Panas Takhta Keraton Kasepuhan Cirebon, Rahardjo Djali Kukuhkan Diri Jadi Polmah

Konten Media Partner
6 Agustus 2020 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rahardjo Djali setelah dikukuhkan jadi polmah atau Pjs Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (6/8/2020). (Ciremaitoday)
zoom-in-whitePerbesar
Rahardjo Djali setelah dikukuhkan jadi polmah atau Pjs Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (6/8/2020). (Ciremaitoday)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon - Kursi takhta Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, memanas. Rahardjo Djali, keturunan Sultan Sepuh XI Radja Jamaludin Aluda Tajul Arifin mengukuhkan dirinya sebagai Polmah (orang yang diberi kuasa) atau penjabat sementara (Pjs) Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon.
ADVERTISEMENT
Rahardjo dikukuhkan sebagai polmah di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, Kamis (6/8/2020). Dia dikukuhkan sebagai polmah oleh salah seorang kiai dan dihadiri sejumlah keluarganya.
Sekadar diketahui, Rahardjo Djali merupakan salah seorang yang berani menggembok ruangan Dalem Arum Keraton Kasepuhan saat Keraton Kasepuhan Cirebon saat masih dipimpin Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat.
Rahardjo merasa dirinya berhak dilibatkan dalam proses peralihan kekuasaan. Tindakan Rahardjo saat itu menuai kecaman dari sejumlah pihak, terutama PRA Arief yang ketika itu sedang terbaring sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit di Kota Bandung.
Rahardjo menjelaskan pengukuhan dirinya sebagai polmah untuk mengisi kekosongan jabatan Sultan Keraton Kasepuhan, setelah mangkatnya Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
ADVERTISEMENT
Digelarnya tradisi pengukuhan polmah itu dilakukan sebagai jawaban atas penolakan penganugerahan jabatan Putra Mahkota Keraton Kasepuhan kepada PRA Luqman Zulkaedin, anak dari alamrhum PRA Arief Natadiningrat.
"Sejauh ini (penganugerahan putra mahkota) tidak sah. Karena sudah melenceng jauh dari kebiasaan (tradisi) yang sudah ditempuh para pendahulu di Keraton Kasepuhan," Rahardjo seusai pengukuhan polmah di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, Kota Cirebon, Kamis (6/8/2020).
Rahardjo mengatakan proses pengukuhannya sebagai polmah telah mendapat persetujuan dari klannya, keturunan dari Sultan Sepuh Sultan Sepuh XI Radja Jamaludin Aluda Tajul Arifin. Selain itu, Rahardjo mengaku mendapatkan dukungan dari sejumlah pondok pesantren (ponpes) di Cirebon, di antaranya Pondok Buntet Pesantren, Ponpes Gedongan, Bendakerep dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Rahardjo sadar akan konsekuensinya tentang proses pengukuhan polmah. Ia mengaku siap meladeni perlawanan atau penolakan dari keluarga almarhum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
"Kami tetap mengapresiasi jasa-jasa almarhum selama beliau menjabat sebagai Sultan Sepuh XIV," kata Rahardjo.
Rahardjo menambahkan jabatannya sebagai polmah selesai hingga proses jumenengan atau penobatan Sultan Sepuh XV. "Jabatan saya berakhir sampai keluarga besar menentukan (sultan) yang definitif. Saya belum menentukan ini. Kami sebetulnya sudah berusaha berkomunikasi dengan Arief, saat dia masih duduk di Keraton Kasepuhan. Tapi komunikasi itu buntu. Kami tetap mengapresiasi jasa-jasanya," kata Rahardjo menambahkan.
Rahardjo menegaskan pihaknya menolak penganugerahan PRA Luqman Zulkaedin sebagai putra mahkota. Rahardjo akan fokus mengurus proses penunjukkan sultan secara definitif. Rahardjo meyakini pengukuhannya sebagai polmah tak melenceng dari tradisi.
ADVERTISEMENT
"Pengukuhan ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Seperti yang dilakukan Pangeran Cakrabuana saat menurunkan tahktanya. Tidak kepada putra sulungnya, tetapi kepada keponakannya Syekh Syarif Hidayatullah. Dinyatakan lebih mampu untuk memimpin dibandingkan putra sulungnya," kata Rahardjo.
Di tempat yang sama, Filolog Raffan S Hasyim menerangkan penunjukan polmah pernah terjadi pada zaman dulu. Menurut filolog yang akrab disapa Opan itu mengatakan Rahardjo tetap sah sebagai polmah. Alasannya, Rahardjo memiliki garis keturunan dari Sultan Sepuh XI.
"Ya sebagai polmah. Bukan sebagai Sultan Sepuh," kata Opan seusai pengukuhan polmah.
"Beliau masih ada garis keturunan dari perempuan. Dari laki-lakinya (Rahardjo) itu keturunan Kiai Djali, kemudian ke Kiai Pegambiran, terus sampai ke silsilah atasnya, saya tak begitu hafal. Terus ke atasnya ke Pangeran Sindang Garuda hingga ke Sunan Gunung Jati," kata Opan menambahkan.
ADVERTISEMENT
Seperti diberitakan sebelumnya, polemik perebutan takhta Sultan Sepuh itu mencuat setelah video penggembokan ruangan Dalem Arum Keraton Kasepuhan Cirebon yang dilakukan Rahardjo Djali ramai di jagat maya pada akhir Juni lalu. Sebelum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat wafat, saat itu Arief masih menjalani perawatan di rumah sakit.