Harga Ubi Anjlok, Petani Tradisional di Kuningan Merugi

Konten Media Partner
16 Juni 2019 20:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Petani ubi Kabupaten Kuningan mengeluh akibat harga jual anjlok. Kerugian petani ubi ditambah pula dengan kualitas ubi yang dihasilkan turun. (Andri)
ciremaitoday.com, Kuningan, - Memasuki masa panen ubi jalar, sejumlah petani ubi Kabupaten Kuningan mengeluh akibat harga jual anjlok. Kerugian petani ubi ditambah pula dengan kualitas ubi yang dihasilkan turun.
ADVERTISEMENT
Sebab tak semua ubi yang dipanen dapat dijual ke pasaran akibat mengalami kebusukan, hingga para petani harus memilah ubi berkualitas baik dengan yang busuk. Kini harga jual ubi jalar hanya sekitar Rp1.000 sampai Rp1.500 per kilogram.
“Harga ubi jalar saat ini hanya Rp1.000 sampai Rp1.500 per kilogram. Ini jauh dari harapan kami yang biasanya diatas Rp 3.800,- ,” kata salah seorang petani ubi asal Desa Bandorasa Wetan, Ono Haryono saat ditemui awak media, Minggu (16/6).
Menurutnya, harga normal ubi jalar sekitar Rp3.800 perkilogram. Namun karena harganya anjlok, sebagian besar petani rugi besar.
“Kalau dihitung modal awal saat menggarap ubi jalan ini sekitar Rp1,7 juta. Biaya ini untuk menggarap lahan seluas 60 bata, namun dengan hasil yang didapat saat ini diperkirakan hanya mendapat Rp700 ribu saja,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan, bahwa bercocok tanam ubi jalar ini menjadi salah satu komoditi pertanian yang cukup besar di Kuningan. Akan tetapi, hingga kini belum dapat membuat kesejahteraan bagi petani ubi.
“Kami sih berharap pemerintah bisa membantu dalam kebijakan harga jual. Sehingga saat kondisi gagal panen dengan kualitas ubi banyak yang busuk, petani masih bisa mencukupi kebutuhan dan bisa mengagrap lahan pertanian selanjutnya,” terangnya.
Harga jual ubi jalar hanya sekitar Rp1.000 sampai Rp1.500 per kilogram. Padahal, idealnya harga ubi diatas Rp3.800,- per kilogram. (Andri)
Petani Ubi lainnya, Ohen Rohenda mengaku, anjloknya harga ubi saat ini disebabkan karena kualitas ubi yang dihasilkan kurang bagus. Ditambah ubi yang banyak dihasilkan sekarang adalah ubi putih jenis manohara, dan tidak sesuai dengan permintaan pasar yakni ubi merah.
“Jadi karena produksi ubi merah sekarang tidak banyak, akhirnya menyebabkan harga ubi putih semakin anjlok,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dia memperhitungkan, jika lahan seluas 100 bata yang biasanya bisa menghasilkan 3 ton ubi berkualitas baik, kini hanya di kisaran 1 ton saja. Dengan perhitungan harga satu kilogram ubi hanya Rp1.500, maka petani hanya mengantongi hasil penjualan Rp1,5 juta.
“Biaya yang harus dikeluarkan untuk tanam, pupuk, perawatan hingga panen itu lebih besar dari hasil penjualan. Tapi ya mau bagaimana lagi, kami terima saja," tutupnya. (*)
Penulis : Andri Yanto
Editor : Tomi Indra Priyanto