Legenda Anak Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon yang Dikutuk Jadi Buaya Putih

Konten Media Partner
11 Juli 2020 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi. (Foto: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. (Foto: Kumparan)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon - Kebudayaan dan kepercayaan masyarakat di suatu daerah dianggap tercermin dari cerita legenda ataupun mitos yang kisahnya tetap dibicarakan turun temurun.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit yang percaya pada mitos, tapi tak sedikit juga mereka yang menganggap mitos tak lebih dari simbol dan pesan perumpaman sebagai pelajaran sekaligus pegangan dalam menjalani hidup.
Seperti mitos dan cerita legenda buaya putih di Situs Lawang Sanga Cirebon yang berada di tepi Sungai Kriyan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lawang Sanga adalah bangunan yang dahulu merupakan pintu masuk utama ke dalam Keraton Pakungwati, kini dikenal dengan nama Keraton Kasepuhan Cirebon.
Buaya putih yang hidup di Sungai Kriyan itu diyakini sebagai penjaga situs Lawang Sanga.
Situs Lawang Sanga Cirebon yang dipercaya dijaga seekor buaya putih. (Ciremaitoday)
Lurah Keraton Kasepuhan Cirebon, Mohamad Maskun menceritakan buaya putih yang hidup di Sungai Kriyan merupakan jelmaan salah seorang putra dari Sultan Sepuh I Syamsudin Martawijaya.
ADVERTISEMENT
"Buaya putih itu tak buas atau galak. Buaya tersebut merup‎akan anak dari sultan sepuh pertama yang dikutuk oleh sultan," kata Maskun saat ditemui di Keraton Kasepuhan Cirebon kepada wartawan, belum lama ini.
Maskun mengatakan, anak dari Sultan Syamsudin yang dikutuk menjadi buaya putih memiliki nama Elang Angka Wijaya. Ia menceritakan awal mula dikutuknya Elang Angka Wijaya menjadi buaya putih.
Elang Angka Wijaya, lanjut dia, dikutuk lantaran tak nurut dengan Sultan Syamsudin.‎
"Elang Angka Wijaya ini memiliki kebiasaan kalau makan sambil tiduran, tungkurep gitu. Nah, sama sultan dinasehati agar setiap makan tak seperti itu. Tapi tetap tak nurut, sultan berucap anaknya kalau makan seperti buaya. Ucapan orang dulu kan manjur," ucap Maskun. ‎
Situs Lawang Sanga Cirebon yang dipercaya dijaga seekor buaya putih. (Ciremaitoday)
Lebih lanjut, Maskun menceritakan, awalnya buaya putih jelmaan Elang Angka Wijaya itu hidup di lingkungan keraton, tepatnya di salah satu kolam yang berada di bangunan Lunjuk Keraton Kasepuhan. Namun, lanjut dia, saat sudah besar buaya putih tersebut berpindah tempat ke Sungai Kriyan, yang memang lokasinya tak jauh dari keraton.
ADVERTISEMENT
"Sultan merasa jengkel dengan tingkah anaknya ini, karena tak nurut. Hingga akhirnya jadi buaya putih. Tentu ini juga harus menjadi pelajaran hidup," ucapnya.
Ia menambahkan masyarakat sekitar Sungai Kriyan masih mempercayai tentang mitos buaya putih tersebut. Bahkan, lanjut dia, ada tradisi tersendiri saat masyarakat sekitar melihat buaya putih.
"Tradisinya lempar tumpengan ke sungai kalau ada masyarakat yang melihat buaya putih. Sama-sama menjaga lingkungan," ucapnya.