Konten Media Partner

15 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Dibacakan di Cirebon

16 Agustus 2021 14:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tugu Proklamasi/Tugu Pensil di perempatan Jalan Siliwangi dan Jalan Kartini dekat Alun-alun Kejaksan Kota Cirebon, saksi sejarah pembacaan proklamasi tanggal 15 Agustus 1945.(Juan)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Proklamasi/Tugu Pensil di perempatan Jalan Siliwangi dan Jalan Kartini dekat Alun-alun Kejaksan Kota Cirebon, saksi sejarah pembacaan proklamasi tanggal 15 Agustus 1945.(Juan)
ADVERTISEMENT
Ciremaritoday.com, Cirebon – Sutan Sjahrir dan Dr. Soedarsono merupakan 2 tokoh kemerdekaan yang gesit, kreatif juga berani. Karena keduanya dengan berani dan yakin memproklamasikan kemerdekaan sebelum Soekarno. Pembacaan teks proklamasi tanggal 15 Agustus 1945 di perempatan Jalan Siliwangi dan Jalan Kartini Kota Cirebon Jawa Barat dilakukan secara spontan, setelah Jepang mengalami kekalahan pada tanggal 14 Agustus 1945 dan Indonesia kala itu mengalami kekosongan kekuasaan. Sementara, semangat kemerdekaan diantara para pejuang tengah menyala-nyala dan Soekarno tidak segera memproklamirkan kemerdekaan. Atas peristiwa bersejarah itu, di perempatan Jalan Siliwangi dan Jalan Kartini dekat Alun-alun Kejaksan dibangun tugu Proklamasi atau Tugu Kejaksan, sebagian masyarakat menyebutnya dengan Tugu Pensil karena memang bentuknya menyerupai pensil.
ADVERTISEMENT
Naskah proklamasi ditulis oleh Sutan Sjahrir dikirimkan melalui telegram kepada Dr. Soedarsono yang kala itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati (RSUDGJ) membacakan proklamasi kemerdekaan tepat di persimpangan Jalan Kartini dan Jalan Siliwangi yang dihadiri oleh sekitar 150 orang. Naskah proklamasi kemerdekaan RI dibacakan setelah Jepang dipastikan menyerah kepada sekutu karena Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi Bom Atom oleh Amerika Serikat. Sjahrir melakukan itu sebagai bentuk kekecewaan terhadap Soekarno karena tidak segera memproklamirkan kemerdekaan.
Cirebon dipilih karena, dinilai sebagai tempat yang aman setelah menyerah, tentara Jepang banyak berkumpul di kota-kota besar. Apalagi sejak dulu, Cirebon memang basis Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan), sehingga bukan perkara sulit bagi kelompok Sjahrir untuk mengumpulkan massa.
ADVERTISEMENT
Peristiwa bersejarah itu tidak terdokumentasikan dengan baik. Foto, rekaman suara yang menggambarkan suasana saat itu tidak ada. Bahkan pengibaran Bendera Merah Putih pun tidak diketahui. Selain itu naskah Proklamasi yang dibacakan oleh Dr. Soedarsono tidak diketahui karen tidak ada seorang pun yang menyimpan dokumennya. Sjahrir sendiri yang mengirimkan naskah proklamasi kepada Dr. Soedarsono tidak menghadiri pembacaan teks proklamasi tersebut karena berada di Jakarta.