuman dari Glasgow Financial Alliance yang baru berdiri untuk Net Zero sebanyak $130 triliun modal swasta untuk mempercepat perubahan ke ekonomi 0 bersih atau Net-Zero Economy. Namun hasil hari COP26 ini juga dianggap mengecewakan sejumlah pihak karena kegagalannya dalam menghapus penggunaan batu bara. Pada pertemuannya yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 13 November lalu, terdapat sekitar 200 negara menandatangani kesepakatan penghentian penggunaan batu bara. Namun, para ahli berpendapat bahwa kesepakatan saja tidak cukup.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara di Konferensi Perubahan Iklim PBB COP26 di Glasgow, Inggris. Foto: ANDY BUCHANAN/AFP
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, adalah salah satu yang kecewa dengan kesepakatan di COP26 karena alasan penggunaan batu bara adalah alasan terbesar terjadinya pemanasan global. Pada keputusan akhir rancangan perjanjian, India dan China bersikeras agar frasa “hentikan” penggunaan batu bara dihilangkan dan diubah menjadi “dikurangi” secara bertahap. Kedua negara tersebut yang bersikeras tidak ingin dihilangkannya penggunaan batu bara dalam industri mereka, dikarenakan penggunaan energi sangat penting bagi mereka walaupun memiliki resiko pada masalah iklim. Dalam enam tahun terakhir sejak diadopsinya Perjanjian Paris, jumlah pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang direncanakan secara global menurun sebanyak 76%. Ini setara dengan pembatalan lebih dari 1.000 GigaWatt (GW) pembangkit listrik tenaga batu bara baru. Dalam artian lain, para negara berkembang utama saat ini telah mengambil langkah besar untuk beralih dari batu bara ke energi bersih.
ADVERTISEMENT
Indonesia, India, Filipina, dan Afrika Selatan mengumumkan pembentukan kemitraan dengan Dana Investasi untuk mempercepat perubahan mereka dari tenaga batu bara serta mereka juga menerima dukungan dari dana khusus sebesar US$2 miliar. Indonesia dan juga Filipina mengumumkan kemitraan terobosan dengan Asian Development Bank untuk mendukung terminasi dini pembangkit listrik tenaga batu bara. Sebelum ini, kesepakatan senilai $8,5 miliar diumumkan pada KTT Pemimpin Dunia pada hari Selasa untuk mendukung transisi Afrika Selatan ke energi bersih. Walaupun oleh beberapa negara hasil ini dianggap gagal dikarenakan dapat merugikan perindustriannya, namun bagi sebagian negara lainnya dapat diterima dan diterapkan dengan baik. Untuk secara perlahan mengurangi peningkatan kadar gas rumah kaca yang dapat menyebabkan peningkatan pemanasan global, dan memungkinkan risiko pemanasan global yang lebih rendah, perlu untuk mengurangi tingkat secara bertahap.
Presiden Joko Widodo saat berbicara pada KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26 di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
Pada November 2017, negosiasi COP26 menghasilkan keputusan akhir, meskipun seperti banyak keputusan lainnya, beberapa negara tidak setuju karena hasil yang tidak memuaskan, yaitu keputusan transfer batubara gagal. Namun dengan konferensi ini, setidaknya kami masih menghasilkan hasil yang dapat dinegosiasikan kembali untuk konferensi mendatang. Meski masih dianggap gagal dan merugikan beberapa pihak, beberapa pihak bisa mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim dengan mengurangi penggunaan batu bara. Jika hasil kesepakatan ini dapat dirundingkan kembali, maka dapat dicapai kesepakatan baru yang dapat mengurangi pemanasan global atau perubahan iklim tanpa merugikan beberapa pihak atau negara yang merasakan hal tersebut berdasarkan sumber peningkatan pemanasan global itu sendiri. Oleh karena itu, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa COP26 merupakan kegiatan yang dapat mengurangi pemanasan global atau perubahan iklim. Meski belum sepenuhnya dilaksanakan secara optimal dan kompeten, jika negara-negara kembali memberikan masukan pada konferensi-konferensi mendatang dan hasil yang menguntungkan semua pihak akan tercapai dan mengatasi permasalahan iklim yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Referensi : COP26, U.K. (2021). What is a COP?. Diakses pada Desember 14, 2021, dari https://ukcop26.org/uk-presidency/what-is-a-cop/ Global Climate Change, N.A.S.A. (2021, Desember 13). Overview: Weather, Global Warming and Climate Change. Diakses pada Desember 14, 2021, dari https://climate.nasa.gov/resources/global-warming-vs-climate-change/ Indonesia, B.B.C. (2021, Oktober 11). COP26: Mengapa angka 1,5C sangat penting dan dapat mengarah ke ‘bencana iklim’ bila tidak diambil kegiatan, kata PBB. Diakses pada Desember 14, 2021, dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-58841496 The Law Society. (2021, November 19). Reflecting on COP26: what were the key outcomes?. Diakses pada Desember 15, 2021, dari https://www.lawsociety.org.uk/topics/climate-change/reflecting-on-cop26-what-were-the-key-outcomes