Konten Media Partner

Kisah Petani Indramayu, Ciptakan Benih Padi Lokal yang Tahan Gangguan Hama

17 Januari 2021 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joharipin (45 tahun), petani asal Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu menciptakan benih padi lokal yang tahan gangguan hama. (Tomi Indra)
zoom-in-whitePerbesar
Joharipin (45 tahun), petani asal Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu menciptakan benih padi lokal yang tahan gangguan hama. (Tomi Indra)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Indramayu, - Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terkenal dengan julukan sebagai lumbung padi nasional. Hal ini tidak terlepas dari hasil produksi padi tertinggi secara nasional yang diperoleh para petani di daerah Pantura Jawa Barat tersebut setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Beragam inovasi pun terus dilakukan para petani lokal untuk meningkatkan produksi padinya. Seperti yang dilakukan Joharipin (45 tahun), petani asal Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu.
Joharipin mengatakan, sampai dengan saat ini ia berhasil menciptakan 10 varietas benih padi baru dari berbagai riset dan penelitian yang ia lakukan sejak tahun 2004 lalu.
"Dari tahun 2004 saya melakukan riset, kegiatan pemuliaan benih lewat kawin silang, sampai melakukan proses seleksi," ujar dia Minggu (17/01/2020). Keberhasilannya tersebut, membuatnya sempat diundang oleh kementerian pertanian India untuk bertukar informasi dan studi banding mengenai varietas benih padi.
Joharipin menciptakan 10 varietas benih padi baru dari berbagai riset dan penelitian yang ia lakukan sejak tahun 2004 lalu. (Tomi Indra)

10 Varietas Benih Padi Lokal

Joharipin menceritakan, sepuluh varietas benih padi itu ia ciptakan menggunakan metodenya sendiri yang ia beri nama metode Johar.
ADVERTISEMENT
Adapun 10 varietas itu, yakni benih padi Bongong 1 sampai 5, benih padi Darma Ayu 1 sampai 3, dan benih padi Majapahit 1 sampai 2.
"Sebenarnya masih ada lagi, tapi masih proses," ujarnya.
Ia menjelaskan, Benih Padi Bongong ini merupakan varietas unggulan dari hasil perkawinan varietas benih padi kebo dan padi longong yang merupakan benih padi lokal.
Varietas baru yang diciptakan tersebut mengandung genetik padi lokal yang tahan terhadap hama. (Tomi Indra)
Varietas ini pun mengadopsi genetik indukannya, seperti sifat padi longong yang tahan terhadap hama, rasa nasinya yang pulen, dan cocok ditanam di daerah panas seperti Indramayu.
Namun, padi longong memiliki kekurangan dari sisi umur tanam yang panjang, yakni bisa sampai 150 hari.
Sedangkan padi kebo, umur tanamnya relatif pendek, padi ini juga memiliki kelebihan karena produksinya yang tinggi. Namun, varietas jenis ini sangat rentan terhadap hama wareng dan rasa nasinya yang kurang nikmat.
ADVERTISEMENT
"Dari kekurangan dan kelebihan itu, kita kawinkan menjadi satu, kemudian diseleksi sehingga mendapat benih yang dinamakan bongong," ujarnya.
Adapun varietas padi bongong 1-5 yang ia ciptakan itu memiliki keunggulannya masing-masing, menyesuaikan dengan idaman yang diinginkan petani.
Ada padi bongong yang kualitasnya lebih kepada rasa nasi, irit pupuk, hingga kuat menghadapi cuaca ektrem seperti kekeringan.
"Petani bisa memilih varietas mana yang sesuai idaman mereka," ujar dia.
Sama halnya dengan varietas Padi Darma Ayu yang merupakan persilangan antara padi Ciherang dan Sri putih yang merupakan benih padi lokal.
"Kenapa kita namakan Darma Ayu, agar lebih mengenal, ini adalah ciptaan petani Indramayu," ucapnya.
Sedangkan varietas padi Majapahit adalah hasil perkawinan silang antara varietas baru padi bongong dan padi merah. Setelah dipanen nanti, varietas padi ini cukup unik karena memiliki warna merah dan putih.
ADVERTISEMENT
Joharipin yang juga merupakan Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Indramayu menyampaikan, alasannya menciptakan varietas baru ini selain untuk keberagaman juga upaya dalam menyelamatkan lingkungan.
Varietas padi yang dicipatakan, tahan terhadap hama, rasa nasinya pulen dan cocok ditanam di Kabupaten Indramayu. (Tomi Indra)
Varietas baru yang ia ciptakan tersebut mengandung genetik padi lokal yang tahan terhadap hama. Sehingga penggunaan pestisida untuk membunuh hama tanaman padi bisa ditekan.
Jika petani tidak lagi bergantung pada pestisida, ia menilai, kesuburan tanah yang sekarang ini sudah sangat rusak akibat zat kimia tersebut bisa berangsur pulih.
"Bibit ini sehat dan tidak beracun karena tak perlu pakai pestisida. Karena kita ketahuilah menyembuhkan tanah itu tidak semudah membalikan telapak tangan, tanah kita sudah sakit sejak zaman orde baru dulu karena selalu menggunakan zat kimia terus," ucapnya. ***
ADVERTISEMENT