Pemerintah akan Terapkan Teknologi 'Prisma' untuk Produksi Garam

Konten Media Partner
5 Agustus 2019 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sentra produksi garam dengan teknologi Prisma di Desa Bungko Lor Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon, menjadi salah satu percontohan produksi garam dengan teknologi yang tepat. (Juan)
ciremaitoday.com, Cirebon, - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI akan mendorong petani garam di seluruh Indonesia menggunakan teknologi 'Prisma'.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, teknologi Prisma memiliki sejumlah keunggulan diantaranya adalah dapat meningkatkan jumlah panen, garam dapat dipanen sepanjang tahun karena tidak terpengaruh oleh musim hujan, garam yang dihasilkan bermutu tinggi, garam dapat dipecah menjadi lima produk lainnya yang bernilai jual tinggi, dan penerapan teknologi ini tidak terlalu mahal.
Namun, untuk dapat mengaplikasikan teknologi Prisma dibutuhkan lahan yang luas, dan teknologi ini digadang-gadang dapat mengurangi ketergantungan impor.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Agung Kuswandono mengatakan, para petani akan didorong untuk membentuk semacam koperasi atau berkolaborasi dengan petani garam lainnya agar tersedia lahan yang luas untuk menerapkan teknologi Prisma.
"Kita harus punya lahan 400 hektar untuk satu teknologi. Jadi kita ajak masyarakat melakukan proses pengembangan garam ini secara bersama-sama," katanya, ditemui setelah meninjau sentra produksi garam dengan teknologi Prisma di Desa Bungko Lor Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon, Senin (5/8).
ADVERTISEMENT
Teknologi Prisma memiliki sejumlah keunggulan diantaranya adalah dapat meningkatkan jumlah panen, garam dapat dipanen sepanjang tahun karena tidak terpengaruh oleh musim hujan. (Juan)
Perlahan tapi pasti, pihaknya akan menghilangkan produksi garam tradisional yang menghasilkan garam dengan kualitas rendah. Penerapan teknologi baru ini, dapat mengurangi bahkan memutus ketergantungan produk impor khususnya garam.
"Ingin kita kenalkan bahwa ini loh kalau menggarap garam itu hasilnya tidak itu-itu saja. Kalau penerapan teknologi ini ke arah yang positif, maka keran impor garam akan ditutup," ungkapnya.
Menurutnya, dengan teknologi sederhana dan biaya tidak terlalu mahal garam dapat dipecah menjadi lima produk lainnya yang bernilai jual tinggi.
"Hasil produksinya tidak hanya garam, tapi dapat menghasilkan air minum, artemia atau pakan ikan dan udang, kapur Caco3, dan menghasilkan garam kosmetik yang nilai jualnya lebih tinggi," terangnya.
Ia berharap, secepatnya dapat mengaplikasikan teknologi Prisma di seluruh Indonesia. Hanya saja, permasalahan lahan yang selama ini menjadi ganjalan.
ADVERTISEMENT
"Kita ingin tahun ini sudah swasembada. Tapi memang permasalahan lahan tidak mudah dan merubah paradigma petani untuk mengembangkan teknologi baru juga tidak mudah," pungkasnya. (*)
Penulis : Juan
Editor : Tomi Indra Priyanto