Konten Media Partner

Kisah Dusun Cimeong Kuningan, Kampung 'Mati' yang Ditinggalkan Penghuninya

15 Februari 2021 9:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dusun Cimeong, Desa Cilayung, merupakan sebuah dusun di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang terpaksa dikosongkan akibat bencana alam. (Andri)
zoom-in-whitePerbesar
Dusun Cimeong, Desa Cilayung, merupakan sebuah dusun di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang terpaksa dikosongkan akibat bencana alam. (Andri)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Kuningan – Dusun Cimeong, Desa Cilayung, merupakan sebuah dusun di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang terpaksa dikosongkan akibat bencana alam yang terjadi pada akhir 2016 lalu. Awalnya, bencana berupa pergeseran tanah cukup parah terjadi pada Desember 2016. Kemudian pada awal tahun 2017, terjadi bencana susulan berupa tanah longsor dan pergeseran tanah.
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu menimpa warga di Dusun Cimeong Desa Cilayung Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sebuah dusun yang berada di daerah perbukitan ini, sebagian besar dihuni warga dengan aktivitas sehari-sehari sebagai petani.
Atas kondisi ini, dusun tersebut akhirnya viral di kanal youtube yang disebut-sebut kampung mati. Sebab fenomena ini hampir mirip dengan kampung Tarikolot Desa Sidamukti Kabupaten Majalengka.
Hanya saja, di Dusun Cimeong ini masih terdapat satu orang warga yang memilih tetap tinggal di rumahnya. Padahal semua warga Dusun Cimeong Desa Cilayung sudah mendapat rumah sebagai tempat relokasi di Dusun Mekarsari Desa Cilayung.
“Oh itu iya ada, itu juga ramai sekarang di youtube ada berapa tim itu datang. Semalam juga ada lagi, kita juga disini komentar di video itu, minta nomor hp youtubernya, kita keberatan karena anggapan orang kan nanti beda-beda, tidak tahu disini itu seperti apa yang sebenarnya, khawatirnya nanti malah menjelekan desa kita,” kata seorang perangkat Desa Cilayung, Dian saat dihubungi awak media melalui telepon selulernya, Minggu (14/2/2021).
ADVERTISEMENT
Padahal saat ini, lanjutnya, perekonomian warga yang di relokasi justru bisa lebih baik. Bahkan ada beberapa warga sebelumnya tidak memiliki motor, kini sudah punya kendaraan roda dua.
Kaitan dengan warga yang masih bertahan di Dusun Cimeong, Ia menegaskan, sebetulnya warga itu tinggal hanya untuk menjaga dan menggarap sawah miliknya. Sebab jaraknya lebih dekat, jika harus pindah ke tempat relokasi itu cukup jauh.
“Jadi beliau (Abah Lurah Edi, red) itu nungguin sawah, berhubung karena usianya sudah sepuh, kalau harus jalan kan jauh, ya sudah diam di rumahnya. Kalau anak-anaknya sudah pindah, hanya memang setiap pagi selalu diantar makanan dari anak-anaknya,” ucapnya.
Menurutnya, sosok Abah Lurah Edi merupakan orang yang ditokohkan karena berpengaruh di desanya. Jadi seseorang yang cukup dihormati oleh warga desa ketika itu.
Bencana berupa pergeseran tanah cukup parah terjadi pada Desember 2016 di dusun Cimeong Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kemudian pada awal tahun 2017, terjadi bencana susulan berupa tanah longsor dan pergeseran tanah. (Andri)

Warga Dusun Cimeong Kuningan Terpaksa Direlokasi

Sejak bencana besar menimpa dusun Cimeong pada awal 2017 lalu apakah sempat kembali terjadi bencana serupa, Ia mengaku, hingga kini tidak lagi mendapat informasi bencana di lokasi tersebut. Bahkan sudah sejak lama, Ia tidak pernah lagi mengunjungi dusun Cimeong.
ADVERTISEMENT
“Kalau informasinya tidak ada, saya juga sudah lama tidak pernah kesana. Jaraknya dari balai desa itu 4 kilometer, kalau pakai mobil tidak bisa paling juga motor masih bisa lah,” katanya.
Bagaimana dengan warga yang direlokasi, ia menyebut, jika warga sudah menempati rumah barunya.
“Itu sudah beres, semua sudah menghuni rumah relokasi di Dusun Mekarsari Desa Cilayung. Ada sekitar 60 unit rumah ditempati para kepala keluarga dari relokasi tersebut,” imbuhnya.
Sejauh ini, lanjutnya, warga yang menempati rumah relokasi sudah mendapatkan fasilitas seperti listrik maupun air bersih. Hanya saja, warga kesulitan air bersih ketika musim kemarau tiba.
“Kalau listrik sudah lancar, air juga sama ada, tapi kalau musim kemarau kadang warga kesulitan mendapat air bersih. Jadi air itu dari gunung, kalau musim kemarau kendalanya kadang berebut untuk pengairan di persawahan,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Hal senada disampaikan Kepala Desa Cilayung, Danta Hidayat. Dahulu saat ada rapat, seorang warga yang tidak menandatangani kesiapan untuk direlokasi hanya Abah Lurah Edi.
“Beliau tetap ingin di lembur saja (Dusun Cimeong, red). Jadi beliau itu mantan lurah, ya sekarang disana saja sambil tutunggon (menjaga, red),” tukasnya.
Oleh sebab itu, ia menyebut, warga yang masih bertahan di Dusun Cimeong hanya satu orang. Pemerintah desa sudah berusaha untuk membujuknya, namun yang bersangkutan tetap menolak untuk direlokasi.
“Jadi beliau ingin menjaga lembur, titipan dari karuhun (nenek moyang), kalau warga lain silahkan saja, gitu. Jadi kami sudah berusaha mengingatkan karena rawan lah, maksudnya masih ada rawan longsor dan kedua khawatir ada satwa-satwa liar dan semacamnya,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, jika keluarga dari Abah Lurah Edi semuanya sudah pindah di rumah relokasi Dusun Mekarsari Desa Cilayung. Termasuk istri dan anak-anaknya sudah pindah, namun hanya Abah Lurah Edi yang tetap bertahan.
“Ya itu tadi karena ingin menjaga lembur, titipan dari karuhun (nenek moyang) jadi jangan ditinggalkan,” pungkasnya. ***