Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Skandal Pernikahan Tudor: 5 Wanita Berani Menentang Kerajaan karena Cinta
10 Oktober 2020 18:11 WIB
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi bangsawan zaman Tudor, pernikahan yang baik adalah pernikahan yang membawa kemakmuran dan kemajuan bersama dalam status, atau memperkuat persekutuan. Oleh karena itu, cinta tulus yang datang dari hati jelas tidak disukai dan bukan sebagai dasar pernikahan abadi.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, dikutip dari History Extra, antara tahun 1430 hingga 1565, terdapat lima wanita yang memberanikan diri menghadapi amarah dan skandal kerajaan dengan menikahi pria dari tingkat yang lebih rendah atas nama cinta.
Jacquetta de St Pol
Putri Pangeran St. Pol, Jacquetta, menikah selama dua tahun dengan John, Adipati Bedford, atau saudara laki-laki Henry V. Pada kematian Bedford tahun 1435, Jacquetta membuat skandal dengan menikahi seorang pria dari kerabat mendiang suaminya, Sor Richard Woodville. Pernikahannya tersebut menghasilkan 14 anak.
Jacquetta menjadi orang kepercayaan istri Henry VI, Marguerite dari Anjou. Tetapi, Jacquetta mendukung kasus pernikahan di luar kelas bangsawan atas nama cinta. Selain itu, pengaruh ini diturunkan kepada anak-anaknya, sehingga keluarga mereka semakin dibenci oleh Nevilles, kerabat Edward IV, yang rakus, ambisius, dan agresif. Pertengkaran tersebut pada akhirnya memicu konflik dinasti.
ADVERTISEMENT
Cecily dari York
Cecily dari York menarik perhatian kerajaan yang paling tidak disukai setelah menikah karena cinta. Cecily menikah pada tahun 1487 dengan John, Viscount Welles, yang merupakan paman tiri raja. Singkat cerita, pernikahannya kandas dan Cecily menikah dengan Thomas Kyme dari keluarga bangsawan kecil.
Henry jelas saja terkejut dan marah, karena kesempatan menikahi saudara iparnya yang menguntungkan telah ditolak. Henry lalu mengusir Cecily dan Kyme dari pengadilan, dan menyita harta milik mereka berdua. Tidak ada catatan apakah kedua sejoli itu menghasilkan keturunan atau tidak.
Mary Tudor, Ratu Perancis
Pada tahun 1514, Mary dijadwalkan menikah dengan Charles dari Castile. Henry VIII merencanakan pernikahan dengan lemari pakaian mewah, dan ingin menemani Mary untuk upacara pernikahan di luar negeri. Sayangnya Mary ditolak mentah-mentah di altar atau di pintu masuk gereja. Charles yang ketika itu berusia 14 tahun, menyatakan bahwa Mary yang berusia 18 tahun terlalu tua baginya.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Henry berhasil menikahi Mary dan Louis XII dari Perancis. Namun, Mary mengklaim bahwa Henry telah berjanji untuk mengizinkan Mary memilih suami keduanya. Ketika Louis yang sudah tua meninggal, Mary buru-buru menikahi Charles Brandon yang yatim piatu.
Brandon dibesarkan oleh pengadilan setelah ayahnya dibunuh oleh Bosworth. Brandon tumbuh menjadi teman dekat Henry VIII dan diberi gelar Duke of Suffolk pada tahun 1514. Namun, gelarnya tersebut dinilai masih tidak sepadan dengan Mary. Akhirnya, pasangan itu diwajibkan membayar denda. Keduanya bersama selama 18 tahun, sebelum akhirnya Mary meninggal tahun 1533.
Katherine Willoughby
Setelah kematian Mary, Brandon tidak lama menikahi bangsanya yang berusia 14 tahun, Katherine Baroness Willoughby d'Eresby, yang sebelumnya bertunangan dengan putranya sendiri. Katherine adalah tokoh penting istana di tahun-tahun terakhir pemerintahan Henry VIII. Bahkan, Henry dikabarkan akan menjadikan Katherine sebagai istri ketujuh, setelah dia menjanda pada tahun 1545.
ADVERTISEMENT
Tetapi sekitar tahun 1553, Katherine menikah dengan Richard Bertie, seorang anak ahli bangunan, yang sudah pasti memiliki pangkat lebih rendah. Bertie dipekerjakan di rumah Katherine sebagai pria yang mengantarkan dan menjaga kuda. Justru itu adalah kesempatan bagi keduanya mengembangkan hubungan.
Katherine dan suami yang memiliki pandangan Protestan radikal akhirnya meninggalkan Inggris pada masa pemerintahan Mary I. Mereka kembali ketika Elizabeth I menjadi ratu. Tetapi, raja saat itu tidak menyukai Katherine dan pandangan radikalnya, apalagi suaminya yang bukan berasal dari keluarga bangsawan.
Lady Mary Grey
Lahir pada tahun 1545, Lady Mary Grey merupakan cucu dari Mary Tudor dan Charles Brandon. Mary menderita skoliosis, gangguan tulang belakang yang membuat tubuhnya mengalami kelengkungan abnormal dan tidak menjadikannya tinggi.
ADVERTISEMENT
Ketika penampilan luar dianggap sebagai aspek penting dari kerajaan, kecacatan fisiknya membuat Mary tidak mungkin dianggap sebagai calon alternatif tahta. Ini juga sekaligus alasan yang menyebabkan Mary merahasiakan pilihan suaminya.
Pilihannya yang mengejutkan jatuh kepada Thomas Keyes, orang yang memiliki tubuh paling tinggi di kerajaan. Keyes merupakan duda berusia 40 tahun dan ayah dari beberapa anak. Sedangkan Mary ketika itu masih berusia 19 tahun. Thomas juga memiliki jabatan sebagai porter sersan, di mana bertanggung jawab atas keamanan istana.
Pada Juli 1565, Mary da Keyes menikah dengan penuh kehati-hatian. Namun sebulan setelahnya, kebahagiaan dua sejoli itu runtuh. Ratu Elizabeth yang marah membuat Keyes dijebloskan ke penjara dan Mary ditempatkan di bawah tahanan rumah. Pasangan itu tidak pernah bertemu lagi.
ADVERTISEMENT
Keyes tetap di penjara sampai tahun 1570, ketika dia dibebaskan dan diizinkan kembali ke Kent, sebelum meninggal pada tahun berikutnya. Mary terus dikurung di rumah-rumah bangsawan dan kerabat yang dendam, sampai dibebaskan oleh pengadilan pada akhir tahun 1577. Setahun setelahnya, pada tahun 1578, Mary yang malang menghembuskan napas terakhirnya.