5 Kisah Cinta Paling Romantis Sepanjang Sejarah

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
17 September 2020 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ratu Victoria dan Pangeran Albert. Foto: Screen Youtube Lindsay Holiday
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ratu Victoria dan Pangeran Albert. Foto: Screen Youtube Lindsay Holiday
ADVERTISEMENT
Sebelum era milenial seperti sekarang ini, sepasang kekasih memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan rasa cinta pada belahan jiwa. Tak ada yang namanya mengunggah foto bersama di internet agar seluruh dunia tahu, justru pasangan yang sedang dimabuk asmara melakukan tindakan yang membuat manusia zaman sekarang geleng-geleng kepala karena keromantisannya. Dari yang mendedikasikan hidupnya untuk melanjutkan mimpi suaminya, membangun makam terbesar di dunia, hingga seorang raja rela turun tahta demi bertahan dengan wanita pujaannya. Dilansir dari History Extra, lima kisah cinta ini bisa dinobatkan cerita paling romantis sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT

Marie Curie mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan yang dia mulai bersama suaminya

Pierre Curie dan Marie Sklodowska bertemu pada tahun 1894 di Departemen Fisika Universitas Sorbonne. Keduanya sepakat mengabdi pada ilmu pengetahuan. Karena visi dan misi yang sama, pasangan ini menikah setahun kemudian. Atas jasanya dalam ilmu pengetahuan, suami istri menerima Hadiah Nobel Fisika bersama pada tahun 1903. Kehidupan pernikahan keluarga Curie didominasi oleh studi ilmiah, yang menyebabkan paparan radiasi dan mengancam kesehatan mereka.
Tak disangka, Pierre mengalami kecelakaan kereta kuda dan meninggal dunia pada 1906. Setelah kematian suaminya, Marie mendedikasikan hidup untuk melanjutkan tujuan bersama mendiang suaminya. Marie meninggal pada 1934, disebabkan kegagalan perkembangan sumsum tulang. Dia dimakamkan berdampingan dengan suaminya, kemudian jenazah keduanya dipindah ke Pantheon Paris, sebagai penghargaan atas penemuan inovatif yang mereka buat bersama.
ADVERTISEMENT

Shah Jahan membangun Taj Mahal

Siapa yang tak kenal dengan Taj Mahal? Bangunan yang menjadi ikon India didirikan antara tahun 1632 dan 1653, merupakan simbol romantisme dalam peradaban manusia. Taj Mahal didedikasikan pada istri tercinta, seorang putri Persia, Arjumand Banu Begum yang memiliki nama lain “Mumtaz Mahal”, berarti ‘permata istana’. Tak hanya kecantikannya, Arjumand setia mendampingi Shah Jahan dalam berbagai kegiatan dan kampanye.
Setelah 19 tahun menikah, Mumtaz Mahal akhirnya meninggal dunia. Sebelum kematian istri, Shah Jahan berjanji untuk membangun makam terbesar di dunia yang pernah ada untuk istrinya.
Proyek tersebut melibatkan 22.000 pekerja yang terdiri dari pembuat kubah, pelukis, ahli kaligrafi, dan pengrajin terbaik dari Turki dan Irak, dan dikerjakan selama 21 tahun. Setelah kematian Shah Jahan, jenazahnya ditempatkan di samping makam istrinya. Tugu peringatan ini menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
ADVERTISEMENT

Ratu Victoria berduka atas kematian Pangeran Albert

Ratu Victoria bersama Pangeran Albert memerintah selama 21 tahun. Tak hanya memerintah kerajaan, pasangan yang dikaruniai sembilan anak ini seringkali berbagi tugas sehari-hari. Secara mengejutkan, kematian Pangeran Albert pada usia 42 tahun karena tifus, membuat sang ratu dan negara lengah.
Duka cita yang tak kunjung usai, Ratu Victoria melakukan upacara duka yang lebih lama dan penuh dengan ritualistik. Keengganan tampil di depan umum dan keputusan untuk mengenakan pakaian hitam selama sisa hidupnya, membuat Ratu Victoria mendapat julukan ‘Janda Windsor’.
Sang Ratu tidak pernah pulih sepenuhnya dari kematian mendiang suami. Untuk menghormati belahan jiwanya, Ratu Victoria membuat monumen, yaitu Royal Albert Memorial di Kensington Gardens. Ratu tetap berkabung selama 40 tahun, sampai kematiannya sendiri pada usia 81 tahun.
ADVERTISEMENT

Edward VIII turun takhta atas nama cinta

Keputusan Edward VIII pada tahun 1936 untuk menyerahkan takhta karena seorang wanita yang dicintainya layak mendapat tempat di antara momen paling romantis dalam sejarah. Edward VIII bertemu seorang sosialita Amerika yang cantik, Wallis Simpson, pada tahun 1932 di sebuah pesta yang diselenggarakan oleh kekasihnya saat itu, Thelma Furness.
Meskipun Wallis ketika itu sudah menikah, Edward dan Wallis menjadi seorang kekasih pada tahun 1934. Hubungan mereka tidak berjalan mulus, karena kerajaan tidak menyetujui, dan tekanan dari pers Inggris, hingga Wallis menerima ancaman pembunuhan. Terlepas dari semua ini, pada 10 Desember 1936, Edward turun takhta setelah hanya 325 hari menjabat menjadi raja.
Edward memberi keterangan, dia tidak mampu memikul beban tanggung jawab sebagai seorang raja tanpa dukungan dan bantuan dari wanita yang dicintai. Setelah pengunduran diri Edward dan perceraian Wallis dengan suami sebelumnya, pasangan itu menikah dalam sebuah upacara pribadi di Perancis dan memulai kehidupan bersama di luar negeri hingga kematian Edward di Paris pada tahun 1972.
ADVERTISEMENT

Heloise dan Abelard bertukar surat cinta

Kisah ini dimulai di Paris pada abad ke-12, di mana Peter Abelard, seorang filsuf terkenal, dipekerjakan sebagai tutor. Sang guru yang telah menikah ini akhirnya jatuh cinta dengan muridnya sendiri, Heloise d'Argenteuil, hingga Heloise dinyatakan hamil. Keinginan Abelard untuk bertanggung jawab malah ditolak Heloise, karena Heloise paham akan membahayakan keluarga dan beasiswa Abelard. Terlepas dari keengganan ini, pernikahan tetap dilakukan secara rahasia, untuk menghindari kerusakan karier Abelard.
Segalanya hancur berantakan ketika paman Heloise, Fulbert marah dan menyebarkan pernikahan mereka. Tak hanya itu, Fulbert mengebiri Abelard dan membuatnya mengasingkan diri menjadi biarawan. Pun Heloise melakukan hal yang sama, namun ditempatkan pada biara yang terpisah. Meskipun begitu, keduanya tetap berkomunikasi melalui serangkaian surat.
ADVERTISEMENT
Surat-surat Heloise menunjukkan bahwa meskipun dia tidak menyesali perselingkuhannya, dia merefleksikan “Aku seharusnya mengeluh atas dosa-dosa yang telah aku lakukan, tapi aku hanya bisa menghela nafas untuk apa yang telah hilang”.