Peran Kelenteng Talang dalam Sejarah Penyebaran Islam di Cirebon

Konten Media Partner
17 Oktober 2020 14:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelenteng Talang di Cirebon. (Istimewa/Dok. Jeremy Huang Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Kelenteng Talang di Cirebon. (Istimewa/Dok. Jeremy Huang Wijaya)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Cirebon - Kelenteng Talang Cirebon atau sering disebut juga Lithang di Jalan Talang, Kota Cirebon, Jawa Barat, menyimpan nilai historis yang tercatat dalam naskah Malay Annals Of Semarang And Cirebon.
ADVERTISEMENT
Teks-teks asli itu ditemukan oleh Poortman di Semarang dan Kelenteng Talang Cirebon. Pegiat sejarah Cirebon, Jeremy Huang Wijaya memaparkan, Poortman awalnya ditunjuk sebagai Administrative Cadet di Netherland Indies dan ditempatkan di Tapak Tuan di Sumatera Utara.
Tahun 1904, ia ditunjuk menjadi Controleur di Sipirok, lalu menjadi Residen di Jambi, dan akhirnya ia menjadi Acting Adviset pada departemen Native Affairs di Batavia.
"Tahun 1914-1918. Poortman belajar Bahasa Mandarin dan pada tahun 1928 berhasil mendapatkan akses ke dokumen-dokumen berbahasa Tionghoa di Kelenteng Sam Po Kong Semarang dan di Kelenteng Talang Cirebon," jelas Jeremy Huang Wijaya.
Dalam buku Cheng Ho Penyebar Islam Dari China ke Nusantara karangan Tan Ta Sen, halaman 274-275, Malay Annals of Semarang And Cirebon, ditulis dalam gaya Historiografis China Tradisional yang sebenarnya, ia menginformasikan tentang Pertumbuhan Komunitas Tionghoa Muslim di Jawa pada abad 15 dan ke 16.
ADVERTISEMENT
Ia juga menggambarkan memori kolektif komunitas komunitas Tionghoa di Jawa dan Sumatera. Dengan mengandalkan fakta bahwa catatan terakhir bertarikh tahun 1585. Naskah aslinya ditulis dalam Bahasa China.
"Keandalannya Malay Annals Of Semarang And Cirebon sebagai sumber sejarah setara dengan sumber-sumber dinasti Ming di Tiongkok China. Teks itu kemudian diterjemahkan dalam bahasa Melayu oleh seorang Tionghoa Muslim. Kemungkinan besar terjemahan itu pada abad ke-17," ungkap Jeremy.
Sesungguhnya, kata Jeremy, susunan luas sejarah Tionghoa Muslim di Jawa dan Sumatera sebagaimana didokumentasikan dalam Malay Annals of Semarang and Cirebon sesuai dengan sejarah Laksamana Cheng Ho. Informasi jelas dikumpulkan dan dihimpun dengan cara dikumpulkan kembali.
Dalam buku Cheng Ho Penyebar Islam ke Nusantara Karangan Tan Ta Sen halaman 276 dituliskan menurut Malay Annals Of Semarang and Cirebon, Cheng Ho banyak membantu dalam menyebarkan Islam di kalangan Komunitas Komunitas China di kepulauan Melayu. Dia memperkenalkan sistem administrasi yang lebih baik untuk mengatur komunitas komunitas China Perantauan di Jawa dan Sumatera.
ADVERTISEMENT
Pada 1419, Cheng Ho menunjuk Haji Bong Tak Keng yang berpangkalan di Champa untuk mengatur Komunitas Komunitas China Muslim Mazhab Hanafi di Asia Tenggara (Nan Yang).
"Jadi, Champa menjadi Markas Besar yang bertanggung jawab mengurus Komunitas Komunitas China Muslim Perantauan. Badan Pemerintahan itu Berfungsi sebagai Biro China Perantauan Pemerintahan Ming dan Haji Bong diangkat sebagai Kepala Biro," katanya.
"Sebuah Kantor Cabang didirikan di Manila yang dipimpin oleh Haji Gang Eng Chu yang diangkat oleh Kepala Biro Haji Bong. Kantor Cabang Manila mengurus komunitas China Muslim di Matan dan warga Filipina," jelasnya menambahkan.
Pembentukan Kantor cabang itu menunjukkan Hierarki ketat dalam garis Komando. Kepala Biro di Champa bertanggung jawab atas kantor cabang di Manila dan kemudian di Tuban Jawa Timur. Hal ini juga dapat kita baca dari Buku Berjudul Malay Annals Of Semarang: Text With Translation karya. Graaf H. J. De dan Th. F. Piegeaud dalam The Indonesia Reader: History, Culture, Politics.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Cheng Ho Penyebar Islam ke Nusantara Karangan Tan Ta Sen halaman 275 di bawah pengarahan Cheng Ho, kemajuan yang cukup berarti tampak dalam perkembangan Komunitas Komunitas China Muslim di Kepulauan Melayu pada tahun 1420-an sejak perjumpaan dengan satu satunya Kelompok China Muslim di Majapahit.
Selama pelayaran pertamanya pada 1405, semakin banyak Komunitas China Muslim yang menetap di Jawa dan di Sumatra berdasarkan Malay Annals of Semarang and Cirebon. Di Jawa, Masjid Masjid dibangun di Semarang, Sembung, Sarindil, Talang, Ancol, Lasem, Tuban, Gresik dan Jiaotung.
Talang juga ditulis oleh Ma Huan dalam bukunya berjudul Ying Ya Sheng Lan. Dalam bukunya Ma Huan menuliskan perkampungan Tionghoa Muslim di Srindil, Sembung dan Talang. Dalam Bukunya Ma Huan menuliskan Muara Jati dengan sebutan nama Cheng Li Wen artinya Sumber yang dalam karena kekayaan alam dan hasil laut. Ma Huan adalah salah seorang anggota Rombongan Laksmana Cheng Ho yang singgah mendarat di Muara Jati tahun 1415.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini belum tahu kapan awal mulanya Kelenteng Talang itu di Bangun. Menurut cerita zaman dulu Arti kata Talang berasal dari kata Sam Po Toa Lang artinya 3 tokoh yang dihormati. Mengenang kedatangan Cheng Ho, Ma Huan dan Fei Xien.