Today's Visit ; Gedung Olveh Jakarta Kota

City Tour
blessing ur day!
Konten dari Pengguna
7 Mei 2017 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari City Tour tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kamis 17 Maret 2016. Hari itu merupakan hari yang bersejarah bagi Gedung Olveh, karena dibukanya kembali gedung tersebut setelah dipugar beberapa waktu.
ADVERTISEMENT
Gedung yang berada tepat di seberang stasiun Jakarta Kota itu memiliki gaya bangunan Art-Deco dan merupakan bekas kantor perusahaan asuransi di zaman Hindia Belanda, Onderlinge Verzekeringsmaatschappij Eigen Hulp (OLVEH). Gedung Olveg dibangun pada 1921 dan diresmikan pada 1922. Desain arsitektur gedung OLVEH dibuat oleh Schoemaker bersaudara, Richard Leonard Arnold Schoemaker dan Charles Prosper Wolff Schoemaker, dalam firma C.P. Schoemaker en Associatie-Architecten & Ingenieurs.
Karena penasaran bagaimana keadaan setelah pemugaran, saya lantas mengunjungi bangunan itu. "Wow" itu adalah kata pertama di kepala saya. Bercat putih bersih semakin menambah pesona gedung Olveh. Setiap sudutnya seperti bercerita, menggambarkan semua kegiatan yang pernah terjadi di sana. Lantai marmer yang masih mewah sejak awal dibangun. Toiletnya begitu artistik, rasanya kalo masuk pasti tangan ga berhenti buat abadikan setiap sudut!
ADVERTISEMENT
Meskipun terdiri dari 3 lantai, Olveh hanya memakai lantai 3 untuk operasional. Lantai 1 dan 2 disewakan untuk perusahaan swasta kala itu. Di atap gedung itulah hingga kini juga masih tersisa bagian bersejarah lainnya, yakni kaca berbentuk kubah yang berfungsi untuk pencahayaan hingga lantai 1. Sementara itu, di lantai tempat kantor OLVEH beroperasi, pada sisi kanannya terdapat ruangan bendahara perusahaan. Hal itu diyakini karena ada bekas ruangan persegi empat dengan bekas tempat brankas di dalamnya.
Namun, di balik kemewahan dan keindahan gedung peninggalan Belanda itu, ada sejumlah pernyataan bahwa gedung Olveh merupakan titik ancaman Jakarta. Mengapa? Jika diperhatikan pada lantai 1 gedung, sangat rendah nyaris satu meter di bawah permukaan jalan. Secara tidak sadar, permukaan jalan dinaikkan sesenti demi sesenti. Itulah mengapa gedung ini merupakan titik ancaman ; ancaman banjir, juga tenggelamnya kota Jakarta.
ADVERTISEMENT