Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Porang, Palawija Bernilai Ekonomi Tinggi Tapi Belum Banyak Dibudidayakan
13 Oktober 2020 20:13 WIB
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Majalengka - Tanaman porang atau dalam bahasa latinnya disebut Amorphophallus oncophyllus, merupakan salah satu tanaman dari keluarga Araceaeyang atau lebih dikenal dengan nama bunga bangkai karena bau bunganya yang tidak sedap.
ADVERTISEMENT
Di beberapa daerah termasuk di Kabupaten Majalengka , Jawa Barat, petani biasa menyebut tanaman yang termasuk jenis umbi-umbian itu dengan nama suweg, iles-iles, iles kuning, acung atau acoan.
Kepala Seksi Palawija Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka , Ratih Fatimah mengatakan porang merupakan tanaman asli Indonesia dan sudah sejak lama dikenal. Bahkan pada zaman penjajahan Jepang, masyarakat di sekitar hutan dipaksa untuk mendapatkan porang guna keperluan bahan pangan dan industri mereka.
"Meskipun sudah lama dikenal dan dimanfaatkan, namun aspek budidaya tanaman tersebut belum, lebih-lebih prosesnya yang tidak berkembang," ujar Ratih, Selasa (13/10/2020).
Dijelaskan Ratih, selama ini masyarakat ataupun petani hanya mengambil porang yang tumbuh liar di bawah pohon atau di sekitar hutan, karena porang merupakan tanaman yang dijual dalam bentuk umbi basah.
ADVERTISEMENT
"Biasanya tanaman ini atau bibitnya bisa tahan di dalam tanah pada musim kemarau, kemudian jika terkena air atau sudah tersiram hujan akan muncul tunas dan tumbuh dalam dunia pertanian disebut domansi. Dari mulai bibit sampai bisa dipanen masanya cukup lama yakni 6 bulan," jelasnya.
Pemerintah pusat dia melanjutkan, juga baru meluncurkan budidaya porang pada tahun ini dan itupun baru sebatas bantuan pupuk hayati.
Sementara di Majalengla porang sudah mulai dibudidayakan oleh beberapa petani sejak 2019. Sejumlah wilayah di Majalengka juga cocok ditanami porang, tinggal edukasi kepada petani. "Awal-awal kita dapat bantuan pupuk hayati untuk 100 hektare lahan," sebutnya.
Bernilai Ekonomi Tinggi
Salah satu petani asal Kecamatan Majalengka yang sudah mencoba membudidayakan porang adalah Omo. Dia menjelaskan, harga porang saat ini sangat tinggi untuk kategori tanaman jenis umbi-umbian.
ADVERTISEMENT
"Dari petani itu Rp 12 ribu per kilogram untuk porang utuh basah, sementara untuk porang fillate atau sudah diiris tipis Rp 14 ribu per kilonya. Kalau bibit per kilo bisa mencapai Rp 250 sampai 270 ribu," paparnya.
Sekadar informasi, porang saat ini menjadi komoditas ekspor di sektor pertanian. Negara yang kerap memesan porang adalah Jepang. Porang jika diolah scara modern dapat menjadi bahan campuran kosmetik, penjernih air, bahan baku pembuatan lem bahkan jelly karena banyak mengandung glucoman atau serat alami yang larut dalam air serta bisa digunakan sebagai zat aditif makanan atau emulsifier (pengental).
Namun, porang cukup berbahaya jika dimakan tanpa melewati proses pengolahan tertentu karena mengandung kalsium oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal. Kalsium oksalat ini merupakan racun segar sehingga jika dimakan akan membuat mulut, lidah dan tenggorokan teriritasi.
ADVERTISEMENT