Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Warung Kebon Cipadung Kulon: Destinasi Wisata Edukatif di Bandung Timur
3 Mei 2022 16:52 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Bandung - Bagi Anda yang sedang mencari tempat wisata edukasi bersama keluarga, bisa coba kunjungi Warung Kebon (Warbon) Cipadung Kulon yang terletak di kawasan Bandung Timur, tepatnya di dekat kantor Kelurahan Cipadung Kulon, Kecamatan Panyileukan.
ADVERTISEMENT
Warung Kebon menawarkan integrasi urban farming dan keberadaan maupun konsep yang ditawarkannya dipuji oleh Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, yang sempat berkunjung ke tempat wisata ini.
Yana bercerita di Warung Kebon Cipadung Kulon, dia berkeliling melihat ragam tanaman, dan sempat ikut menanam bibit pohon mangga di lahan yang tersedia. Tetapi, ada satu tempat di Warung Kebon Cipadung Kulon yang cukup menarik perhatiannya, yakni leuit.
Leuit merupakan tempat menyimpan persediaan beras bagi masyarakat Sunda pada zaman dulu. Bentuknya mirip rumah panggung mini. Bangunannya terbuat dari kayu dan anyaman bambu.
“Sudah lama enggak lihat leuit. Jadi ingat masa kecil. Di sini juga banyak tanaman-tanaman sayuran dan buah ya dari hasil Buruan SAE. Tadi saya sudah minum tiga jenis minuman. Ada telang, jeruk, sekarang mah mau coba teh hangat aja,” ujar Yana.
ADVERTISEMENT
Warung Kebon Cipadung Kulon berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi, dan memiliki beragam varian agro edukasi. Di jalur kanan, terdapat tanaman sayuran hijau berjajar. Ada cabai, sawi, pakcoy, jeruk nipis, tomat, dan terong.
Ada juga tanaman-tanaman buah dan herbal di lahan seberangnya, seperti kumis kucing, lavender, pohon mangga, dan rambutan. Bahkan ada pula tanaman telang yang sedang hit belakangan ini.
Bukan hanya tanaman, pengunjung juga bisa melihat 5 rumah lebah yang ada di Warung Kebon ini. Kepala Pengelola Warbon, Hani Yuhani menjelaskan, hewan-hewan ternak di sini semuanya termasuk dalam kategori langka dan unggul, misalnya saja lebah. Lebah di sini termasuk jenis primitif yakni, lebah klanceng.
"Orang-orang juga biasanya sebut dengan nama madu trigona. Madu ini termasuk jenis yang lumayan mahal karena lebahnya juga merupakan jenis langka ya. Tergantung berapa mililiter. Untuk 200 ml saja itu kira-kira bisa sampai Rp170.000," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya lebah, ada ternak unggul lainnya juga di Warung Kebon ini. Ada ayam pelung, ayam ciung, dan bebek yang juga sedang mereka kembangbiakkan di sini.
Selepas lelah berkeliling, pengunjung bisa melipir ke warung jajajan yang tersedia. Di warung ini, tak hanya menjual makanan, tapi juga hasil dari olahan sampai baik organik maupun anorganik. Hani memaparkan, tujuan akhir dari Warbon ini memang untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
Hani menjelaskan, sejak berdiri pada Mei 2021, tujuan adanya Warbon ini memang untuk mengedukasi masyarakat, terutama kaum muda agar lebih melestarikan lingkungannya.
Bagi Hani, sekarang sudah bukan lagi zamannya “Jangan buang sampah sembarangan”, tapi harus berganti ke “Olah sampah sampah jadi bernilai ekonomi”.
ADVERTISEMENT
“Dari dulu sampai sekarang, masalah lingkungan itu selalu terpinggirkan. Kalau pemerintah saja yang bergerak pasti sulit, harus ada dukungannya juga dari masyarakat untuk mengedukasi tentang lingkungan,” jelasnya.
“Kita ajarkan masyarakat memilih sampah dan mengolahnya. Ada yang jadi bahan kerajinan seperti dompet. Ada juga yang berupa pupuk cair organik (PCO) dan pupuk kering. Hasil panen tanaman juga kita bantu pasarkan lewat online,” tambah Hani.
Warbon ini pun menjadi pusat kegiatan para aktivis lingkungan. Salah satu yang terlibat ialah komunitas Barang Bekas Antik (Rastik).
Founder dan creator Rastik, Enie Mualifah mengatakan, pengunjung yang datang ke Warbon bisa belajar membuat prakarya menggunakan barang-barang bekas elektronik.
"Tiap Selasa kami datang ke sini untuk memberikan pelatihan cara mengelola limbah elektronik jadi beragam karya seni yang antik," ujar Enie.
ADVERTISEMENT
Plt. Wali Kota Bandung juga sempat melihat-lihat hasil karya di stan Rastik. Ada gelas yang terbuat dari bambu, pot dari bekas teko, dan lampu hias pajangan dari bekas barang-barang elektronik.
Untuk memperluas gerakan cinta lingkungan, Warbon juga membuka peluang untuk siswa-siswa Bandung yang ingin melakukan praktik kerja lapangan (PKL).
Salah satu siwa yang sedang menjalankan PKL adalah Agis, murid kelas XI di SMKN 7 Bandung. Selama magang, Agis belajar bagaimana cara mengolah PCO dan kegiatan lainnya terkait lingkungan.
“Di sini ada 10 orang yang magang. Kita belajar cara membuat PCO, bikin virgin coconut oil, bikin biokomposter juga. Senang, jadi belajar banyak tentang lingkungan di sini,” ungkapnya.
Dengan adanya siswa yang melakukan PKL di Warbon, Hani berharap, mereka bisa menjadi agen perubahan untuk membuat lingkungan Kota Bandung menjadi lebih baik lagi ke depannya.***
ADVERTISEMENT