Cara Perajin Tahu dan Tempe di Majalengka Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19

Konten Media Partner
3 Oktober 2021 14:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produk nugget tahu tempe yang diproduksi Mahdi Surahman, pelaku usaha asal Majalengka, Jawa Barat. FOTO: Erick Disy/CIREMAITODAY
zoom-in-whitePerbesar
Produk nugget tahu tempe yang diproduksi Mahdi Surahman, pelaku usaha asal Majalengka, Jawa Barat. FOTO: Erick Disy/CIREMAITODAY
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Majalengka - Sejak Indonesida dilanda pandemi COVID-19, sejumlah pelaku usaha merasakan dampaknya, bahkan tak sedikit juga sampai gulung tikar.
ADVERTISEMENT
Namun, kondisi tersebut juga tak hanya berdampak negatif terhadap bisnis sejumlah pelaku usaha. Mahdi Surahman misalnya, perajin tahu tempe asal Desa Cisambeng, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat itu, berhasil lolos dari ancaman kebangkrutan.
Pasalnya, tahu dan tempe yang diproduksinya sulit dipasarkan karena terkendala distribusi atau pemasaran, akibat sejumlah kebijakan yang membatasi aktivitas masyarakat.
Untuk mempermudah pemasaran dan menarik lebih banyak pembeli, Mahdi Surahman kemudian berinovasi dengan membuat tahu dan tempe menjadi nugget, puding, dan brownis.
"Mulainya Mei 2020. Tepatnya, ide ini muncul pada saat pandemi COVID-19, waktu itu Desa Cisambeng zona merah kan. Jadi tahu tempe kita nggak bisa keluar (dipasarkan)," kata Mahdi kepada Ciremaitoday, Minggu (3/10/2021).
Pandemi COVID-19 yang sebelumnya dianggap biang kerok, kata Mahdi, justru malah mengasah insting usahanya, dengan terus berinovasi.
ADVERTISEMENT
"Karena keadaan mungkin ya, jadi kami mencoba berinovasi. Lalu kami bekerja sama dengan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). Dan, akhirnya hadirlah nugget, puding dan brownis ini," ujarnya.
"Untuk bahannya ini terbuat dari tahu dan tempe yang sudah jadi (siap saji), yang sudah siap makan," sambungnya.
Meski begitu, lanjut dia, produk olahan tahu tempe itu belum dijual secara bebas. Sebab, ketahanan makanan jenis kudapan itu belum bisa bertahan sampai berbulan-bulan.
"Untuk saat ini kami belum menjual bebas. Dan, untuk kekuatan (makanannya) sendiri, kalau di luar hanya satu hari. Tapi kalau di lemari es, bisa sampai 1 pekan," tandasnya.
Sementara, produk tersebut saat ini masuk 12 besar di ajang penilaian 'Desa Mandiri Tematik Kreatif' tingkat Kabupaten, yang dilaksanakan pada 27 sampai 30 September kemarin. (Erick Disy)
ADVERTISEMENT