Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Tolak Bias Gender di Dunia Kerja!
25 September 2022 9:38 WIB
Tulisan dari Cita Dwi Y tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Seperti yang diketahui, bias dalam dunia kerja merupakan suatu hal yang tidak baru. Bias bisa disebut sebagai sifat alamiah yang dimiliki manusia, hal ini juga merupakan penyimpangan yang cenderung salah dalam berpikir.
ADVERTISEMENT
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan Indonesia berjumlah 53,13 persen, sedangkan laki-laki sebersar 82,41 persen. Dari data tersebut, sudah jelas bahwa dalam ruang kerja antara perempuan dan laki-laki belum memiliki kesempatan atau akses yang sama.
Berdasarkan data dari ILO (International Labour Organization), pekerja perempuan menyampaikan sedikitnya interaksi mereka dengan pemimpin senior, dibandingkan rekan kerja laki-laki. Hal ini juga menjadi dampak terhambatnya jenjang karir seorang perempuan. Di tingkat manajemen senior, dalam seminggu hanya 51 persen perempuan yang berinteraksi dengan pemimpin perusahaan, sedangkan laki-laki mencapai 62 persen.
Sebagai bentuk pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, Telkomtestra meluncurkan pledge for parity dengan beberapa fokus, seperti meningkatkan talent perempuan di area perusahaan yang kurang terwakilkan, membuat fasilitas untuk ibu menyusui di kantor, menciptakan kebijakan work flexibility, dan memberikan kesempatan bagi pekerja laki-laki untuk bekerja di rumah selama 2 minggu setelah istrinya melahirkan.
Tetapi faktanya, masih banyak hal bahwa bias di sekitar kita masih kentara terutama dalam dunia kerja. Mulai dari diskriminasi gender di tempat kerja, sulitnya perempuan mendapat promosi dalam karirnya, bahkan kebijakan pensiun yang tidak adil antara perempuan dan laki-laki. Masih banyak perusahaan yang tidak menerapkan kesetaraan gender di dalamnya. Masih banyak pemahaman keliru mengenai pemimpin dalam perusahaan hanya mampu dipimpin oleh laki-laki saja, perempuan jarang diberi kesempatan.
ADVERTISEMENT
Bahkan kebanyakan fakta yang terjadi yaitu, perusahaan tidak memberikan jaminan kepada karyawan perempuannya yang akan melahirkan, tidak memfasilitasi ruang untuk ibu menyusui di kantor, dan juga ada beberapa perusahaan yang tidak memberi izin seorang suami mendampingi istrinya yang sedang dirawat inap karena mengalami keguguran. Fenomena tersebut nyata berada di sekitar saya, dan cukup membuat tertegun.
Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan memiliki kesadaran untuk meniadakan bias di lingkungan kerja, terutama berfokus untuk menghapus bias gender dengan kebijakan inklusif di tempat kerja. Perusahaan seharusnya dapat menempatkan diri pada cara pandang orang lain atau karyawannya dalam memandang atau memahami sebuah masalah, hingga akhirnya tercipta kesejahteraan yang mendampingi karyawan bekerja di sebuah perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT