Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Tape Ketan Khas Kuningan, Si Asam Manis yang Tak Lagi Laris Manis
26 Mei 2020 11:28 WIB
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Kuningan - Tape ketan atau peuyeum merupakan kudapan khas tanah Sunda, tepatnya di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penganan tradisional khas Kota Kuda ini, kerap menjadi incaran para pemudik saat momen libur panjang seperti Lebaran maupun tahun baru.
ADVERTISEMENT
Tape ketan diolah dengan bahan dasar beras ketan yang diolah melalui proses fermentasi. Kuliner khas dengan rasa unik asam bercampur manis ini, diperoleh dari bahan baku yang cukup banyak ditemukan.
Hanya saja, proses pembuatan peuyeum cukup menyita waktu. Mulai dari pengolahan beras ketan dicampur air putih dan ragi sebagai bahan fermentasi, kemudian dibungkus daun jambu hingga membuat makanan ini benar-benar memiliki cita rasa khas.
Biasanya, para pemudik membeli peuyeum sebagai oleh-oleh khas Kuningan untuk dibawa ke tanah rantau. Makanan ini sudah menjadi ikon tersendiri bagi Kota Koda.
Misalnya saja rumah usaha olahan peuyeum yang terletak di Jalan Lebegede, RT16 RW06 Blok Paleben Kelurahan/Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Rumah produksi peuyeum ini merupakan usaha turunan generasi kedua sejak produksi pada tahun 1945.
ADVERTISEMENT
“Ini usaha turunan sejak peninggalan ayah saya tahun 1945, dilanjutkan saya tahun 1971. Jadi saya generasi kedua meneruskan usaha tape ketan sampai hari ini,” kata pelaku usaha peuyeum Kuningan, Misrah, belum lama ini.
Misrah menjelaskan, proses awal pembuatan peuyeum ini diawali dengan mencuci beras sampai bersih. Bahan-bahan yang dipakai yaitu beras ketan, daun katuk, daun jambu dan ragi.
“Daun jambu ini harus dicuci bersih kemudian dikukus dan dibersihkan lagi sebagai pembungkus peuyeum. Sementara beras ketan juga dikukus, kalau daun katuk dihaluskan untuk diambil sarinya sebagai campuran beras ketan,” katanya.
Proses pembuatan tape ketan hingga siap dikemas dengan daun jambu, lanjutnya, bisa memakan waktu selama 10 jam. Setiap satu kali produksi, produk yang dihasilkan bisa menghabiskan bahan baku beras ketan seberat 3 ton.
“Tapi sekarang turun drastis, kalau dulu bisa habis 3 ton beras ketan sekarang hanya 1 kuintal. Lebaran tahun lalu kita habis 100 ember ke Jakarta, sekarang ada Corona sangat turun sekali,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Dia menyebutkan, setiap kali produksi dari 1 kilogram beras ketan menghasilkan sebanyak 35 buah tape ketan. Saat ini, bahan baku yang dihabiskan hanya 25 kilogram beras ketan dengan jumlah produksi 875 buah tape ketan.
“Usaha keluarga ini dari awal tidak memiliki modal, hanya ada seseorang yang percaya memberikan modal ke kita agar usaha ini terus berjalan. Intinya dari kejujuran, kalau kita bisa memegang prinsip jujur pasti usaha juga dipercaya oleh orang lain,” ungkapnya.
Dia mengaku, adanya wabah Corona sangat memukul usahanya dalam memproduksi tape ketan. Banyak pegawai yang sebelumnya dipekerjakan, terpaksa dirumahkan sementara akibat penjualan tak lagi laris 'manis' seperti momen Lebaran tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau ramai menjelang lebaran itu bisa sampai 20 orang bekerja disini, tapi sekarang hanya 2 orang. Sebab sekarang jarang ada yang memesan, saya tetap membuat tape ketan hanya cadangan saja barangkali ada yang mau beli,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut, jika penghasilan menjelang Lebaran tahun ini turun 90 persen. Harga yang ditawarkan setiap satu bungkus plastik isi 16 biji Rp20 ribu, isi 10 biji Rp12,5 ribu, isi 12 biji Rp15 ribu dan isi 90 biji Rp125 ribu.
“Sekarang ini saya pusing pengin nangis, karena benar-benar memukul usaha. Semoga wabah Corona ini segera hilang,” tutupnya.