Kunjungan Wisatawan ke Museum Perundingan Linggarjati Masih Sepi

Konten Media Partner
12 Agustus 2020 6:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Perundingan Linggarjati. (Andri Yanto)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Perundingan Linggarjati. (Andri Yanto)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Kuningan - Sejak pandemi COVID-19, objek wisata sejarah Gedung Museum Perundingan Linggarjati di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, sempat ditutup beberapa bulan. Namun saat kembali dibuka sejak beberapa pekan ini, gedung bersejarah itu masih saja sepi pengunjung.
ADVERTISEMENT
“Kalau dibuka sih sudah, tapi ya itu harus hati-hati karena pandemi COVID-19. Jadi masyarakat juga aktivitasnya mungkin terbatas, objek-objek wisata lain mungkin sudah ramai,” kata Pengelola Gedung Perundingan Linggarjati Kuningan, Sukardi saat ditemui awak media, Selasa (11/8/2020) kemarin.
Kendati telah dibuka, Sukardi mengaku, kunjungan museum bersejarah ini masih sepi. Sebab pengunjung paling banyak biasanya dari luar kota.
“Museum ini masih sepi, karena kebanyakan pengunjung museum itu bukan dari wilayah setempat, tapi dari luar kota. Kalau pengunjung lokal paling kalangan pelajar, tapi kan sekolah belum dibuka,” ujarnya.
Menurutnya, jika menginjak bulan atau momentum hari kemerdekaan biasanya museum menjadi salah satu objek wisata paling ramai kunjungan wisatawan.
“Mestinya di bulan-bulan ini (kemerdekaan) biasanya ramai pengunjung. Ya kalau jumlah sih ada, hanya bisa dihitung dengan jari,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dia menyebutkan, dalam sehari jumlah kunjungan sekitar 20 orang. Namun paling banyak sempat mencapai 50 orang.
“Paling kalau sehari hanya 20 orang, paling banyak mungkin ada 50 orang. Ini mulai buka itu bulan kemarin, kita tutup itu sekitar 3 bulan lebih. Karena wisata di sini kan bukan area luar, tapi di dalam ruangan jadi kami harus jaga-jaga,” tandasnya.
Walaupun sempat ditutup akibat pandemi COVID-19, pihaknya tetap melakukan perawatan dan perbaikan jika ada kerusakan di museum. Sebab tidak ada jadwal khusus untuk pemugaran dari pemerintah pusat maupun daerah.
“Karena tidak ada jadwal pemugaran, paling kalau ada kerusakan sedikit-sedikit langsung diperbaiki. Kalau memang ada bagian-bagian yang rusak kita laporkan, langsung diantisipasi,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Adanya keberadaan bangunan ini, masyarakat setempat sangat antusias. Sebab selain monumen sejarah, museum ini dapat menghidupkan perekonomian masyarakat. Tentu dengan adanya kunjungan dari wisatawan bagi dalam maupun luar Kuningan.
“Masyarakat bisa aktivitas menjual jasa baik ojek, angkot, warung maupun penjual cenderamata. Warga juga turut membantu menjaga keamanan lingkungan, karena ini merupakan kebanggaan khususnya masyarakat Kabupaten Kuningan,” terangnya.
Sebagai pengelola museum selama hampir 31 tahun, Ia berharap, agar keberadaan museum tetap dikelola, dirawat dan dikembangkan karena sebagai tempat bersejarah perjuangan bangsa Indonesia saat melawan penjajah.
“Museum ini merupakan jati diri bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pejuang, nenek moyang kita yang rela berkorban jiwa dan raga demi kemerdekaan Indonesia. Kalau sampai dihilangkan, anak cucu kita ke depan mau mencari jati dirinya bangsanya kemana, perlu ditanamkan sejarah-sejarah perjuangan nenek moyang kita agar tahu jati diri bangsanya,” pungkasnya.